Chapter 2

130 42 6
                                    

“Telah sepuluh hari semenjak terakhir kali aku melihat anakku. Hari itu, dia berkata akan kembali. Tapi, sampai sekarang dia belum kembali. Bagaimana bisa aku pulang kerumah sendirian? Aku tak akan kuat ketika melihat kamarnya yang kosong. Tapi, aku yakin jika Ye Na pasti selamat. Aku akan terus mencarinya dan hanya akan pulang berdua dengannya.” Ujar yakin dalam kehendaknya seorang ibu begitu bersih keras terhadap keyakinannya.

»«»«»«

Pada hari itu, sebelum Yein bunuh diri, Yein berdiri di atas jembatan, kemudian menesteskan air matanya dan sebelum menjatuhkan diri ke dalam air.

Kemudian, Yein membacakan dongeng terakhirnya sambil menahan tangisannya.

“Setiap hari, hal-hal magis terjadi pada Sara. Entah apapun yang terjadi di masa depan… Dia tahu kalau seseorang sedang memikirkannya di luar sana. Sehingga dia bukan lagi orang yang sedih ataupun kesepian." Ujarnya pelan lalu memejamkan mata dan menjatuhkan diri ke dalam air.

Yein telah tenggelam, kenangan dalam hidupnya telah di lupakannya, perlahan nafasnya mulai tersenggal, mukanya membiru, tangan keram, semua sudah tak berjalan sempurna.

Tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya.

»«»«»«»«

Ibu Ye Na mendapatkan kabar bahwa Yena berada di rumah sakit di Tongyeong. Dirinyapun segera ke rumah sakit.

Saat masuk ke sebuah ruangan di rumah sakit, ibu Yena tak kuasa menahan air matanya ketika melihat anaknya yang sedang tertidur dengan perban di kepalanya.

“Terimakasih Tuhan”. Ujarnya

Perlahan Ye Na membuka matanya, ia berusaha mengenali situasi disekelilinngnya. Sayangnya ia tak ingat apapun, bahkan ibunya sendiri.

Kemudian ibu Yena diberitahu oleh dokter, jika anaknya itu mengalami Amnesia karena stress yang dialaminya saat kecelakan.

"Saya tidak mengatahui apakah ini akan berlangsung sementara ataukah selamanya." Ujar sang dokter pada ibu Yena.

Mendengar kata-kata itu.Ibu Yena hanya bisa tertunduk lesu.

Hari ini pun, karena Yena sudah siuman maka Yena di perbolehkan kembali ke Seoul oleh dokter. Dan di rawat inap disana.

Dalam perjalanan, Yena terlihat sangat bahagia. Ia membuka kaca mobil dan menikmati setiap udara yang dihirupnya. Seperti menemukan hidupnya yang baru.

»«»«»« Jungkookpov.
Aku menemuinya 10 hari yang lalu di dermaga. Aku frustasi akan sikap Yena padaku. Namun ini aneh, sikapnya sangat- sangat aneh padaku.

Aku menyusulnya ke Tongyeong untuk menepati janjiku tujuh tahun yang lalu yaitu untuk memberikan medali emas pertamaku di turnamen Nasional.

Namun, ada yang aneh dengan Yena hari itu, ia tak seperti sebelumnya.

"Kau bahkan tak mengingat aku Lee Yena?." Ucapku tak percaya.

Yena bahkan tak ingat tentang masa kecilku.

"Aku sudah tak mau mengingatmu Jeon Jungkook." Ujar Yena lalu menepis tanganku yang hendak mengelus pipinya.

Tentu saja itu langsung membuat aku bingung dan mengurungkan niatku untuk memberikan medali tersebut.

Aku hanya menggenggam mendali itu di belakang badanku.

"Lehermu terluka?." Kagetku saat melihat luka di leher Yena.

"Aku sudah capek dengan semua ini. Aku bukanlah Lee Yena yang sama seperti kita masih kecil. Kita sudah tumbuh dewasa dan banyak berubah. Lagipula tidak ada yang bisa kamu perbuat untukku lagi." Ujarnya lalu pergi meninggalkan aku di dermaga.

School 2017 :" Who are you ?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang