Lima : RENCANA ARUMA

3K 217 4
                                    



Aruma menyeruak masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke bilik Lansa, dimana dia mendengar ada keributan. Sebenarnya bukan sedikit keributan, karena Lansa harus beberapa kali tersungkur akibat pukulan keras yang dilakukan Lewanu terhadap dirinya.

"Hentikan, Lewanu! Kamu bisa membunuh Lansa!" Aruma mencoba memegang lengan-lengan Lewanu agar menghentikan pukulannya.

Sementara Lansa yang mencoba untuk bangun dalam keadaan setengah naked membuat Aruma tak kalah terkejut dengan apa yang dilihatnya, sama dengan rasa terkejut yang dialami Lewanu. Pikiran buruk segera menyerbu otak kedua orang itu.

"Apa yang telah kamu lakukan, Lansa?" Aruma bertanya dengan nada marah karena dia juga melihat sekilas, bahwa Yiska yang sedang menggigil di bawah selimut itu pun dalam keadaan nyaris telanjang.

"Benar-benar memalukan! Kelakuanmu akan mengotori martabat kita dan Cherokee akan menjadi suku kotor yang mendatangkan kutukan Tuhan!" Lewanu kembali angkat bicara, mencoba memuntahkan apa yang ada di kepalanya.

Lansa bangkit sambil mengusap mulutnya yang memar dan sedikit berdarah.

"Kalian pikir apa yang aku lakukan? Aku hanya mencoba meredam panasnya, karena obat yang diberikan bibi Aruma tak membuat demamnya menurun!" Lansa menjelaskan dengan nada menahan amarah.

Lewanu dan Aruma saling berpandangan, menatap tak percaya dengan alasan yang diungkapkan Lansa.

"Apakah kalian tak melihat? Aku tidak bugil! Dan gadis ini juga masih dengan pakaiannya. Aku hanya melepas pakaian luarnya saja!"

"Lalu mengapa kau membawa gadis ini ke rumah kita? Bukankah seharusnya dia ada di bilik tahanan?" Lewanu mencoba mengalihkan pembicaraan untuk menghindari rasa malunya karena apa yang dia pikirkan ternyata salah.

Aruma segera mendekati Yiska dan menyelimutinya kembali, karena gadis itu terus saja demam hingga menggigil.

"Aku minta maaf karena membawanya kesini tanpa ijin ayah terlebih dahulu." Lansa merendahkan nada bicaranya.

Lewanu menghela napas.

"Kita bicarakan ini di ruang tengah!" Lewanu memerintah kemudian berjalan keluar dari bilik Lansa.

Lansa menatap sejenak ke atah bibi Aruma. "Beri Yiska pertolongan, Bibi. Sepertinya demamnya semakin parah," ucap Lansa yang dijawab anggukan oleh Bibi Aruma. Lansa lantas mengikuti Lewanu keluar dari biliknya sambil mengusap ujung bibirnya yang pecah berdarah.

Di ruang tengah, keduanya duduk menghadap sebuah meja kayu besar yang terlihat sangat kuno. Lewanu menatap Lansa yang sedang meringis merasakan lebam di wajahnya.

"Jadi bisa kau jelaskan, bagaimana gadis kota yang seharusnya menjadi tawanan itu bisa sampai ke bilikmu?" Lewanu bertanya dengan nada penuh wibawa, seperti hendak mengadili Lansa.

Lansa menatap Lewanu sekilas lalu berdiri dan beranjak ke dekat jendela, menatap pemandangan luar. Mata Lewanu mengikuti kemana arah Lansa berjalan.

"Yoki hampir memperkosa gadis itu," jawab Lansa datar.

Lewanu tertawa. "Sepertinya tidak hanya hari ini Yoki melakukannya, Lansa. Dan biasanya kamu tidak ambil pusing dengan apa yang Yoki perbuat."

"Tapi kita belum bisa memastikan apakah gadis ini benar ataukah bersalah."

Dahi Lewanu mengerut.

"Tapi tindakanmu yang menelanjangi gadis itu bahkan hendak berbuat sesuatu yang tidak senonoh juga tak lebih baik dari yang Yoki lakukan, Lansa."

KEMELUT LEMBAH CHEROKEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang