5.

90 6 1
                                    

Iki prov

ON

Rasanya senang tak terbayang bisa mengantarkan Nadine lagi. Sesekali ku curi pandanganku ke spion motorku melihat Nadine. Ku lihat raut wajahnya antara senang dan sedih. Mengapa demikian?

Ingin rasanya mengajaknya berbicara. Namun hati ini berdetak sangat cepat untuk mengeluarkan kata kata.

Oh shit. Langit sangat gelap. Di jalan ini sangat sulit mencari tempat meneduh. Aku harus cepat cepat. Lalu ku kencangkan gas ku.

"Kak, jangan ngebut ngebut. Santai aja kak. Yang penting selamat" ucap Nadine.

"Ku kira, kau lebih suka naik motor dengan laju kencang. Baiklah nona" ucapku.

Langit semakin gelap dan geluduk yang saling menyambar. Tiba tiba "byurr" hujan turun dengan deras tanpa ada rintik rintik terlebih dahulu. Tidak adanya tempat teduhan membuat aku semakin gelisah harus bagaimana.

Akhirnya aku melihat warung yang sudah tutup dan bisa saja meneduh disana.

Ku sandarkan motorku dan ku turun dari motor tersebut. Ku lihat Nadine yang kedinginan dan memeluk dirinya sendiri. Aku sangat merasa bersalah dengan Nadine. Aku yang membuat Nadine seperti ini. Lalu aku harus bagaimana? Apa aku tega membiarkan orang yang ku sayang kedinginan seperti ini? Sungguh tidak. Tapi aku harus bagaimana?

Ku peluk dia dari samping dan ku harus bikin dia hangat sehangat hangatnya. Ku eratkan pelukanku untuknya.

"maafin aku, aku udah buat kamu kedinginan, aku udah buat kamu kehujanan. Maafin aku"

"Titi.. dak apaa.. apa kak" kata nya yang terbata bata karna dia sangat menggigil.

Makin tidak tega aku melihatnya seperti ini. Masih ku peluk dirinya. Tunggu.. hujan sudah reda. Tapi kenapa aku tidak mau melepaskan pelukanku? Sangat nyaman sekali ku memeluk dirinya. Mungkin ini bakal jadi yang terakhir ku memeluk dirinya.

"Kak, hujan nya sudah reda. Mari kak pulang" ajak Nadine

Pulang? Aku masih mau memelukmu sayang.

"Jangan Dine. Hujan ini bisa membuat kamu pusing. Aku udah bikin kamu kedinginan, aku gamau bikin kamu sakit lagi" ucap ku yang sangat khawatir dengan dirinya

"Kan Nadine pakai helm kak, jadi tidak terkena kepala"

"Tapi..." Kataku terpotong

"Sudahlahkak, tidak apa. Sudah sangat sore hari ini."

"Tidak Dine"

"Ayo lah kak" rujuk Nadine ke aku agar ku mengantar kan ia pulang sekarang.

Lalu aku membuka bagasi motor karna ku ingat mama membawakan jaket yang sangat tebal  kepada ku dan kuberi jaket itu ke Nadine agar ia tidak kedinginan.

"Tapi kamu pakai jaket itu ya" ucapku sambil memberikan jaket tersebut.

"Iya kak, Nadine pakai" dipakainya jaket itu.

Di jalan angin sangat kencang karna bekas hujan besar tadi. Dingin sekali rasanya. Bibir ku bergetar tak mampu ku menghalangi rasa kedinginan ku ini.

Tiba tiba tangan imut meraba pinggang ku dan melingkarkan nya. Ya!! Itu adalah tangan Nadine. Tunggu. Nadine memeluk ku? Oh tidak bagaimana bisa Nadine membalas pelukanku dan bagaimana bisa Nadine melihat bahwa aku kedinginan?

"Kaka kedinginan ya? Maafin Nadine juga ya kak udah buat kaka susah payah kayak gini. Maafin Nadine kak" katanya sambil menyenderkan kepalanya di pundak ku.

Ku lihatnya Nadine dan ku beri dia senyuman manisku, serta ku pegang tangannya dia yang sedang melingkar di pinggang ku.

"Terima kasih ya Dine" itu lah kata kata yang terucap oleh ku. Karna aku tak tahu harus bicara apa sama Nadine. Aku hanya memegang tangannya Nadine dan tersenyum tersenyum kecil. Mungkin ini adalah hari terindah untuk ku.

Malaikat penjaga kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang