2.

101 7 0
                                    

Pulang sekolah kali ini ada jadwal untuk saman. Aku segera bergegas ke masjid untuk latihan. Ternyata di masjid sudah ngumpul semuanya. Termasuk kak Nanda sebagai senior sekaligus pelatihnya.

"Assalamualaikum" salam dari aku

"Waalaikumsalam, masuk dine. Untung belom dimulai" jawab kak Nanda.

Saat sedang serius latihan, kak Rizki pun datang. Kak Rizki adalah ketua kesenian di rohis. Karna saman masuk kedalam kesenian rohis, jadi kak Rizki adalah penanggung jawab di saman. Dia selalu memantau kalo saman lagi latihan.

"Anak saman, besok tampil yaa." Kata kak Rizki.

"HAH?" Semuanya pun terkejut mendengar perkataan kak Rizki.

"Tampil acara apaan ki?" Tanya kak Nanda.

"Acara isra mi'ra nda. Disekolah ini. Ya tampil biasa biasa aja" kata kak Rizki.

"Ah akak selalu bilang dadakan nih, kan jadi nervers bener bener" kata aku sambil memegang dada mendeteksi detak jantung.

"Hehe. Kaka juga baru dikasih tau tadi Nadine. Gapapa kalian juga sudah bagus. Gerakan yang biasa dibawakan saja tidak apa apa kok" kata Kak Rizki.

"Ya tapi kan persiapan nya juga kaka" Kata Novi.

"Gapapa udah ya, kaka temenin deh latihannya."

"Udah yuk udah latihan lagi biar ga grogi besok" kata kak Nanda mengajak untuk latihan lagi.

Kita semua latihan dengan semangat. Saking semangatnya pas latihan tangan semuanya merah.

Namun disatu sisi, aku melihat Kak Rizki menatap ku dengan beda. Ku perhatikan saat ia menatap anak saman yang lain dengan menatap ku rasanya beda sekali. Sesekali ia senyum kepada ku dan ku balas senyumannya.

Selesai saman kaki ku keram dan tangan ku merah semua. Sakit sekali merasakan kaki yang keram itu. Sampai akhirnya kak Rizki lah yang turun tangan karna kak Rizki ikut bela diri dan tau harus bagaimana jika kaki keram.

"Tahan ya dine, kaka tau ini pasti sakit, tapi bakal cepet ilang kok" kata kak Rizki yang mengurut ngurut kaki ku dan aku hanya balas dengan anggukan.

Aku menahan rasa sakit itu dengan menarik narik baju kak Rizki. Rasanya aku ingin teriak sekeras mungkin karna kaki ku sangat amat sakit.

"Sudah selesai dine"

"Makasih kak, maaf bajunya jadi berantakan garagara Nadine" sambil merapihkan bajunya kak Rizki.

"Gapapa. Kamu pulang naik apa? Dijemput?" Tanya kak Rizki.

Aku pun bingung mau jawab apa. Biasanya aku pulang bareng dengan Novi naik metromini atau naik bis sekolah.

"Novi pulang naik apa?" Tanya ku kepada Novi.

"Gua dijemput dine. Bokap udah didepan. Gua juga gatau kalo udah dijemput. Maaf" kata Novi.

"Yaudh gapapa. Nadine naik bis sekolah aja"

Saat aku berdiri tiba tiba kaki ku sakit kembali. Benar benar sakit sekali.

"Aw" teriak ku sambil mengelus ngelus kaki ku kembali.

"Kamu gabis dine dengan kondisi kamu yang kayak gini naik bis sekolah. Kaka antar saja ya" kata kak Rizki yang menawarkan tumpangan pulang.

"Iya Dine, kamu pulang sama iki aja yaa" kata kak Nanda.

"Iya tuh dine, lo pulang sama kak Iki aja. Pasti aman, dari pada naik bis sekolah nanti kan jalan lagi" sahut Novi.

Aku pun bingung harus menerima atau menolak. Kalau aku tolak, ya memang kaki ku tidak mendukung sih. Tapi kalau aku terima, aku sangat membuat kak Rizki susah karna rumahnya 2x lipat jauhnya dari rumahku.

Malaikat penjaga kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang