Yovan

267 21 1
                                    

"Anita, lama banget sih udah ditungguin juga." Ucap Talia sambil mengipas-ngipas mukanya.
"Lah, katanya sepupu kita yang pulang. Ini sih Kakak yang minta ditemenin"

Anita menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Ternyata itu hanya Talia, kakaknya yang baru pulang dari sekolahnya.

Talia tidak menjawab, hanya menatap adiknya itu sekilas.

"Nita,"

Spontan, Anita menengok ke arah suara.
Anita masih tidak percaya dengan siapa yang dilihatnya, dan melihat lagi ke arah Talia.

"Makanya kamu jangan nuduh Kakak dulu, tuh dia udah balik. Kamu kan katanya nungguinnya dia, bukan Kakak." Talia beranjak menuju ke kamar meninggalkan Anita dengan sepupu mereka, Yovan.

"Gue kira Kak Talia bohong soal lo" Anita tertawa melihat Yovan yang ada dibelakangnya. "Duduk, Van"

Yovan duduk di sebelah Anita dan melihat sekelilingnya. Sudah hampir satu tahun Yovan di luar kota, sudah lama dia tidak bertemu dengan sepupu-sepupunya itu.

"Rumah nggak ada yang berubah, ya. Perasaan lama deh gue perginya" Yovan tersenyum melihat rumah nya itu tidak berubah sama sekali.

Sudah hampir 2 tahun Yovan tinggal di rumah orangtua Anita dan Talia. Ia ikut disekolahkan di tempat yang sama dengan Talia. Anita memilih sekolah di sekolah khusus perempuan.

"Apa bedanya, Van. Sama aja, lo ngapain aja emang di sana? Pelatihan atau gimana?" tanya Anita sembari mengambil minum untuk Yovan.
"Gue ke Australia cuma tiga bulan, pelatihannya yang lama. Emang lo kira gue di luar kota aja? Luar negeri juga kali.... gitu deh"

Anita hanya mengangkat kedua bahunya dan menyetel televisi yang daritadi hanya diam memperhatikan mereka.

Handphone Anita berbunyi lagi, kali ini dari...

Rama Athala
14.45
Gue mau ke tempat les, perpus gue tutup. Kunci gue bawa. Ga usah balik dulu ke sini, nanti aja jam empat. Thanks udh bantu gue.
--------

"Siapa Nit?" tanya Yovan sembari melirik ke handphone Anita.
"Hah? Ini, kakak yang jaga di perpus. Gue abis bantu dia tadi"

Anita
14.48
Iya, Kak. Maaf tadi aku duluan. Sama-sama

Read.
----------
Yovan tidak berhenti tertawa sambil masih terus mengunyah kacang. Sementara Anita hanya melihat-lihat isi tas Yovan, kertas semua.

"Ih Van, ini apa sih? Nggak perlu buang aja, lagian ini kertas kenapa banyak banget sih" protes Anita.

"Enak aja, lo, ini dari Mr. James, pelatih gue waktu di Australia. Ini kan partitur aduuuhhh Nita. Masa mau lo buang? Nanti gue latihan gimana?" ucap Yovan sembari merapikan semua kertasnya.

"Ohh, iya iya. Sorry. Van, lo selama di sana konser atau ikut perlombaan? Atau tour aja?" tanya Anita tertawa.
"Di sana tampil bareng sama orkestra gitu, lomba nya udah lewat kali, harusnya gue seangkatan sama Talia, tapi karena gue ikut ini ya ketunda setahun. Jadi, gue tahun ini seangkatan sama lo"

Anita hanya mengangguk singkat, dan menarik Yovan keluar dari rumah. "Van, kita jalan-jalan aja yuk. Gue ajak liat-liat sekitar sini"

***

Rama daritadi hanya menunduk mendengar ocehan dari gurunya yang mengatakan bahwa ia adalah anak yang ceroboh, menghilangkan formulir lomba itu, dan menganggap enteng tentang hal itu.

"Gimana bisa, Rama? Kamu ini betul-betul ceroboh, saya kan sudah ingatkan berkali-kali, kamu harus menjaga supaya formulir itu tidak hilang. Untung masih ada sisa. Ini, ini yang terakhir, saingan kamu itu dari seluruh sekolah musik, mereka yang sudah jauh lebih dari kamu banyak. Saya harap kamu kurangi jadwal jaga kamu di perpustakaan itu dan sering ke sini. Bagaimana, Rama?" ucap Miss Hana, guru musik Rama.

"Saya minta maaf, Miss. Nggak akan terjadi lagi"
Jawab Rama yang masih terus menunduk.

"Sekarang, kamu mainkan Nocturne Op.9 No.2, Saya tinggal sebentar". Miss Hana meninggalkan Rama dan piano nya itu.

Tanpa disadari, pintu ruangan Rama terbuka,
"Senang bertemu dengan lo lagi, Rama"

Rama menghentikan permainannya saat mendengar suara dari depan pintu.

Untuk kesekian kalinya, Rama merasa tubuhnya sangat panas.

"Halo, Rival"

🌠🌠🌠

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang