BAB 1

25.5K 1.8K 12
                                    

TYPO! FLAT! GAJE!

Deru kendaraan yang semakin besar, membuat wanita yang rambut dikuncir satu menutup telinga kirinya. Matanya terus menoleh kearah kiri, dimana angkot sering muncul, tapi sampai sekarang pun angkot yang ditunggunya belum juga muncul. Elvy mengangkat tangan kanannya, melihat jam tangan yang melingkar di sana dan dia sukses melotot saat melihat jarum jam yang sudah pukul 10. Dan itu pertanda bahwa 20 menit lagi mata kuliahnya akan mulai.

"Shit," makinya pelan. Tanpa sadar dia menggigit bibir bawahnya sambil menoleh lagi kearah kiri, berharap bahwa detik ini juga angkot itu akan muncul dan dia langsung berdecak saat apa yang ditunggu belum juga muncul. Kalau dia tahu akan seperti ini jadinya, dia nggak akan menonton drama korea yang berujung dengan kesiangan dirinya.

"Akhirnya muncul juga," ucap Elvy saat mobil biru itu sudah terlihat.

Wanita itu melihat jam tangannya lagi, dan keresahan lagi-lagi dia rasakan saat tahu jarum jam sudah hampir pukul 10.30, dan itu berarti dia akan telat. Buru-buru Elvy membenarkan tasnya, bersiap-siap untuk memasuki angkutan itu sebelum penuh. Baru saja dia melangkahkan kakinya unruk masuk kedalam angkutan itu tubuhnya tertarik kebelakang. Bukan karena ingin masuk, tapi orang memeluknya dengan erat, dan itu membuat dia melotot.

"Siapa lo?! Lepasin gue." Elvy berontak, mendorong keras cowok yang seenak jidatnya memeluknya di depan umum, membuat mereka menjadi pusat perhatian. Kurang ajar banget nih cowok main peluk-peluk aja, dikira gue cewek murahan mau asal dipeluk.

Cowok itu bukannya mengikuti kemauan Elvy, malah mempererat pelukannya kepada wanita yang semakin brutal dalam pelukannya itu. "Diem dulu." Elvy melotot, diem jidat lo diem dasar cowok kurang ajar.

"Bacot lu di..." ucapan Elvy terhenti. Tubuhnya menegang saat benda kenyal menyentuh pipinya. Cowok yang tak dia kenal itu mencium pipinya.

Melihat reaksi wanita di depannya yang mematung, cowok itu semakin mengeratkan pelukannya dan dengan sengaja menarik tangan Elvy dengan paksa untuk melingkari pinggangnya.

"El, lo kok ninggalin gue sih." Eldwin memberikan tatapan datar tak tertarik dengan wanita yang memanggil namanya itu. "Ih lo ngapain meluk El gue, lepasin." Dahlia yang baru sadar bahwa selain mereka ada wanita yang tengah memeluk Eldwin dengan erat, langsung mengarahkan tangannya kearah lengan wanita yang ada dipelukan Eldwinnya.

Eldwin, cowok itu langsung mundur beberapa langkah menghindari serangan cewek gila yang sudah lama mengejarnya.

"Eldwin," teriak Dahlia kesal saat tangannya gagal menggapai tubuh wanita yang masih setia dipelukan Eldwin.

Dahlia tidak tahu saja, kalau Eldwinlah yang semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh wanita yang dia sama sekali tak tahu namanya itu. Karena sejak beberapa detik yang lalu, wanita itu sudah sadar dari kecupan singkat yang Eldwin berikan, dan kini sedang mencoba melepaskan diri darinya dengan cara mencubit pinggangnya. Tentu saja itu tidak dibiarkan begitu saja oleh Eldwin, selain mengeratkan pelukannya, Eldwin mendekatkan wajahnya kearah wajah yang kini sudah memerah karena marah.

"Lo lepas dari pelukan gue. Gue nggak bakal segan-segan cium lo di bibir."

Bukan pernyataan, melainkan ancaman yang diucapkan dengan datar. Mata Elvy membulat, aksi mencubitnya pun sudah dihentikan. Dikepala Elvy sekarang sudah berputar sebuah kalimat, cowok yang ada di depannya ini gila benar-benar gila.

Lagi-lagi Eldwin terseunyum meski sekilas "Nama lo?"

Meski malas Elvy menjawabnya "Elvy," ujarnya ketus dengan mata yang tidak melihat kearah Eldwin, karena jika matanya melihat wajah Eldwin bisa dipastikan Elvy akan mencakar wajah cowok gila itu. Eldwin mengangguk-ngangguk, sedangkan Dahlia menggeram karena marah.

"Gue Eldwin."

"Nggak nanya." Siapa juga butuh nama lo, nggak penting buat gue. Lanjut Elvy dalam hati.

"El, dia siapa lo sih, sampe lo biarin dia meluk-meluk lo kayak gitu." Dahlia yang sudah tak tahan, akhirnya bertanya. Raut wajahnya seperti sudah akan mencincang-cincang Elvy karena sudah berani menyentuh orang yang dia cintai.

"Pacar gue," balas Eldwin santai tanpa mengetahui dampak pada dua orang wanita yang ada disana.

Elvy, yang tadi malas menatap Eldwin langsung mengalihkan pandangannya ke arah cowok gila itu. What the hell cowok itu barusan mengatakan apa. Pacar? Kenal aja nggak, gimana bisa jadi pacar. Wah ini cowok, udah dikasih hati minta jantung. Kapan gue jadi pacar cowok gila ini.

"Se..sejak kapan lo punya pacar? Lo bohong kan El..." Dahlia menatap Eldwin dengan pandangan tak percaya. Matanya mengarah tajam ke arah Elvy "pasti dia kan yang ngerayu lo," Tuduhnya sambil menunjuk Elvy.

Elvy sudah tak tahan lagi dengan drama yang tiba-tiba harus dia alami, memutar tubuhnya mulutnya sudah gatal ingin memaki dua orang kurang ajar ini. Tapi, niatnya itu melayang saat tubuhnya lagi-lagi ditahan oleh Eldwin.

"Diem, biar gue yang ngurusin. Jangan berani lepasin tangan lo dari pinggang gue," perintah Eldwin dengan suara pelan, merasa Elvy akan menuruti kemauannya Eldwin menoleh ke arah Dahlia.

"Bukan urusan lo. Sekarang lebih baik lo pergi, gue nggak mau cewek gue marah cuman karena cewek macam lo." Dahlia terdiam, matanya memerah. Tanpa banyak kata dia pergi meninggalkan Eldwin dan Elvy yang masih dalam kondisi berpelukan dengan hati yang memanas.

Melihat Dahlia sudah menjauh, Eldwin bernafas lega. Dia heran, ada wanita yang jenisnya seperti Dahlia sudah ditolak berulang kali tetap mengejarnya. Meski dia cuek, lama-kelamaan dia merasa risih juga dengan sikap Dahlia yang terus mengikutinya terus, dan berlagak kalau dia adalah milik cewek itu.

Elvy menahan segala makian yang sejak tadi dia ucapkan dalam hati agar tidak keluar dari bibirnya. Dan emosinya langsung meledak saat mendengar kalimat yang dikeluarkan oleh Eldwin.

"Lo ngapain masih meluk gue. Minggir, gue mau pergi." Sekali tarikan, pelukan Elvy terlepas. Eldwin tanpa banyak kata langsung menjauh dari Elvy, yang kini sudah siap untuk meledak.

"Dasar cowok gila, kurang ajar, nggak tahu diri, manusia mesum!!" maki Elvy yang dia yakin bahwa cowok itu masih bisa mendengarnya. Masih banyak makian yang ingin dia keluarkan untuk manusia macam cowok gila itu, tapi diurangkannya niat itu saat dia sadar bahwa dirinyalah yang menjadi pusat perhatian. Dengan tergesa-gesa Elvy berlari meninggalkan tempat dia bediri, dengan mulut yang masih mengumpati cowok gila dan berharap bahwa dia tidak akan pernah bertemu dengan cowok macam itu lagi.

TBC

Hai semua :D Makasi ya udah suka  sama cerita ini.  Semoga bab ini juga  suka ya   :D

BTW like cerita temen ku ya judulnya Aku tanpa dia oleh kmegasari. ::D

Dan jangan lupa baca Alya ya :D See yaaa

Eldwin dan Elvy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang