Teman

116 12 0
                                    

"Kita hanya teman".

Perih mendengarnya.

Ya, kenyataannya memang seperti itu.

Ah, cukup sampai sini saja main berpura-puranya. Apa kau tidak lelah? Setidaknya istirahat dulu, dengan mengganti status kita 'lebih dari teman', misalnya.

Apa salahnya jujur?

Saya suka kamu, kamu juga suka saya.

Ini bukan geer. Atau hanya pendapat saya belaka.

Tanyakan saja pada bunga di belakang kantin, dia juga tahu apa yang kita inginin.

Tanyakan pada rumput kering di samping kelas, dia juga tahu bagaimana kita sudah lelah dengan hubungan yang tak jelas.

Ngerasa bodoh gak sih? Saking kepengen taunya chatan sama sang gebetan. Kita sampai tukeran ponsel, baca satu per satu kalimat yang ada di kolom hijau layar.

Lewat aplikasi obrolan yang dibintangi Mbak Dian.

Dari si dia tentunya.

Dia yang selalu kami jadikan alasan untuk mengatakan bahwa 'kita tidak saling menyukai'.

Dia yang sering saya banggakan agar kamu kelabakan, dan si dia yang selalu kamu ceritakan sampai buat saya penasaran.

Kita?

Kita hanya teman.

Terkadang kita lebih jujur disaat bercerita. Memakai inisial agar tak ketara diri sendiri yang diceritakan.

Saya tau, dia sering begitu.

Saya lebih suka bicara blak-blakan agar yang dijadikan objek berita bisa merasakan.

Chatan setiap hari, ketemu setiap hari, obrolan tak pernah berhenti.

Kalo ketemu selalu berseri.

Terus kita itu apa sih?

Kita hanya teman.

Djakarta, Desember 2016
-syhw


PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang