First met

66 1 0
                                    

Ale's POV

"Hi, A!" sapa seorang wanita yang ikut berjalan disampingku. Ya, dia sahabatku Rebbecca. Sahabatku yang sangat dikagumi oleh banyak lelaki dijurusan kami. Bukan! Bukan hanya dijurusan kami, tapi di kampus ini. Hampir semua orang mengenalnya dan mengagumi kecantikkannya.

"Hi, pagi R! Bagaimana semalam? Apa kau bisa pulang dengan selamat?" Tanyaku sambil menaik-turunkan alisku (menggodanya). Bagaimana tidak, dia pulang dengan seorang lelaki yang bahkan belum pernah dia beritahu pada kami (aku dan Jennifer).

"Arghhh... sudahlah lupakan. Dia bukan siapa-siapaku" ucapnya dengan memutar matanya.

"Fine"

Kami berjalan menuju ruang kelas kami. Dan aku dapat melihat Jennifer sudah duduk dengan tenang dikursi paling tengah.

"Hi! Disini" panggil Jennifer sambil melambaikan tangannya.

"Kenapa selalu ditengah?" Tanya Rebbecca kesal. Jennifer menatapku seolah bertanya memangnya kenapa? Aku hanya menggeleng, karena aku benar-benar tidak mengerti kenapa Rebbecca tidak suka duduk disana.

"Baiklah, kau ingin duduk dimana?" Tanya Jennifer mengalah. Dia berdiri disampingku sambil membawa tas jinjingnya.

"Aku ingin duduk disamping tembok" ucapnya dengan semangat. Rebbecca menggandeng tanganku dan Jennifer menariknya menuju tempat duduk yang diinginkannya.


Seusai jam kuliah berakhir, aku bergegas pulang menggunakan taksi. Papa belum memperbolehkanku mengendarai kendaraan sendiri. Katanya, papa tidak ingin aku terjadi apa-apa dijalan. Papa terlalu overprotactive memang.

Setelah sepeninggalnya mama, membuat papa terlalu overprotective padaku.

Sesampainya dirumah, aku melihat papa sedang duduk didepan kolam renang sambil membaca koran.

"Papaaa" sapaku. Papa menoleh padaku.

"Sayang, papa tunggu di meja makan" ucap Papa kembali membaca korannya.

"Iya, pa. Ale ganti baju dulu ya?" Aku meninggalkan papa yang masih membaca korannya, menuju kamarku yang berada di lantai 2.

Setelah mengganti pakaianku, aku bergegas menuju meja makan. Dan aku melihat papa sudah duduk disana.

"Ale, papa akan menjodohkanmu." ucap papa yang membuatku shock. Seketika itu aku berhenti mengunyah makananku.

"Apa??? Papa mau menjodohkan ku?" mataku membelalak mendengar ucapan papa.

"Iya. Kamu akan Papa jodohkan dengan rekan kerja Papa" ucap papa dengan terus meneruskan makan siangnya.

"Tapi... aku tidak mau dijodohkan" elakku. Papa melirikku dan memindahkan tatapannya pada makanan didepannya.

"Papa tidak mau tau. Sebenarnya, kalau pun kamu tidak mau menerima, itu masalah mudah bagi papa. Papa akan menarik semua fasilitasmu, ponsel, atm berikan pada papa" ancam papa.

"Hah... Baiklah. Aku akan pikir-pikir dulu" ucapku meninggalkan ruang makan menuju kamarku yang berada dilantai 2.

"Aku harus bagaimana?" ucapku saat duduk di depan jendela kamarku.

Benar-benar seperti disambar petir disiang hari mendengar ucapan papa tadi. Bagaimana bisa papa ingin menjodohkanku dengan rekan kerjanya?

Sebenarnya tidak ada masalah untuk menerimanya. Hanya saja aku masih ingin bebas dan belum ingin berkomitmen.

"Apa yang harus aku lakukan?" Aku berbicara sendiri sambil melihat langit yang masih sangat cerah, tapi tidak secerah hatiku saat ini.

Aku mengambil ponselku dan mulai mendengarkan musik kesukaanku.

Married YoungWhere stories live. Discover now