Berdua

128 12 0
                                    

       "Tunggu, kakak manggil Yovan tadi apa? Adrian?" tanya Anita bingung.

       Sejauh ini keluarganya selalu memanggil Yovan dengan nama depannya, bukan nama belakangnya.

       "Ah ya, gue hampir lupa. Seminggu setelah seleksi, Rama nyari tahu soal Yovan, dan di luaran sana dia dikenal sebagai Adrian, nama belakangnya. Rama nemuin Yovan setelah dia latihan, dan bagi gue... Itu salah, karena itu semua Yovan dan Rama selalu musuhan" ujar Dino.

       Dino melanjutkan ceritanya.
-----------
       Rama mengambil tasnya dan segera pamit dari rumah Dino.

       "Ram, lo mau ke mana? Buru-buru banget"
"Gue mau ketemu Adrian. Gue mau tahu seberapa bagus dia sampai semua panitia itu ngebatalin seleksinya." ucap Rama dingin.

       "Duh, Ram. Udah. Semuanya udah terjadi, tahun berikutnya lo bisa ikut," ucap Dino menahan Rama.

       "Nggak bisa, No. Di tahun itu kita kelas 3 SMA. Gue udah mau fokus sama pelajaran sekolah dan lain-lain," ucap Rama yang sedang menahan emosinya.

       "Ram tahan emosi lo. Lo itu bisa masuk tiga besar, itu bagus. Udahlah, lo tinggal buktiin kalau lo itu bisa lebih baik dari dia, ini kan tahun keempat lo di sekolah musik"

       Rama tidak memperdulikan ucapan Dino dan pergi dari hadapannya.
•••

       Rama menghampiri Adrian yang sedang merapikan barang-barangnya.

       "Jadi lo Adrian? Kenapa sih lo pake segala datang satu hari sebelum seleksi!? GUE BATAL IKUT KARENA LO!" Rama tidak dapat menahan emosinya.

       Adrian hanya tersenyum simpul sambil mengambil tasnya.

       "Gue bahkan nggak tau nama lo, terus tiba-tiba lo marah sama gue? Gue tau lo termasuk anak emas di sini, baru beberapa tahun tapi udah jadi kebanggaan," ucap Adrian.

       "Tapi sayangnya, lo nggak tahu kalau ada saingannya, yaitu gue. Gue jelas jauh di atas lo. Jadi, terima aja. Gue dari awal juga nggak suka liat lo. Karena lo, gue jadi selalu dibandingin, padahal tingkatan lo jauh di bawah gue," sambung Adrian yang kemudian pergi meninggalkan Rama.

       "Suatu saat, lo akan tau kalau gue bisa lebih baik daripada lo. Gue akan ikut dua tahun lagi. Inget itu, Yovan." Ucap Rama keras

       Adrian kaget mendengar Rama yang mengetahui namanya. Selama ini, yang orang tahu adalah Adrian bukan Yovan.
--------

       "Jadi semua itu yang buat mereka musuhan?"
"Iya, Yovan nggak suka kalau kalah saing sama yang levelnya jauh di bawah dia. Rama juga nggak suka diremehin. Jadi, ya, gitu" ucap Dino mengakhiri ceritanya.

       "Nah, karena lo kenal dekat sama dua-duanya, bantu mereka jadi akur, ya. Oh ya, gue duluan ya, mau jemput adek nih. Udah gue bayar kok. Bye Anita" ucap Dino yang berdiri dari tempatnya dan meninggalkan Anita.

***

Anita
19.00
Kak, ini Anita. Bisa ketemu di cafe yang waktu itu aku ajak makan, ga? Sebentar aja deh. Aku traktir, anggep aja ucapan terima kasih karena kakak selama ini baik sama aku.

Rama Athala
19.10
Sorry sorry baru gue bales. Boleh. Lo perlu gue jemput?

Read.
--------
       "Aduh apa sih Rama, kenapa lo jadi kayak gini, kenapa dipikirin amat sih," ucap Rama pada dirinya sendiri.

Anita
19.12
Nggak usah, Kak, aku berangkat sendiri. Thanks kak ^^

Read.

***

       Anita menunggu Rama yang belum juga datang sambil memainkan handphonenya.
"Duh, berhasil nggak ya rencananya" batinnya.

       "Mana sih temen lo, lama banget" ucap Yovan yang masih duduk menemani Anita.
"Van tunggu bentar dong, please hehe"
Yovan hanya melirik Anita malas.

       "NAH ITU DIA" ucap Anita girang,
"Mana, mana? Can...." ucapan Yovan terhenti melihat yang ada di depannya.

       "Nit, maksud lo apa sih?" tanya Yovan yang kemudian berdiri.
Anita segera menahan tangan Yovan. "Bentar, Van"
"Kak, Van, aku udah tau semua. Dino cerita, jadi please, kak Rama sama Yovan baikan ya." Ucap Anita pelan.

       "Nit dia itu saingan gue. Mana mungkin" ucap Yovan.
"Ngapain sih lo, kan gue udah bilang nggak usah deket-deket Anita" ucap Yovan menatap sinis Rama.
"Gue mau balik, terserah gimana"

       "Adrian tunggu dulu!" Ucap Rama menahan kepergian Yovan.
"Gue minta maaf, tapi mending kita lupain masalah itu. Salah gue, gue emang terlalu berambisi," ucap Rama menunduk.

       Yovan menatap Anita yang sudah memasang muka memohonnya.

       "Ya, ya, gue maafin. Gue juga salah, gue orangnya emang nggak mau kalah. Udah, kan? Nit ayo kita pulang," ucap Yovan sambil menarik tangan Anita.

       "Van, gue boleh sama... Anita... sebentar? Nanti.. nanti gue yang anter pulang."

Untuk kesekian kalinya, Rama merasa tubuhnya bergetar.

"Duh, gue kenapa lagi sih" batin Rama.

🌠🌠🌠

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang