epilogue

77 3 0
                                    

"beautè?"

"apa, Niall?"

"Bonjour to you too, mademoiselle Horan."

Aku memutar bola mataku kepada sikap Niall yang satu ini. Dia selalu saja menggunakan bahasa Perancis untuk berkomunikasi denganku.

"Bonjour, monsieur Horan."

Niall pun tersenyum lebar dan menarik tanganku, tetapi aku berpegangan pada kasur.

"Tidaaaaaaaak" kataku.

"Ayolah, Miss Smith. Aku lapar menunggumu bangun, tau tidak?" rengek Niall.

"Tidak. Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu." kataku sambil berusaha melepaskan genggaman Niall dariku.

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk memakan tahu." katanya sambil mengidikkan bahunya. "Ayolaaaah. Aku lapaaaarr."

"Pesan delivery atau apa gitu kek, aku capek, Horan." aku menekan wajahku kepada bantalku.

"Miss Smiiiithhhh. Ayolaahhhhhhhh." rengeknya lagi.

"Hentikan, Niall." aku menarik tanganku dari genggamannya dengan keras dan ia langsung terdiam.

Kami masing masing tahu bahwa jika kami sudah kesal dan terlalu terganggu, kami akan berhenti memanggil sesama dengan panggilan dan memanggil sesama dengan nama panggilan biasa.

Tetapi aku tidak kesal atau terganggu, aku hanya ingin mengerjai Niall.

Niall berkata sesuatu tetapi aku tidak bisa mendengarnya jelas.

"Apa?" tanyaku.

"Maafkan aku.." katanya sambil menunduk, mukanya sedih.

AWWWWWWEEEE NIALL YOU ARE SO FREAKEN CUTEE

Aku tersenyum puas.

"Vous êtes pardonné, monsieur Horan.(Kau kemaafkan, Tuan Horan.)" kataku.

Niall mendongak kearahku dan tersenyum lebar, mendengarku berbicara bahasa Perancis duluan.

"Merci, mademoiselle." katanya sambil tersenyum.

"Je t'aime, petit ami.(Aku mencintaimu, kekasih.)" kataku.

"Je amour vous plus.(Aku lebih mencintaimu.)" dia mencium pipiku.

"Non, Je suis celui qui aime vous plus.(Tidak, aku yang lebih mencintaimu.)" aku cemberut.

"Haha, non, non. Vous êtes mauvais. Je suis celui qui aime vous plus.(Haha, tidak, tidak. Kau salah. Aku yang lebih mencintaimu.)" Niall tertawa.

"Non! Vous êtes celui qui est mauvais. Je suis celui qui aime vous plus.(Tidak! Kau yang salah. Aku yang lebih mencintaimu.)" aku menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Kalau begitu, Je t'aime le plus.(Aku paling mencintaimu.)" ujung sebelah bibir Niall terangkat, membentuk smirk miliknya.

"NON! Je t'aime le plus et c'est final.(TIDAK! Aku yang paling mencintaimu dan itu yang terakhir.)" kataku sambil memukul meja kecil disebelahku dengan kepalan tanganku lalu mencium Niall.

Awalnya, Niall kaget, tetapi akhirnya ia mencium kembali dan melepasnya.

"Bien, vous gagner.(Baiklah, kau menang.)" jawabnya, terkalahkan lalu mengangkat kedua tangannya ke udara, menandakan ia menyerah.

"Hm." aku tersenyum puas ke arah Niall.

Tiba tiba, Niall menggendongku keluar kamar.

"Niall! Turunkan aku!!" kataku sambil memukuli dadanya yang bidang.

"Tidak. Trik 'aku-memanggil-namamu-berarti-aku-marah-kepadamu-haha' mu tidak akan berfungsi kepadaku lagi." katanya, masih menggendongku dan akhirnya menurunkanku didepan kompor.

"Masak." perintahnya. Tetapi aku tidak mempedulikannya dan melihat sekeliling, mencari cari untuk kabur, tetapi kedua tangannya menghalangku sehingga aku tidak bisa kabur.

"Memikirkan cara untuk kabur? Tidak bisa. Karena sekarang kau milikku." katanya lalu memelukku erat-erat agar aku tidak kabur.

"Niaaaalllll" aku membalikkan badanku sehingga aku menghadap kearah Niall.

"Masak, beauté." perintahnya lagi.

"Tidak. Aku tidak akan memasak. Sana pesan makanan sendiri." aku melipat tanganku didepan dadaku dan cemberut.

Dari ujung mataku, aku bisa melihat ujung sebelah bibir Niall terangkat dan membentuk smirk lagi.

Umhm, dia merencanakan sesuatu.

Tiba tiba, ia menciumku dan mengangkat kakiku, sehingga aku melilitkan kedua kakiku dipinggangnya agar tidak jatuh. Aku memegangi punggungnya sementara ia memengangi pahaku agar aku tidak jatuh.

Masih menciumku, Niall berjalan kearah sofa dan menjatuhkanku kesana.

"iik!" aku memekik dan Niall naik ke sofa sehingga ia berada diatasku. Aku merasakan pipiku memanas yang berarti pipiku sudah memerah.

Niall pun kembali menciumku. Ia memegangi pinggangku dan melepas ciumannya.

"You like that, beauté?" tanyanya, masih memperlihatkan smirknya.

"Maybe.." jawabku.

Lalu ia menciumku lagi.

café || n.h.Where stories live. Discover now