BAB 4

16.7K 1.3K 18
                                    

Warning Typo! Gaje! FLAT dan lain-lain

Eldwin memperhatikan pacar sahabatnya dengan penuh perhatian, bukan karena dia menyukai Maura, tapi dia menunggu kabar dari wanita yang tengah menghubungi sahabatnya. Kejadian beberapa jam yang lalu masih terbayang di otaknya, wajah yang memerah, ditambah mata yang menatapnya penuh kebencian membuat dia benar-benar merasa bersalah sampai saat ini.

"Elvy, nggak balas chat gue," lapor Maura. Wanita itu menatap tajam Eldwin "Lo juga El. Kenapa suka gangguin Elvy sih. Udah awal-awal lo seenak jidatnya meluk plus nyium pipi dia. Sekarang, ngerusak tugas dia. Mau lo apa?" tanyanya marah. Memang dia menyukai fakta bahwa ada orang yang suka menggoda Elvy, tapi kalau sampai sahabatnya menangis entah apapun alasannya itu tetap dia tidak suka.

Cowok berkemeja flanel itu menegakkan tubuhnya, "Gue cuman seneng aja godain dia. Iya meski awalnya gue nggak ada niatan kayak gitu sih. Gue peluk sama cium dia itu reflek biar Dahlia jauhin gue. Tapi pas ngeliat ekspresinya itu gue jadi nggak tahan godain dia." Eldwin tak ada pilihan selain menjelaskan semuanya, karena dia tidak mau dicabik-cabik oleh Maura yang sekarang saja sudah menggertakkan giginya. Salah ucap bisa dipastikan wanita itu ngamuk.

"Lo cium pipi Elvy? Seriusan lo?" Evan menatap Eldwin tak percaya, baru sekarang dia mendengar cerita yang dia yakini menjadi awal Elvy membenci Eldwin. "Parah." Komentarnya saat melihat Eldwin mengangguk.

"Parah banget lo. Kalau kayak gitu, nggak heran gue Elvy benci banget sama lo El." Sambung Atta sambil geleng-geleng kepala. Dia mengira Elvy tipe orang yang galak, tapi ternyata alasan ini yang buat wanita itu ngamuk. Eldwin, Eldwin, ada aja tingkahnya.

Maura berkacak pinggang, "Pokoknya lo harus wajib nggak ada kata nolak buat ngehibur sahabat gue. Kalau lo berani nolak." Maura menggerakan ibu jarinya horizontal melewati lehernya. "Mati."

Tanpa sadar Eldwin mengangguk, sedangkan Evan terkekeh sambil menepuk kepala wanitanya. Menggemaskan.

"Elvy belum balas line kamu?" Evan mencoba mengalihkan Maura karena mendapatkan kode dari Eldwin untuk menjinakkan pacarnya.

Maura menggeleng lemah, "Tuh anak kalau udah kesel, marah, sedih susah banget dihubungin." Tangan Maura lagi mengetik sebuah pesan pada Elvy. Saat tahu dia tidak akan dibalas, Maura menelpon Elvy berharap bahwa dia sahabatnya itu mengangkat telponnya.

"Sial, di reject." Maura memperhatikan hpnya, tak percaya bahwa Elvy menolak panggilannya. Tepat saat Maura akan menelponnya, suara dentingan hpnya terdengar, menandakan pesan baru masuk.

Read Dimana?

Elvy_BP

D blkg kmps

Kalau Elvy sudah menyingkat tulisan berarti wanita itu benar-benar marah. Maura buru-buru membalas pesan Elvy, sebelum wanita itu menghilang lagi.

Read Tunggu gue disana. Nanti biar gue yang ngomong sama Bu Ratna

Elvy_BP

Udhlh mls w

Baru saja dia mau membalas, Eldwin langsung merebut Hpnya.

"Gue pinjem bentar." Eldwin membawa hp Maura dan mengetikan sebuah pesan pada Elvy.

Lo masih marah sama Eldwin?

Elvy_BP

Mnrt lh?

Marah?

Elvy_BP

Slh w gg mrh. W bnc dia. Klau lo mau kesini GC.

ReadOTW

Eldwin mengembalikan hp Maura yang sebelumnya sudah mengambil id line Elvy, "Biar gue yang urus." Setelah itu Eldwin berlalu dari sana, meninggalkan para sahabatnya bingung.

****

Elvy meratapi proposalnya yang sudah mati-matian dia kerjakan kemarin, dan sekarang proposal itu ditolak mentah-mentah karena telat mengumpulkan. Itu semua karena cowok gila yang membuat dia terpaksa mengeprint ulang proposalnya yang filenya hanya ada dirumah. Bisa dibayangkan bagaimana rasa kesalnya, karena dia sudah berusaha untuk cepat mengeprint ulang dan mengumpulkan proposal yang berakhir penolakan.

