BAB 2

23K 1.4K 21
                                    

Warning, TYPO! GAJE! FLAT!

 "Elvy." Teriakan itu membuat wanita yang sedang membaca novel menghentikkan kegiatannya dan langsung melirik ke arah pintu.

"Apaan?" tanyanya malas dan melanjutkan kegiatan membaca novelnya, tanpa berniat menjamu orang yang kini sudah mendengus kesal.

Maura meletakkan tasnya dan langsung menjatuhkan diri di samping sahabatnya yang masih fokus pada bacaannya. "Lo kenapa nggak masuk kelas?" tanya Maura, tangannya membalik sedikit novel yang dibaca Elvy untuk melihat judul novel itu.

Elvy menepis tangan Maura pelan, membuat wanita itu manyun "Gue telat masuk." Elvy berdecak, matanya mencari kalimat yang tadi dia baca.

"Telat bangun lagi?" Tebak Maura. "Gara-gara drama korea?" tambahnya. Dan dia geleng-geleng kepala saat Elvy mengangguk. Selama dia sahabatan dengan Elvy, dia jarang mendengarkan alasan telat masuknya Elvy bukan karena menonton drama korea atau konser boy band kesukaannya. Pasti karena dua hal itu, bukan pasti melainkan wajib. Dia heran apa sih bagusnya begadang buat nonton drama korea, kan lebih baik tidur.

"Bukan karena itu doang gue telat. Tapi gara-gara cowok gila yang tiba-tiba narik gue pas mau nanik angkot." Kini emosi Elvy yang sudah berhasil dia redamkan, muncul kembali saat mengingat kejadian dimana dia hampir ingin membunuh cowok asing itu.

"Cowok gila?" tanya Maura. Kini rasa pensaran Maura sudah timbul, karena ucapan Elvy itu. Ini adalah alasan yang jarang dia dengar keluar dari bibir Elvy, apalagi itu berkaitan dengan cowok, dan dia nggak mungkin melewatkannya. "Maksud lo, cowok yang rada-rada gitu atau gimana?"

Elvy menutup novelnya, hilang sudah mood dia membaca "Sebelas dua belas kayak gitu deh. Intinya dia cowok gila. Masa ya, gue dipeluk tiba-tiba di tempat nunggu angkot, dan paling parah dia nyium pipi gue dan bilang gue pacar dia, gila kan," jelasnya sambil mengubah posisinya menjadi duduk.

"APA!" teriak Maura histeris yang langsung mendapat lemparan bantal dari Elvy.

"Nggak usah teriak gitu juga ih." Elvy mendelik sebal kearah Maura, bisa gawatkan kalau bi Inah denger suara Maura, dan kalau denger bisa dipastikan cerita itu akan terdengar oleh kakak tercintanya yang bisa membuat bencana untuk dirinya sendiri.

Maura nyengir sambil mengangkat tangannya membentuk tanda 'V' "Ya Maaf. Gue kaget banget soalnya. Tapi serius loh, tuh cowok cium pipi lo. Berani bener."

Elvy menghendikkan bahunya "Mana gue tahu. Gue kenal aja kagak. Dan lo tahu dia ngelakuin itu buat ngehindarin cewek yang menurut gue suka sama dia atau pacarnya atua apalah gue nggak tahu. Brengsek kan dia.Mana dia langsung ninggalin gue gitu aja."

Maura melongo dan langsung bertepuk tangan "Wah cowok itu keren abis. Gue jadi pingin ketemu sama cowok yang lo bilang itu."

Elvy menoyor kepala Maura "Keren habis darimananya, brengsek baru iya. Kalau gue ogah mau ketemu sama dia lagi. Cukup sekali aja gue ketemu, kedua ketiga kalinya makasih." Ogah banget dia ketemu sama cowok gila itu, kalau dia ketemu bisa-bisa dia darah tinggi saking ingin mencekik leher cowok itu.

"Hati-hati loh, benci jadi cinta." Maura menaik turunkan kedua alisnya dan senyumnya langsung sumringah saat mengingat sesuatu "Ah nggak apa-apa, benci jadi cinta supaya lo bisa ngerasain namanya cinta," ucapnya senang. Membayangkan Elvy akan namanya cinta sudah sukses membuat dia bahagia.

Elvy bergidik, lantas menggeleng-geleng cepat "Amit-amit. Nggak mau gue jatuh cinta sama dia. Semoga aja nggak." Maura tertawa mendengarnya. Elvy yang melihat Maura bahagia mendengus, apa hebatnya sih namanya cinta sampai Maura mendoakan dia seperti itu

Eldwin dan Elvy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang