Hari ini hari pertama ku masuk SMP setelah SD dan sebelum SMA, dan kebetulan hari pertama bersekolah di provinsi orang.
Ya, aku baru saja pindah dari Surabaya ke Palembang karena Ayah saya di pindah tugas kerja kesini.
Semua tampak baik-baik saja. Beruntungnya kami semua adalah murid baru jadi tidak terlalu sulit untukku beradaptasi."Hey! Dari SD mana?" seorang anak menepuk bahuku, dan 2 orang di sampingnya memandangku dengan pandangan yang juga menunggu jawaban padahal menunggu itu gak enak.
"Aku Revin, ini Arif, dan itu Davi. Kami semua dari SD Al-Fatah Palembang." Sambung Revin yang langsung saja tanpa menunggu jawabanku.
"Aku Panji, dari Surabaya. Btw aku gak tanya loh kalian dari SD mana" Jawabku kemudian.
"Btw juga, kita tanya nya kamu dari SD mana bukan kota mana?" Sahut mereka.
"Oke... skor kita 1-1" Sambung ku kesal.
"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA." Sontak tawa mereka bertiga pecah (untung tawa bukan ketuban).
Ah betapa malunya aku."Arek Suroboyo, Bonek Bonek." Usil Davi mengejekku.
Ah, sial aku baru sadar gaya berbicaraku medok jawa sekali, Aku sebetulnya gak terima kalau di bilang Bonek karena aku kan.... Bonita.
Tidak lama dari perkenalan singkat ini, Ketua Osis SMP Pusri Palembang sudah memulai jalannya upacara.Setelah upacara selesai, saatnya bagi siswa baru mendapatkan kelasnya masing-masing.
Dan aku mendapatkan kelas Bilingual. Buat yang gak tau kelas Billingual ada kelas yang di dalamnya menggunakan 2 bahasa, yakni bahasa Indonesia dan Inggris. Keliatan kan kalau dulunya aku pinter.
Dan lagi lagi mereka bertiga yang tadi berkenalan denganku juga mendapat kelas yang sama.
Dan secara tidak formal, kami berempat menjadi teman akrab."Ji, kantin yuk!" ajak Revin.
Dan tanpa menjawab aku langsung mengikuti mereka.Wah, kantin sesak sekali. Sepertinya hampir semua siswa berkumpul disini.
Banyak jenis siswa siswa yang dapat ditemui pada makan siang kali ini.Ada rombongan senior perempuan yang isinya cantik-cantik semua kaya bidadari jatuh dari surga ketimpa tangga kelindas truck. Dengan rambut hitam terurai, warna kulit yang di dominasi putih, postur tubuh yang tinggi dan ramping, dan gaya centil disana sini. Mereka cantik, tapi sungguh sangat bukan tipeku.
Disini pun juga terlihat, rombongan klub basket, itu terlihat karena salah seorang dari mereka membawa bola basket di tangannya.
Dan juga terlihat rombongan orang-orang yang memakai peci baju serba putih dan membawa sarung (Oke mereka rombongan aksi bela Islam yang nyasar ke sekolahku)
Ah, masih banyak lagi jika harus di jelaskan.
Bisa memakan waktu mungkin berjam jam atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan takutnya kalian akan bosan nantinya.Kami memilih memakan siomay untuk makan siang yang pertama di sekolah baru ini.
Sembari menunggu, aku tak sengaja melihat perempuan tinggi semampai, dengan kerudung putihnya, bibirnya yang merah jambu itu, dan kaki nya yang panjang sebelah. Btw yang terakhir itu bercanda ya....
Siapa dia? Oh tuhan, manis sekali."Rif rif! Ada Niki! Disana sama temennya. Gila tuh anak makin hari makin manis aja." Tiba tiba Revin heboh sendiri.
Ternyata perempuan itu namanya Niki. Haha, nama yang lucu pikirku, sama seperti orangnya, lucu dan menggemaskan. Dan tanpa sadar senyumku mengembang.
"Heh! Senyum-senyum. Apa jangan jangan kau juga suka sama Niki?" celetuk Davi yang duduk di sampingku.
"Ah, ntah lah. manis sekali. Pingin aku nafkahin rasanya." Jawabku kemudian.
"Jangan menghayal kamu Ji, dari dulu sudah banyak yang mengejarnya, di tolak gitu saja. Dari yang kulit hitam sampai putih, jelek sampai ganteng, miskin sampai kaya, banyak deh. Sepertinya dia bukan tipe anak yang mau berpacaran. Itu semua karena Niki pintar, dia juga baik, ramah, kakinya panjang sebelah. Btw yang ini bercanda lagi. Di tambah dia rajin sholat. Ngomong-ngomong kelas dia berada di samping kelas kita. Dia mendapat kelas Akselerasi." Begitu Arif menjelaskan padaku.
"Ah, bagaimana, jika di antara kita berempat mencoba mendekatinya. Yang berhasil menjadi pacarnya akan di kabulkan apapun itu permintaannya sampai kenaikan kelas." Usul Davi seketika.
"Wah gila kalian, udah kaya jin aja mengabulkan permintaan. Dia perempuan baik-baik sepertinya. Masa mau dijadikan taruhan?" jujur aku tidak suka dengan cara mereka memperlakukan Niki seperti itu.
Namun 3 berbanding 1 aku kalah dan terpaksa mengikutinya.Usai makan siang kami para siswa baru di perintahkan menuju ruang ekstrakurikuler untuk mengisi ekskul apa yang akan kami ikuti.
Aku mengikutil ekskul sepak bola, karena itu memang hobiku.
Dan lagi-lagi 3 teman baruku ini juga mengikuti ekskul yang sama yakni barongsai. Gak-gak teman-temanku juga mengikuti ekskul sepak bola.
Sangat di sayangkan aku tidak dapat menemukan Niki di keramaian ini.14.00 W.I.B kami semua di pulangkan. 3 temanku tadi pulang naik angkot.
Karena aku terbilang masih sangat baru orang tuaku tidak mengijinkan aku pulang dengan orang lain dan harus di jemput. Takut aku di culik karena aku sangat imut. Selagi aku menunggu di halte sekolah ada seseorang yang sedang berjalan ke arah halte.
Oh Tuhan, ternyata Niki. Dia melihatku lalu tersenyum, dan langsung duduk di sebelahku.
Kaki ku gemetar, bulu kudukku berdiri, pantat ku bergoyang, kepalaku berputar tak karuan. Lalu dia tiba-tiba berkata..."Kau yang tadi di kantin kan?" apa saja dia baru bertanya padaku?
Oh tuhan aku senang sekali, seandainya ini wajar aku sudah memeluknya, mencium, mencumbu. Kok tiba-tiba jadi agresif gini ya. Tapi mana ada orang yang baru saja bertemu sudah peluk-peluk hehe."Eh iya, kok kamu bisa inget gitu sih?" tanyaku.
"Kau kan yang duduk dengan teman SD-ku tadi. Ya ingat lah."
Ah iya, tentu saja ia ingat, aku duduk dengan teman 6 tahunnya."Aku Niki." Dia mengulurkan tangannya padaku.
"Eh, a..aku Panji." Tiba-tiba aku kerasukan Aziz Gagap.
"Sepertinya kamu bukan berasal dari sini ya."
"Ah, iya. Aku dari Surabaya." Disaat bersamaan dari kejauhan aku melihat mobil ayahku mengarah ke tempatku duduk.
"Niki, sepertinya aku sudah dijemput. Boleh minta nomor handphone-mu?" tanyaku cepat sebelum ayahku benar benar sampai.
Refleks Niki menoleh ke kiri mencari tahu.
"081364930207." Cepat sekali dia menyebutkannya, untung saja jari-jariku cekatan dan pendengaranku jelas.
"Baiklah, sampai ketemu besok Niki."
"Hehe, iya. Hati-hati ya Panji." Dia melambai padaku.
Baiklah teman-teman perlombaan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangun Ruang Kosong
RomanceBerawal dari datangnya siswa baru dari Surabaya, Panji Aqila bertemu dengan Risalah Niki. Perempuan biasa yang merubah dunianya menjadi luar biasa. Sampai suatu hari Panji harus pergi. Rangkaian demi rangkaian patah hati Niki rasakan. Novel ini menc...