'Cklekk'Bunyi suara kunci diputar menandakan datangnya sang pemilik rumah
"Masuklah, ini rumahku, kau bisa tinggal disini"
"Tunggu dulu!" sela Emily "Kenapa kau membawaku kemari? Aku tidak tau siapa dirimu? Apakah kau orang baik-baik? Atau jangan jangan kau biasa memungut gadis di bawah umur untuk kau jual kepada germo? Oh tidak, aku tidak mau.Aku ingin pulang saja!" cerocos Emily panjang lebar tanpa memperdulikan raut terkejut dari Edmund. Ya, dirinya tau dia bukanlah gadis di bawah umur, bahkan lebih dari 20th, tapi siapa tahu orang itu benar-benar ingin menjual dirinya. Bodohnya kenapa waktu di makam Emily mau ikut saja dengan pria itu, bahkan tanpa penolakan yang berarti.Ckck! Kau letakkan dimana otak pintarmu itu Emily.
Sebelum Emily berhasil meraih gagang pintu Edmund segera berlari memegang pergelangan tangannya. Reflek Emily mundur beberapa langkah dan menatap tajam tangan Edmund.
"Ops, maaf" sesal Edmund
"Apa yang kau katakan. Aku mengenal kedua orang tuamu" sontak tubuh Emily menegang. 'Siapa gerangan pria ini kenapa dia mengenal ayah ibuku. Apakah salah satu bodyguard mereka?'
"Aku bukan bodyguard ayah ibumu, melainkan anak dari teman ayahmu" jelas Edmund seperti bisa membaca pikiran Emily.'Eh.. kenapa dia bisa membaca pikiranku? Apakah dia cenayang?' batin Emily
"Kenalkan, aku Edmund. Kau pasti Emily kan?" tanya Edmund sambil mengulurkan tangan kanannya.
"Ya, aku Emily. Jadi kau bukan germo, gigolo atau apapun itu kan?"
'Bagaimana bisa gadis ini berpikir seperti itu, tidak kah dia lihat betapa tampannya aku. Mana mungkin aku menjalani profesi seperti itu? Hemm, mari kita lihat bagaimana reaksimu nona'
"Menurutmu, orang yang mengumpulkan gadis di bawah umur kemudian dia mendapat komisi dari pekerjaannya apakah itu bukan orang seperti yang kau sebutkan?" tantang Edmund dengan wajah geli.
Tentu saja Edmund bukan orang seperti itu. Dia tidak menyangka, gadis dihadapannya ini bisa berpikir demikian tentang dirinya. Apakah wajahnya menunjukkan seperti itu?
'Tentu saja tidak! Aku ini tampan. Pemilik perusahaan tambang nomor wahid di Indonesia! Jika hartaku saja sudah banyak, untuk apa aku bekerja menjadi seorang germo? yang benar saja! Haha,rasakan kau gadis kecil' batin Edmund menyombongkan diri.
"Jadi kau, salah satu dari mereka?" tanya Emily dengan raut muka ketakutan seperti tidak percaya bahwa pria setampan ini mempunyai pekerjaan seperti itu.
"Hemm, apalagi dengan penampilan fisikmu. Cantik dan seksi. Mereka pasti akan menawarmu dengan harga yang tinggi" Perkataan Edmund sukses membuat Emily melotot ketakutan. Apalagi Edmund mengatakan dengan pandangan menelisik tubuhnya semakin membuatnya yakin pria ini adalah seorang germo. Emily diam seribu bahasa, memikirkan bagaimana caranya dia bisa pergi dari tempat ini secepatnya."Bwahahaha, lihatlah wajahmu itu Emily. Hahaha.." dengan tampang tak berdosanya Edmund tertawa terbahak-bahak
"Apa yang kau lakukan, kenapa kau tertawa. Ini tidak lucu. Lepaskan aku kumohon, aku tidak ingin menjadi seperti itu. Itu sangat menjijikkan kau tau?"
"Haha, tenanglah Emily, aku hanya bercanda, aku tidak mungkin menjualmu. Akan lebih baik jika kau hanya untukku seorang". Masih dengan tawanya Edmund mengatakan dengan kerlingan jahil.
Seperti telah tertarik ke dimensi lain Emily sadar bahwa dirinya kini telah ditipu oleh makhluk Tuhan sialan tampannya ini.
'Tampan? Sial, diam kau dewi jalang. Kau harus memberi pelajaran untuk pria ini' batinnya berteriak"Apa? Sialan, jadi kau menipuku? Rasakan ini!" bugh bugh bugh... tanpa banyak kata Emily memukul Edmund dengan membabi buta hingga Edmund jatuh tersungkur ke lantai. Tanpa peduli posisinya, Emily tetap melayangkan pukulan terhadap Edmund
"Rasakan ini...! Beraninya kau bermain-main denganku"
"Aw..aw.. hei berhenti. Kau bisa membunuhku, astaga"
Dengan kekuatan tersisa Edmund segera menangkap pergelangan tangan Emily untuk mengubah posisi mereka. Sekarang Edmund lah yang berada di atas Emily
"Kau gadis nakal. Lihat apa yang akan ku lakukan untukmu"
Edmund mendekatkan wajahnya pada Emily dan detik berikutnya Edmund mengecup bibirnya. Tubuh Emily menegang, tidak menyangka mendapat perlakuan kurang ajar dari pria asing yang belum dikenalnya ini.Awalnya Edmund hanya menempelkan bibirnya, tapi kemudian dia mulai menyesap perlahan. Merasakan betapa manisnya rasa gadis ini.
Emily diam saja, tidak tahu harus berbuat apa, dia benci mengakui bahwa ciuman pria ini begitu memabukkan hingga membuat syaraf nya tidak berfungsi dengan baik.
Edmund melumatnya, memberikan rasa baru pada Emily. Dia tahu Emily belum pernah berciuman, karena kehidupannya hanya berporos pada keluarga. Edmund meraih tengkuk Emily untuk memperdalam ciumannya, melumat,menghisap, menggigit sebagian kecil bibir Emily.
"Eungh.." lenguhan Emily terdengar begitu mengundang Edmund untuk berbuat lebih dari ini. Tapi dia masih cukup waras untuk tidak melakukan sesuatu yang akan disesalinya nanti. Jadi dengan terpaksa dia menarik diri dari tubuh Emily.
"Maafkan aku, aku terlalu terbawa suasana"
Emily sedikit kecewa Edmund menyudahi kegiatan mereka. Tapi, justru kata sumpah serapah yang keluar dari mulutnya
"Sialan, kau pikir kau siapa, seenaknya mencium orang sembarangan. Kau tau tadi itu sangat menjijikkan"
'Terkutuklah kau Emily, bahkan kau menikmati setiap detiknya bibir pria itu menyentuh bibirmu. Tidak cukup dengan itu kau bahkan memejamkan matamu. Sial!'Hening sejenak. Sampai suara Edmund mengingatkan bahwa hari sudah beranjak malam, sudah waktunya utuk mereka beristirahat.
"Ini sudah larut, kau perlu istirahat. Besok aku akan menjelaskan tentang siapa diriku dan kenapa aku bisa mengenal orang tuamu. Mari kutunjukkan kamarmu" jelas Edmund sambil tersenyum kecil
'Oh ya Tuhan, kurasa aku mulai menyukai senyumannya' Emily menggelengkan kepala demi mengenyahkan pikirannya.
'Sadarlah Emily, apa yang kau fikirkan?!'
"Kenapa kau masih disitu. Ayo kutunjukkan kamarmu" Edmund mulai berjalan meninggalkan Emily dengan pemikirannya yang tidak waras.
"I..iya"
'Terkutuklah kau Emily!'
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Rain Drop !
RomanceKematian orang tua Emily membuatnya harus menjalani kehidupan dunia kejam ini seorang diri. Tanpa saudara, teman terdekat ataupun kekasih, baginya hidup tanpa mereka tidaklah penting. Emily hanya menggantungkan hidupnya pada orang tuanya tanpa mempe...