Yovan dan Rama

139 10 1
                                    

       Anita menarik selimutnya dan memiringkan tubuhnya ke kanan. Akhir pekan memang waktu yang benar-benar pas untuk santai-santai di rumah.

       Rumah Anita sepi hari ini, ayah dan ibunya sedang berkunjung ke rumah saudara mereka di luar kota. Hanya ada suara orang sedang mencuci piring. Anita bangkit dari kasurnya dan keluar dari kamar.

       "Udah bangun kamu? Kirain masih di alam mimpi," Talia mematikan keran air dan melempar handuk ke Anita. "Mandi kamu,"

       Anita hanya senyam-senyum dan duduk di sofa ruang tengah.

       "Kakak kok tumben amat bangun pagi," ucap Anita sambil menguncir rambutnya.
"Ehh harusnya bangga dong kakak bangun pagi, emangnya kamu sama Yovan apa," Talia naik ke atas tangga dan mengeluarkan suara tingginya.

       "YOVAN BANGUN, ANTERIN GUE KE RUMAH TEMEN," teriak Talia dari atas tangga.

       Tak lama terdengar suara pintu terbuka.

       "Duh, Tal. Lo nggak usah teriak juga gue udah bangun. Limabelas menit, gue mau cuci muka," Yovan mengambil handuknya yang dijemur di depan kamar.

       "Ih mandi dulu kenapa, Van" ucap Talia melihat Yovan yang masih mengusap-usap matanya.

"Yaudah gue man..."

"Van gue udah ditungguin, nanti aja mandinya, cepetan ya," potong Talia

Yovan hanya mendengus dan meninggalkan Talia.

***

       Yovan melahap sarapan nasi gorengnya itu hanya dalam hitungan menit, dan kemudian menyalakan televisi. Anita masih belum mau membuka pembicaraan dengan Yovan.

       "Lo kenapa makannya cepet banget sih, Van," ucap Anita sambil membawa piringnya dan duduk di sebelah Yovan.
"Kan laper, wajar," ucap Yovan yang tidak melepaskan pandangannya dari kartun Doraemon di TV.

       "Van lo nggak apa-apain kak Rama, kan?"
"Apa? Ngapain juga urusin Rama. Udah ah, gue mau nonton Doraemon, ini episode baru, mending lo nonton juga,"

       Anita melirik Yovan dengan tatapan malas dan meneruskan makannya.

       Waktu berlalu sangat cepat, sudah hampir jam sebelas. Anita hanya duduk-duduk malas sambil memperhatikan Yovan yang sedang memainkan pianonya.

       "Kak Rama juga punya buku musik kaya gitu, dia main alat musik apa ya, Van kira-kira," ucap Anita. Yovan sangat serius dengan permainannya dan tidak memperdulikan Anita.

Handphone Anita bergetar, ada pesan masuk

Deano Raditya
10.50
Ini Anita temennya Rama kan?
---------
Anita mengerutkan keningnya,
"Ini siapa?" batin Anita.

Deano Raditya
10.51
Gue Deano, panggilannya Dino, temennya Rama. Kenal Rama kan pasti

"Oh temennya kak Rama.... Eh? Ngapain?"

Anita
10.53
Kenal, Kak. Ada apa, ya, Kak?

Deano Raditya
10.53
Ini penting, soal Yovan dan Rama.
Lo bisa ketemu sama gue di cafe baru itu kan? Gue 10 menit lagi jalan nih, rumah lo dimana? Perlu gue jemput atau gausah?

Anita
10.54
Aku jalan sendiri bisa, Kak, lumayan deket dari rumah. Sebenernya ada apa?

Deano Raditya
10.54
Dateng aja, diceritainnya nanti aja ya

----------

       "Siapa, Nit? Bukan Rama, kan?" tanya Yovan curiga.
"Bukan, gue mau siap-siap, mau kerja kelompok, lo di rumah aja, kan? Nggak pergi?" tanya Anita yang berjalan ke arah kamar.

Yovan menggeleng dan berdiri dari kursi pianonya. "Nggak gue anter?"

Anita menggeleng dan masuk ke kamarnya.
-------
       Anita mengikat tali sepatunya dan membuka pintu depan.

       "Gue jalan, ya, Van." Anita membuka pagarnya dan melambaikan tangannya pada Yovan.

       Yovan membalas lambaian Anita dan memanggilnya sekali lagi.

       "Nit," ucapnya yang membuat Anita terhenti.

       "Lo salah kalau nanya soal Rama ke gue"

       "Kan gue udah bilang, gue nggak suka sama Rama." Sambungnya sambil tersenyum simpul dan menutup pintu.

       Anita tidak dapat berkata apapun lagi.

🌠🌠🌠

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang