Warning Typo! Gaje! Flat!
Tak Tak Tak
Suara ketikan laptop menggema di penjuru kamar yang bernuansa biru laut itu. Sudah terhitung satu jam Elvy duduk di depan laptop, ditemani dengan beberapa buku dan lembaran print yang kini sudah tercecer di bawah lantai kamarnya. Mata wanita itu fokus dengan apa yang dikerjakannya sekarang. Proposal, tugas akhir yang dosennya berikan.
"Arrhg ini analisis datanya pake apa lagi, lupa kan." Elvy mengacak rambutnya sambil mencari lembaran-lembaran jurnal yang entah pergi kemana.
BAB III ini yang sering kali membuat dia kesal saking pusingnya, memikir analisis yang akan digunakan dalam menghitung data. Jujur, Elvy ingin tidur matanya sudah sangat lelah ingin diistirahatkan tapi dia tidak ingin mengambil resiko bisa-bisa dia tidak menyelesaikannya hari ini juga. Andai saja proposal ini seperti novel yang sering dia baca, mungkin dia akan senang mengerjakannya.
"Serius amat neng," celetukkan itu sukses membuat menarik perhatian Elvy seutuhnya. Wajah lelah itu mendongak, dan sebuah senyuman langsung muncul di wajah Elvy.
"Hehhe, hai bang. Udah pulang?" Elvy berdiri, merenggangkan ototnya yang kaku sejenak sebelum menghampiri kakaknya yang sudah bersender di pintu kamarnya.
Alis Tama naik sebelah "Menurut kamu dek kalau abang udah dirumah berarti apa?" tanyanya balik, Elvy tersenyum kecut.
"Ya udah pulang." Elvy mengambil tangan Tama dan menciumnya.
"Nah itu tahu." Tama mengacak rambut Elvy, membuat rambut yang sudah acak-acakkan semakin acak-acakkan.
"Kok kakak nyebeliin." Elvy merengut kesal sambil memperbaiki rambutnya dengan jari tangannya. "Kak Tama keluar aja deh, kalau cuman mau bikin El kesel."
Tama tidak mengindahkan ucapan Elvy, cowok itu mengambil kantong plastik yang sengaja dia sembunyikan "Ngambekan. Nih buat kamu. Kalau udah kelar langsung istirahat, dan jangan lupa Shalat Isya'." Ucapnya mengingatkan Elvy sebelum dia berbalik dan masuk kedalam kamarnya sendiri.
Elvy membuka kantong plastik itu, dan langsung memekik senang saat tahu apa yang dibawakan oleh kakaknya "Makasi Kak Tama. Kak Tama kakak paling baik deh," teriaknya dari dalam kamar.
Tama yang mendengarnya geleng-geleng kepala, emang siapa lagi kakak wanita itu selain dirinya "Inget langsung istirahat kalau udah selesai, dan jangan lupa Shalat," ulangnya lagi yang langsung mendapatkan balasan dari adek tercintanya itu.
"Ya kak." Elvy menutup pintunya sambil bersenandung, kalau ada Red Velvet mah dia siap begadang deh. Kakaknya itu tahu aja apa yang dibutuhkan dia kalau sudah mentok begini, ah Kak Tama meski nyebelin tapi pengertian.
***
Elvy berjalan menyusuri koridor kampusnya dengan bersenandung kecil, lagu Give Your a Heart break menjadi pilihannya pagi ini. Sesekali dia tersenyum dan menyapa orang yang dia kenal. Hatinya sedang bahagia, karena pagi ini dia tidak perlu mengeluarkan ongkos karena kakaknya yang mengatarnya. Bahagia itu memang sederhana. Tapi kebahagiaan itu lenyap saat matanya tanpa sengaja menangkap sosok orang yang sangat dihindarinya, siapa lagi kalau bukan Eldwin, cowok kurang ajar yang pertama kali dia temui dalam hidupnya.
Mood Elvy langsung berubah, pegangan pada mapnya semakin mengerat. Tarik nafas buang,
"El lu nggak boleh emosi. Inget, lo nggak mau cepet tua kan. Anggep aja tuh manusia, manusia transparan, nggak berbentuk dan nggak berbau." Elvy memantapkan dirinya untuk melewati manusia-manusia transparan itu.Elvy terus berjalan, tanpa berminat menoleh. Ekspresi ramah yang tadi diberikannya, sekarang menghilang digantikan dengan ekspresi dingin.
"Hai El." Elvy tahu suara itu, Evan pacar Maura. Dia ingin tidak menyahut tapi nanti dibilang sombong, tapi kalau nyaut dia harus menoleh dan berhadapan dengan manusia transparan sahabat Evan.
"Hai Van." Akhirnya Elvy memilih untuk menyapa karena mengingat perkataan bundanya. Tapi hanya sebatas menyapa, menoleh sekilas dan langsung berjalan cepat meninggalkan cowok-cowok itu.
"Lah nama panggilan lo El kok sama. Cie jangan-jangan jodoh." Goda Atta sambil bersiul-siul.
Jodoh mbah mu jodoh. Lo aja sana jodoh sama si gila, balas lvy dalam hati sambil terus berjalan meninggalkan cowok-cowok itu.
"Mau kemana?" Eldwin memegang pergelangan tangan El, membuat langkah wanita itu terhenti.
Elvy menoleh dan langsung menghempaskan tangan Eldwin yang menggenggam tangannya "Bukan urusan lo." El membuang muka dan siap untuk mlanjutkan jalannya sebelum map yang dipegang olehnya ditarik oleh Eldwin.
"Balikin map gue," desis Elvy sambil mengulurkan tangannya mengambil map yang sekarang sudah terbuka oleh cowok itu. Wanita itu menatap tajam ke arah Eldwin yang kini semakin mundur.
"Oh tugas akhir ya." Eldwin tak memperdulikan ucapan Elvy dia terus membaca proposal wanita itu, sesekali menoleh ke arah Elvy yang kini sudah mengepalkan tangannya.
"Bukan urusan lo. Sini balikin, jangan cari gara-gara sama gue." Sudah cukup, Elvy sudah tak tahan lagi dia berjalan mendekati Eldwin. Dia mencoba meraih map yang ada di tangan cowok gila itu, tapi setiap dia sudah hampir mengambilnya, Eldwin langsung menjauhkannya terus begitu hingga tangan Eldwin menyenggol tangan Atta yang sedang meminum minuman soda. Dan byurr, mapnya jatuh begitu juga dengan minuman Atta.
Mata Elvy melotot, rahangnya mengeras. Ditatapnya Eldwin dengan rasa benci yang luar biasa "Gue benci banget sama lo," Elvy menurunkan tubuhnya mengambil proposalnya yang kini tintanya sudah kabur karena basah.
Eldwin ikut berjongkok, dan dia tertegun melihat mata Elvy yang memerah. "El gue.."
Ucapan Eldwin terpotong karena Elvy langsung pergi dari sana tanpa mau memandang Eldwin sama sekali.
Evan yang sejak tadi menonton, menepuk pundak sahabatnya itu "Lo keterlaluan."
Eldwin terdiam, dia membenarkan ucapan Evan dia sepertinya keterlaluan menggoda wanita yang kini dia yakin sudah menangis entah dimana.
TBC
Hai hai, makasi ya udah dukung cerita ini. Maafkan banyak typo yang bertebaran. Ditunggu vommennya yak :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Eldwin dan Elvy✔
RomanceElvy, takut untuk jatuh cinta. Takut merasakan patah hati seperti orang lain, perasaan yang membuat dia merasa jatuh sejatuh-jatuhnya. Dan karena itulah dia membetengi dirinya agar tidak pernah merasakan perasaan itu. Tapi tiba-tiba, perasaannya...