Remorse 4

23 5 0
                                    

Hari-hari berlalu. Tanpa ada lagi sapaan, candaan, bahkan chat dari Ken. Hariku terasa berbeda tanpa adanya Ken.

Penyesalan selalu datang di akhir :)

"Kok tumben lemes, Nay?" tanya Neyra yang sudah di bangkunya sejak tadi.

"Hm" gumamku.

"Kenapa sih Nay? Coba cerita sama gue."

"Gapapa kok. Udahlah, bentar lagi juga bel."

***

"Nay, nggak ke kantin?"

"Ayo deh,"

Akupun berjalan ke kantin dengan malas.

Setibanya di kantin...

Aku melihat Ken dari kejauhan. Ia berjalan ke arah meja, dimana aku duduk. Jantungku berdegup kencang.

Sapa nggak ya. Sapa nggak ya.

Sapa deh. Apa salahnya mencoba.

Saat Ken mulai mendekat, aku mencoba untuk menyapanya.

"Hai Ken," kemudian diikuti dengan senyumanku.

"Hm"

WHAT?! Dia hanya bergumam? Dia bener bener mau ngejauh dari gue.

Aku langsung memasang muka cemberut. Aku benar benar bete. Padahal, dulu dia yang selalu hibur aku kalo aku lagi bete. Sekarang, jangan diharap.

Seandainya bisa memilih, gue nggak mau jadi yang bikin lo jatuh cinta. Karena, karena lo jatuh cinta sama gue, kita jadi musuhan.

"Lo gapapa, Nay?" tanya Neyra kepadaku.

"Em-eh, Gapapa kok Ney." jawabku berbohong.

***

"Naya, tolong ambilkan buku ibu di kelas 11 IPA 2, ya?"

11 IPA 2. Kelasnya Ken.

Aku berjalan menyusuri koridor.

Sesampainya di sana,

"Misi, mau ngambil bukunya Bu Tika." ucapku pelan.

Tak ada yang menanggapi. Di kelas 11 IPA 2, yang ku kenal hanyalah Ken. Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, aku harus memintanya tolong.

"Ken, bukunya Bu Tika, mana?" tanyaku pelan kepadanya.

Yang dulunya sedekat nadi, sekarang sejauh matahari dengan pluto.

"Tuh!" serunya cuek.

Tanpa ba-bi-bu aku langsung mengambil bukunya Bu Tika dan meninggalkan kelasnya Ken.

***

"Ken, kita harus ngomong!" seruku dan langsung menggeret tangan Ken.

Ia hanya diam, tak menolak.

Setibanya di parkiran, aku baru mulai berbicara.

"Kenapa? Jangan buang buang waktu gue."

Entah kenapa, kata katanya berhasil membuat hatiku terluka.

"Oke. Gue mau nanya, lo kenapa sih? Kenapa lo ngejauh dari gue? Kenapa lo sekarang cuek ke gue?" ucapku yang sebenarnya gugup karena menahan air mata yang sudah terbendung.

"Karena, gue benci lo." ucapnya.

Air mataku yang tak dapat dibendung lagi pun tumpah.

Tiga kata yang bisa membuat hatiku hancur,

gue-benci-lo.

Ia sudah meninggalkanku sejak air mataku tumpah.

Ucapannya terus terngiang ngiang di otakku.

Seandainya bisa memilih, aku nggak mau jatuh cinta sama kamu. Seandainya tau akan berakhir begini, aku akan berusaha menahan rasa ini.

Ini bukan akhir yang aku mau. Tapi, aku harus menjauh dari kamu, agar rasa ini tak tumbuh lagi. Karena menurutku, ditinggalkan oleh orang yang belum kita miliki jauh lebih menyakitkan -Kenta Alfarizhy

RemorseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang