Apa Iya?

149 14 0
                                    

       Lisa hanya memperhatikan Anita yang terus mengetuk-ngetuk meja dengan raut wajah yang gelisah. Hari ini Anita sedang mengerjakan tugas di rumah Lisa. Lisa menutup bukunya dan menghampiri Anita.

       "Kenapa, An?" Lisa menawarkan Anita sebungkus kacang telur, "Mau?"

        "Makasih, Li. Gimana ya, gue takut Yovan beneran nyamperin kak Rama," ucap Anita gelisah.

        "Kak Rama itu siapa, An?" tanya Lisa,

        "Itu kakak yang sering gue bantu di perpus yang pernah gue ceritain waktu itu. Yovan bilang dia nggak suka gue deket sama kak Rama, padahal apa salahnya,"

        "Yovan? Oh sepupu lo itu, iya mungkin menurut dia kak Rama bukan anak baik, An,"
Lisa meneguk segelas air sambil masih terus mendengar cerita Anita.

        "Kata Yovan, kak Rama itu rival dia, entah masalah apa gue nggak tau, tapi Yovan nggak pernah main fisik sih. Semoga aja kak Rama sama Yovan nggak kenapa-kenapa, Li." Ujar Anita panjang lebar.

        Lisa beranjak mengambil minum untuk Anita, dan meletakkannya di atas meja.

        "An, lo suka sama kakak itu, kan?" tuding Lisa.
Anita yang kaget lantas tersedak mendengar pertanyaan Lisa.

        "Aduh pelan-pelan kenapa, An," ucap Lisa sambil menepuk-nepuk punggung Anita.
"Semua orang tanya begitu, gue nggak suka, Li. Sama aja deh, Yovan juga awalnya nyangka begitu,"
        Lisa hanya tertawa kecil dan kembali melanjutkan pekerjaannya

        "Semoga Yovan nggak nekat." batin Anita.

***

        Hari ini Anton yang jaga di perpustakaan, Rama izin tidak hadir karena ada banyak pekerjaan dari tempat lesnya yang belum selesai.

        Rama berjalan gontai, menghampiri Dino yang sedang menyalin PR integral.
Sudah tiga hari berturut-turut Rama kurang tidur, PR dari sekolah harus dikerjakan, disamping tugas musik dari Miss Hana.

        Rama melempar tasnya asal, dan meletakkan kepalanya di atas meja. Ia tidak menghiraukan Dino yang sejak tadi terus memanggilnya.

        "Ram, lihat PR integral lo dong," ucap Dino sambil terus menggoyangkan badan Rama.

        Rama tidak menjawab, hanya menunjuk tasnya, memberi kode agar Dino mengambil buku itu sendiri.

        Dino membolak-balik halaman buku Rama, dan menepuk pundak temannya itu.

        "Eh, ini lo baru sampai nomer lima, PR nya delapan nomer. Lu lupa ya kalo bu Dita itu jam pertama? Nih buruan, liat punya gue aja sisanya, daripada kena"

        Rama menaikkan alisnya. "Gue nggak ngerti, ya udah sini lihat." Rama menarik buku Dino dan segera menyelesaikan tugas integralnya itu.
Handphone Rama berdering. Dengan sigap Dino segera meraihnya.

Yovan Adrian
06.15
Gue baru tau kalo lo ternyata deketin adik gue
-------
"Adrian punya adik? Bukannya adanya kakak, ya?" batin Dino.

"Siapa, No?"
"Adrian, Ram. Tapi, emang dia punya adik?" Tanya Dino penasaran.

        Mendengar nama itu, Rama segera mengambil handphone nya.

Rama Athala
06.18
Maksud lo apa, Yov?

Yovan Adrian
06.18
Lo nggak usah gitu deh, gue tau lo deketin Anita, kan?
-------
"Yovan kakaknya Anita?"

Yovan Adrian
06.19
Kalau lo nggak mau berurusan sama gue, nggak usah deket-deket sama Anita

Read
------
"No, Anita....." Ucap Rama pelan.

        "Anita kenapa, Ram?" tanya Dino dengan muka sedikit panik.

        Rama memperlihatkan pesan terakhir dari Yovan ke Dino. Dino hanya membulatkan matanya tidak percaya.

       "Tapi kan lo nggak deketin dia, Ram. Harusnya lo santai aja" balas Dino santai.
 

        "Gue nggak tau, No. Tapi kayanya gue biasa aja, nggak merasa deketin, kenapa Yovan tiba-tiba ngomong gitu."

        Dino menengok ke arah Rama dan berbicara dengan nada misterius.

"Ram, hadapin Yovan.

Gue rasa Anita suka sama lu"

Deg.

"Gue kenapa?" batin Rama.

Untuk pertama kalinya, Rama merasa tubuhnya bergetar.

🌠🌠🌠

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang