3.

48 7 0
                                    

Pagi ini terasa beda karna papa sudah pergi kerja di pagi pagi buta karna ada tuntutan kerja sepagi itu, dan mama yang juga ikut menemani papa. Kini aku cuman sendiri dirumah.

Makanan sudah disiapkan di meja makan. Namun rasanya tidak enak makan makanan di meja seluas itu sendirian. Walaupun mau makanan yang paling enak pun rasanya muak kalau dimakan sendirian. Alhasil makanan itu tak ku sentuh sama sekali.

Melihat didepan pak Amin sudah menunggu, aku pun langsung berangkat ke sekolah.

"Pak, papa sama mama berangkat jamberapa tadi?" Tanya ku kepada pak Amin.

"Jam 3 pagi tadi non"

Aku pun hanya terdiam melamun ke jendela. Baru saja aku merasa senang kemarin diantar oleh papa ke sekolah, sekarang aku harus ditinggal pagi pagi sekali olehnya. Memang dunia ini berputar sangat cepat ya.

Sesampainya disekolah, aku pun keluat dari mobil dan berterimakasih dengan pak Amin yang sudah mengantarkan aku ke sekolah.

Ku lihat di lobby sekolah, ada kak Rizki yang sedang berdiri di depan sekolah. Entah menunggu siapa. Atau menunggu aku? Oh tidak Dine jangan terlalu percaya diri. Kak Rizki tidak menunggu kamu. Mungkin dia menunggu orang lain Dine. Jangan besar kepala.

Saat masuk kedalam sekolah kak Rizki pun menyapa "assalamualaikum ukhti, selamat pagi"

Aku terkejut, apa iya perasaan ku tadi yang menganggap kak Rizki menungguku itu benar?

"Waalaikumsalam kak, selamat pagi juga" jawabku.

"Gimana kakinya? Sudah enakan?" Tanya kak Rizki dengan tatapannya yang tajam

"Alhamdulillah kak sudah sangat baik" jawabku dengan raut muka yang gembira agar kak Rizki tidak tahu bahwa aku sedang merasakan denyut jantung yang amat kencang.

"Alhamdulillah kalo begitu. Sudah sarapan dine?" Tanya kembali kak Rizki.

Ingin rasanya berbohong bahwa aku sudah sarapan, namun ku akui perut ini memang sangat lapar

"Be..belom kak"

"Maukah kamu sarapan dengan ku? Ya aku tau lah siapa diriku. Namun, aku tau bagaimana rasanya perut kamu menahan lapar dan harus terisi nanti jam 10" ajak kak Rizki dengan coletehannya yang panjang.

Hmmm kak Rizki ada benarnya juga ya, entah kalau aku tidak makan perut aku kuat atau tidak yang pasti sih tidak.

"Iyaudah kak ayuk makan"

Sesampainya di kantin kak Rizki memesankan aku bubur ayam dan teh manis angat. Entah kak Rizki tau dari mana kesukaan aku itu. Yang jelas apa yang di pesan oleh kak Rizki adalah menu kesukaanku.

"Makan lah Dine, sebelum bel jam pertama masuk"

"Iya kak, selamat makan"

Aku pun makan dengan lahap makanan kesukaan aku itu, sampai sampai aku tidak tahu kalau aku makan celemotan sampai ke bawah bibir.

"Haduh kamu makannya kayak anak kecil aja ya, makan tuh pelan pelan" dengan tisue yang diambilnya kak Rizki pun mengusap bagian celemotan aku itu.

Kita pun saling bertatapan tajam. Oh god kenapa kak Rizki begitu perhatian dengan ku. Apa yang sebenarnya direncakan kak Rizki? Aku harus bersikap seperti biasa. Seperti biasa aku bersikap kayak anak kecil.

"ihhh Nadine bukan anak kecil tau, ini karna Nadine makan buru buru soalnya takut udah masuk jampertama akak. Jadi Nadine makannya buru buru deh" jelas ku sambil mengambil tisue dan mengusap kannya sendiri.

"Yeh dasar anak kecil" ledek kak Rizki.

"ihh bukan ih Nadine sudah besar"

"Buktinya temen temen kamu manggil kamu dede, berarti kamu masih kecil" ledek lagi kak Rizki.

"ih itu kan garagara Nadine kelas 10 umurnya masih kelas 9 tauu jadi temen temen panggil Nadine itu dede akak mah nyebelin ih" gumam kesal aku sambil berperilaku seperti orang ngambek.

"Iya deh iya, jangan ngambek dong" sambil mencolek dagu aku.

"Eh colek colek, emang sabun colek? Bayar tau colek colek" candaan aku.

"Bayar berapa sih berapa?"

"100 miliar"

"Buset mahal banget dah, ga lagi lagi deh colek colek"

"Hehe iya lah mahal, udah ah Nadine mau ke kelas dulu. Makasih akak traktirannya. Bye" sambil mengambil tas dan pergi ke kelas

"Iya dede sayang"

What?sayang? Aku dengar perkataan itu. Tapi aku hiraukan bahkan aku pura pura tidak dengar perkataan itu.

Rizki pov

hari ini seperti nya aku harus datang pagi dan menunggu Nadine apakah dia baik baik saja atau tidak. Sejak malam aku selalu memikirkan Nadine. Hanya Nadine Nadine dan Nadine saja yang di pikiran ku. Ada apa dengan Nadine ya Allah? Kenapa harus sekhawatir ini?

Melihat Nadine turun dari mobil memang sudah baik jalannya. Alhamdulillah kalo memang sudah baik kakinya.

Mengajak Nadine makan dan sudah tau makanan kesukaannya apa, aku langsung memesannya. Yaitu bubur ayam dan teh manis angat. Sedangkan aku memesan makanan yang sama namun berbeda di minuman, aku memesan minuman teh tawar hangat. Kenapa tawar? Karna manisnya sudah ada di Nadine.

Ya Allah kenapa tibatiba bisa gombal seperti ini? Biasanya aku tidak bisa gombal sama sekali kepada perempuan siapa pun itu. Tapi kenapa bisa sama Nadine? Ah sudahlah.

" Iya dede sayang" ucapku saat Nadine pergi dari kantin.

Loh kenapa aku panggil Nadine sayang ya? Padahal aku bukan siapa siapanya. Bahkan aku baru mengenalnya. Oh Tuhan kenapa bisa begini, apa aku jatuh cinta dengan Nadine? Padahal aku gapernah ngerasain jatuh cinta sebelumnya.

***

"Nadine, tumben banget baru masuk pas bel loh" ucap Novi.

"Iya de, lo kok tumben an masuk jamsegini" sahut Desy.

"Tadi Nadine abis diajak sarapan bareng sama kak Iki, trs pas banget Nadine belom sarapan. Yaudah Nadine terima tawarannya" jelas ku kepada mereka.

"Cie elah, sarapan bareng ceritanya. Uhuk" ejek Novi kepadaku.

"ih apa sih Nov, b aja tau. Trs ya, semalem kak Iki tibatiba ngechat line Nadine tau"

"Oh ya de? Cie elah udah chatan. Bentar lagi pdkt an terus pacaran" ejek Desy sambil mendorong dorong kecil pundak ku.

"Apa sih ih, engga tau. Kan Nadine udah gamau pacaran. Terus ya, kak iki ngucapin malam ke Nadine terus pake emotion love masa"

"Hah?" Mereka pun terkejut.

"Yang bener lo de? Serius" kata Novi.

"Iya dede serius"

"Setau gue ya, kak Iki tuh gapernah jatuh cinta sama cewe. Apalagi pacaran. Bisa bisa lo jadi cinta pertamanya dia de" jelas Novi.

"Emang iya Nov?" Tanya Desy.

"Iya beneran. Gua tau itu dari kak Nanda" sambil mengulurkan tangan peace nya.

"Kok gue gatau sih nov?" Kata Desy.

"Tapi sekarang lo tau kan?" Ujar Novi dengan nada agak tinggi.

Loh? Kak Iki gapernah jatuh cinta? Apa iya yang dikatakan Novi benar, bahwa aku bisa jadi cinta pertama nya? Ah tidak mungkin. Orang kayak kak Iki gamungkin milih aku jadi perempuannya. Tapi kenapa kak Iki ngasih aku emotion love ya semalam? Ah mungkin salah pencet. Positif thinking Dine!!

Malaikat penjaga kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang