Edmund sedang berkutat di dapur memasak sesuatu untuk bisa dijadikan sarapan pagi ini. Mengingat dia sekarang tinggal sendiri mau tidak mau dia harus bisa memasak, dia tidak terlalu suka makanan cepat saji. Menurutnya, makanan seperti itu bisa menyebabkan penyakit.
"Hem, kurasa cukup. Aku harus membangunkan Putri tidur"
***
"Whoaamm.. jam berapa ini, kenapa aku tidur lama sekali"
'Bau apa ini, kenapa harum sekali' batin Emily bersuara.
Emily mulai melangkahkan kakinya menuju pintu disaat yang bersamaan dari luar seseorang juga mendorong handle pintu hingga menyebabkan kepalanya teratuk pintu
"Aww.. shit" Emily mengumpat sambil meringis merasakan keningnya membentur pintu cukup keras
"Astaga Emily, apa yang kau lakukan di situ. Aku baru saja ingin membangunkanmu" perkataan Edmund sukses membuat Emily melotot marah. Terang saja ini kamar Emily, dia bebas ingin berdiri dimana saja.
Meskipun ini bukan rumahnya, setidaknya pria itu sudah memberikan fasilitas kamar untuknya
"Kau pikir untuk apa aku di situ,jelas saja aku ingin keluar sebelum kau membuka pintu dengan kekuatan kelakian mu itu. Kenapa kau begitu bersemangat sekali membuka pintu. Kau tau, rasanya sangat sakit" melihat kemarahan Emily malah membuat Edmund tertawa geli. Ekspresinya saat marah terlihat imut di mata pria itu. Tapi tak urung juga untuk Edmund minta maaf.
"Maafkan aku, aku tidak tau kau ada dibalik pintu itu. Aku hanya ingin membangunkanmu untuk sarapan" titah Edmund dengan pandangan lembut.
Melihat tatapan teduh Edmund membuat Emily luluh.
"Baiklah aku maafkan, turunlah dulu aku akan cuci muka sebentar"
"Oke, aku tunggu di bawah, jangan lama-lama"
***
Setelah mencuci muka dan memberi sedikit pelembab pada wajahnya Emily turun menuju meja makan dengan perasaan senang karena sebentar lagi dia akan memberi makan pada perutnya yang sejak kemarin belum terisi.
"Oh, kau sudah selesai rupanya, kemarilah aku sudah memasak banyak untukmu"
"Kau bisa memasak?" Emily bertanya penuh keraguan
"Ya, semenjak aku memutuskan tinggal sendiri aku belajar memasak. Jadi kau tenang saja, masakan ku tidak kalah dengan masakan ibumu"
Mendengar perkataan Edmund, Emily berubah menjadi murung karena teringat mendiang ibunya. Edmund tidak sadar bahwa perkataannya membuat Emily harus mengorek luka lama.Melihat kemurungan Emily Edmund merasa bersalah ia segera mengalihkan pembicaraan
"Emy, kau harus mencoba ini. Iga bakar ini aku masak dengan bumbu rempah dengan tambahan kecap pasti rasanya enak. Aku memasak ini khusus untukmu. Ku harap kau suka" Emily tidak tahu harus berkata apa, jujur pembicaraan yang sebelumnya sedikit membuatnya kehilangan mood. Tapi dia menghargai apa yang dilakukan Edmund untuknya.
'Ting Tong'
Bel pintu berbunyi, Emily berniat ingin membukanya tapi Edmund mencegahnya.
"Biar aku saja Emy, kau tunggu di sini sebentar" Edmund segera ke depan membukakan pintu untuk tamu tak di undangnya
'Siapa yang bertamu sepagi ini, apa dia tidak punya kerjaan lain?' gerutu Edmund sepanjang jalan
Cklekk...
"Surprise..." Teriak seseorang dibalik pintu dan langsung memeluk Edmund
"Eh, Jessie kapan kau datang. Kenapa kau tak minta aku menjemputmu?" Jessie adalah teman dekat Edmund, mereka sudah berteman sejak kecil.
Edmund menyayangi Jessie hanya sebatas sebagai adik. Tapi perhatian yang diberikan Edmund padanya disalah artikan olehnya.
Jessie sangat mencintai Edmund, dia menganggap Edmund pria yang tepat untuk dijadikan seorang suami mengingat pribadi Edmund yang ramah, hangat dan pandai bergaul terhadap siapa saja.
Dia ingin selalu berada di dekat pria itu, merasakan kasih sayangnya, perhatiannya dan hanya dia yang boleh mendapatkan semua itu dari Edmund. Jika ada seorang wanita yang dekat dengan pria pujaannya dia akan melakukan segala cara untuk memisahkannya. Termasuk menjelekkan nama Edmund sehingga wanita yang hendak mendekati Edmund enggan untuk menjalin hubungan dengannya. Yah tentu saja tanpa sepengetahuan Edmund.
"Aku ingin memberi kejutan untukmu. Aku sangat merindukanmu" ucap Jessie seraya memeluk Edmund kembali tapi sebelum semua itu terjadi muncullah seorang gadis dari dalam rumah.
"Siapa itu Ed, kenapa kau tak mengajaknya masuk?" seperti halnya Edmund memanggil namanya hanya huruf depan, Emily juga memanggil Edmund dengan huruf depan.
Jessie mengerutkan kening tanda ia tak tahu siapa gadis yang memakai piama tidur ini ada di rumah pujaannya. Setaunya tidak ada yang pernah diijinkan seorang gadis tidur dirumahnya termasuk ia sekalipun yang sudah berteman sejak kecil. Tapi gadis ini...
'Oh, shit! Apa dia kekasih Edmund?'
Jessie mengumpat dalam hati, mood nya sudah menurun hanya karena melihat gadis ini di rumah Edmund.
"Em, kemarilah ini temanku, namanya Jessie" Emily maju selangkah demi mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan teman Edmund.
"Jessie" Jessie menjawab dengan nada sinis dan tak acuhnya tanpa menerima uluran tangan Emily
"Kau siapanya Edmund?" tanya Jessie masih dengan nada tak acuhnya
"Aku Emily, mmm..." Emily bingung harus menjawab apa, pasalnya ia juga tak tahu dia siapanya Edmund
Melihat kebigungan Emily, Edmund segera menjawab
"Dia Emily..." ada sedikit jeda dalam suaranya
"Anak angkatku!"
"APAAA?"
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Rain Drop !
RomanceKematian orang tua Emily membuatnya harus menjalani kehidupan dunia kejam ini seorang diri. Tanpa saudara, teman terdekat ataupun kekasih, baginya hidup tanpa mereka tidaklah penting. Emily hanya menggantungkan hidupnya pada orang tuanya tanpa mempe...