"Sialan." Makinya entah sudah berapa kali. Elvy mengadahkan kepalanya menatap langit, memejamkan matanya sejenak berharap bahwa emosinya akan hilang bersama awan. Kenapa dia sial sekali sejak ketemu dengan cowok gila itu.

Elvy langsung membuka matanya saat dirasakan benda dingin yang menyentuh pipinya, dia menoleh dan emosinya kembali tersulut saat tahu siapa orang yang ada disampingnya.

"Ngapain lo disini?" tanya Elvy marah. Wanita itu menjauh dari Eldwin yang entah sejak kapan ada di sana. Matanya menatap nyalang Eldwin, mau apa lagi cowok gila ini? Tak cukup apa tadi dia membuatnya emosi.

Eldwin terdiam tak memperdulikan ucapan Elvy. Tangannya menaruh kaleng minuman dingin yang sengaja dibelinya itu perlahan disamping Elvy. "Minum gih, gue tahu lo gerah," ucapnya santai. Eldwin, diam-diam memperhatikan Elvy dengan ekor matanya, dan pandangannya terfokus pada tumpukan kertas yang sedang dipangku Elvy.

Iya, gerah. Gerah pingin cakarin muka lo jerit Elvy dalam hati. Dia tak habis pikir dengan sikap Eldwin yang terkesan tenang, seakan-akan tak pernah terjadi apa-apa diantara mereka. Padahal jelas-jelas cowok gila itu sudah membuat anak orang menangis. Cih.

Elvy, yang memang males meladeni Eldwin bangkit dari sana, lebih baik dia memikirkan bagaimana caranya mengumpulkan tugas akhirnya dibandingkan harus membuang tenaganya untuk Eldwin. Elvy semakin menarik kakinya untuk menjauh dari Eldwin, hingga kalimat yang dikeluarkan oleh Eldwin membuatnya berhenti melangkah.

"Gue minta maaf." Eldwin menolehkan kepalanya, menatap punggung Elvy. Dia yakin wanita itu mendengar kalimatnya. Melihat Elvy tak kunjung membalas, Eldwin melanjutkan perkataannya "gue nggak ada maksud sama sekali buat lo marah. Gue cuman mau godaiin lo doang." Ucapnya tenang, seakan kalimatnya itu tidak akan membuat orang sakit hati.

Apa cowok itu bilang?! Godain gue? Dia kira gue cewek apaan digoda-godain. Dengan penuh emosi dia menoleh, hilang sudah niatnya untuk menjaga emosinya. Cowok ini benar-benar hharus dikasih pelajaran.

"Lo kira gue apaan?!" geramnya. Wajahnya memerah saking kesal dengan kalimat Eldwin, dia merasa direndahkan disini. Tangannya mengepa, gatal ingin menampar cowok itu sekarang juga.

Eldwin akhirnya berdiri, berjalan pelan mendekati Elvy yang tengah menatapnya dengan tatapan kebencian, kemarahan dan bahkan tatapan yang mengatakan ingin membunuhnya sekarang juga.

Kini akhirnya Eldwin dan Elvy saling berhadapan. Eldwin bisa memperhatikan bagaimana wajah Elvy dari dekat, wajah memerah menahan amarah. Elvy, wanita itu memasang kuda-kuda berjaga-jaga siapa tahu cowok itu akan melakukan sesuatu terhadapnya. Dan benar saja, kini tangan Eldwin melingkar indah di pinggangnya, menariknya mendekati cowok itu.

"Lo apa-apaan?! Lepasin gue brengsek." Elvy mendorong-dorong tubuh Eldwin, tapi gagal. Adegan ini kok sama kayak pertama kali ketemu sama si gila sih, batinnya.

"Sekarang lo udah ngubah paggilan gue. Dari gila ke brengsek. Bagus-bagus." Eldwin manggut-manggut, sedangkan Elvy menatapnya dengan tatapan dasar gila.

Elvy tak tinggal diam, dia memukul, menjambak, bahkan menggigit lengan Eldwin, agar cowok itu melepaskannya. Entah Eldwin punya kekuatan apa, cowok itu tetep kekeh memeluknya, bahkan tangannya sekarang menghentikkan pembrontakan yang dia lakukan.

"Lo tahu El. Gue cuman mau bilang ini sekali lagi." Eldwin melepaskan tangan Elvy dan kembali mengeratkan pelukannya, mendekatkan wajahnya di kuping Elvy "gue minta maaf. Maaf banget, karena buat lo emosi. Tugas lo biar gue yang nyelesaiin, dan El gue rasa gue tertarik sama lo." Setelah itu Eldwin menarik map yang berada ditangan Elvy, dan lagi-lagi meninggalkan Elvy yang masih mencerna kalimatnya.

TBC

Hai hai aku balik lagi nih bawain Eldwin dan Elvy, semoga suka ya. Ditunggu vommen, dan saran serta kritiknya :D

Eldwin dan Elvy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang