Prolog

182 29 25
                                    


Seharusnya ia tidak lupa bahwa kota yang ia tinggali ini dijuluki kota Hujan. Kayla menunggu di bawah bangunan tua, kemudian mendesah panjang "Sepertinya hanya aku saja yang bodoh disini, semua orang membawa payung" lalu mengerang keras.

Sebuah pemikiran terbesit, Apakah ia harus menembus hujan agar menuju sekolah, tapi itu akan membuat seragam beserta isi tasnya akan basah, atau ia harus terus menunggu sampai hujan mereda. Sepertinya Kayla lebih memilih pilihan kedua. Oke, itu keputusan yang aman untuk dirinya.

***

Fadi tahu bahwa hari ini akan hujan, jadi ia membawa payung. Berjalan menuju ke sekolah sudah menjadi hal biasa untuk dirinya, karena baginya kaki dibuat untuk berjalan. Fadi berbelok kesebuah jalan yang dipenuhi bangunan tua, memang jalan itu terkenal sebagai jalan pintas menuju ke sekolahnya. Matanya terarah melihat sesosok gadis SMA yang sedang berteduh di sebuah bangunan lama, mengalihkan pandangan, ia terus berjalan melewati gadis itu.

***

Kayla sesekali melirik jam tangannya, ia berharap jangan sampai terlambat ke sekolah lagi untuk yang ke-6 kalinya. Kayla melihat orang yang memakai seragam yang sama dengan dirinya "Hey... hey.. hey!" meneriakan orang itu sambil melambai-lambaikan tangannya, tapi lelaki itu tidak berpaling.

Harapan terakhirnya pupus.

Kayla menundukan kepalanya, hari ini ia akan terlambat lagi dan lagi. "Mungkin ia salah satu lelaki berhati dingin didunia ini" sambil menendang-nendang kecil.

"Sepertinya tadi kau memanggilku?"

Suara bariton yang khas terdengar di telinganya, mendongakan kepala, seorang lelaki berdiri di hadapannya. Pupil mata yang berwarna cokelat, hidungnya yang mancung, kulitnya berwarna kuning langsat, dan badannya yang tegap sambil mencondongkan payungnya ke depan. Kayla membuka mulutnya "I-iya memang benar itu, aku yang memanggil" jawabnya sambil gerogi.

Sambil mengangkat alisnya "Benarkah? suaramu begitu keras" jawabnya.

"Y-ya agar suaraku tidak kalah dengan suara derasnya hujan. Maaf, tapi bolehkah kamu memberi ruang di payungmu, sepertinya tujuan kita sama"

"Boleh" jawab singkat.

"Benarkah" mata Kayla berbinar. Yes, ia tidak akan terlambat sekolah hari ini, image yang tadi begitu dingin sekarang tidak lagi.

"Tapi.."

Alis Kayla terangkat "Tapi apa?".

"Tapi kau jangan menyentuhku, kalau kamu menyentuh sedikit saja aku tidak sega-segan mendorongmu" jawab dengan nada datar.

Astaga, lelaki ini tidak berperasaan sama sekali, dan siapa juga yang mau menyentuhnya. Padahal image dingin yang ingin dihapusnya kembali lagi dan ini meningkatkan levelnya. "Baiklah aku tidak akan menyentuh seujung kukupun oke" menunjukan ujung jarinya dihadapan lelaki itu.

"Oke"

***

Sepanjang perjalan terasa begitu tegang seperti melewati tantangan diacara televisi jepang, Kayla berjaga-jaga agar tubuhnya tidak menyenggol tubuh lelaki yang di sebelahnya. Kayla sedikit menoleh melihat name tag pada baju lelaki itu, namun lelaki itu sedang memakai almamater.

Tangan yang mencengekram kuat payung itu, dan rahang yang tegas seolah-olah membuat dirinya terasa aman di bawah payung ini dari derasnya hujan, mungkin juga ia berharap agar ini tidak akan berakhir sampai sekolah, karena dengan begitu ia tidak bisa lagi bersama lelaki ini.

DEG!

DEG!

Huh! Apakah ini Cinta satu payung?! ini akibat melihat seenaknya.

Kayla mengerjapkan matanya, berusaha untuk tetap tenang, berusaha berpikir jernih dan terus bertanya apa ada orang yang menyukai orang lain dalam keadaan seperti ini dan seperti orang ini.

" Kau jangan berpikiran yang aneh-aneh, dari tadi cuma lihat wajahku saja" nada datar.

Mengernyitkan dahinya " Huh! Aku gak ada sedikitpun berpikiran aneh tentang dirimu dan aku gak lihatin mukamu itu, tahu!" gawat.. hampir saja ketahuan!!! sambil melipat kedua tangannya,

" Oh...gitu " jawabnya dengan nada tidak percaya.

" Ya ya.. terserah kau saja" nada kesal.

Lelaki itu hanya membalas dengan memincingkan bibirnya dan mengerutkan dahinya.

***

Jenny duduk didekat jendela kelas yang berada dilantai dua, sambil sesekali melihat orang-orang berlalu-lalang dan menatap payung bermacam warna. Melani menghampiri Jenny dengan buku mtk yang sedang dibawanya "lo sudah mengerjakan pr mtk hal 48 belum? Jen " menarik bangku di dekatnya dan memposisikan menghadap Jenny.

" tinggal salin punya lain gampangkan, lagi pula jam pelajaran mtk masih lama" jawabnya dengan tenang.

Melani hanya mengangguk mengiyakan Jenny.

Jenny berdiri dan kemudian berjalan menjauhi Melani.

" Jennyy!" sambil berteriak keras lalu menarik lengan Jenny.

" apa-an sihh Mel?"

" Itu.. Kayla, bareng dengan cowok!!" serunya dengan menunjuk-nunjuk ke arah ia maksud.

Jenny menyipitkan matanya " Benarkah?" lalu membelalakan matanya " Wah, benar, ngomong-ngomong siapa cowok itu?" mengerjapkan matanya.

***

Melangkah perlahan kemudian membalik badan, "Em.. terima kasih atas tumpangannya" perjalanan menegangpun berakhir. Kayla berjalan pelan menjauhi lelaki itu, dan akan menganggap semuanya hanya angin lalu.

" Uhm, hey!! tunggu dulu" nada keras.

Menoleh ke belakang dan berkata, " Ya ada apa?"

" Siapa namamu?"

DEG!

DEG!

DEG!

Huh??!! Sumpah kok aku berdebar-debar terus, Astaga tuhan bagaimana ini. Menenangkan dalam hati lalu kemudian berkata "Gardenia Kayla" sambil tersenyum.

Tersenyum kecil dan berkata " Hm, oke selamat tinggal" berjalan sambil melambaikan tangannya sebentar, berjalan cepat.

Kayla terdiam di tempatnya, kedua tangannya setengah menutup mulutnya, dan berkata" Dia tersenyum" mengerjapkan matanya " oh iya, aku lupa menanyakan nama cowok itu siapa?".

________________________________________________________________________________

Maaf kalau ada salah pengetikan, penggunaan, dan penempatan kata.

Harap maklumi, karna saya baru dalam hal menulis cerita. ^^

Jangan lupa dukungannya, perpus, share, dan senyum dari kalian semua :)

* kritik dan saran sangat dibutuhkan *

So... Happy Reading >.<

When Girl Meet Strange Boy [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang