Bagian VI

699 156 23
                                    

.
.
.

Selama dalam perjalanan Yuki sama sekali tidak berani bertanya kemana Al akan membawanya pergi. Gadis keturunan Jepang itu begitu takut untuk membuka suara karena melihat raut wajah kekasihnya yang mengeras.

Yuki memperhatikan kekasihnya itu dengan baik. Gadis itu tahu Al semakin kurus dan tidak terurus. Entah apa yang terjadi selama mereka tidak bertemu tapi Yuki bisa mengetahui bahwa kekasihnya itu sangat tertekan.

"Kita akan ke luar kota." Al memecah keheningan yang mendominasi perjalanan mereka. Yuki tidak menjawabnya dan hanya menatap kekasihnya lekat.

"Al, ada apa sebenernya?" Yuki memberanikan diri bertanya, tidak tahan dengan suasana sunyi yang ada di antara mereka.

"Lo kan udah tau, kak Rio minta kita putus dan dia mau misahin kita."

"Kita bisa omongin baik-baik sama kak Rio, Al. Aku yakin dia akan ngerti."

Yuki kaget saat Al mengerem mendadak dan menghentikan laju mobilnya tiba-tiba.

"Dia nggak akan ngerti." jawab Al sambil mengetatkan rahangnya keras.

"Tapi..." Yuki batal melanjutkan ucapannya saat dilihatnya Al melotot padanya dengan tajam.

"Tau apa lo soal kakak gue? Lo nggak tau apa-apa. Lo nggak tau dia siapa." Al menghentikan kata-katanya sebelum berkata lebih jauh. Dia tidak ingin Yuki sampai tahu permasalahanya. Ada alasan di balik itu semua, ada alasan dibalik sikap diam jika sudah menyangkut permasalahan keluarganya.

Al dan Rio bukanlah saudara kandung. Rio adalah anak bawaan Ibu mereka dari pernikahannya yang pertama. Ayah Rio meninggal dan beberapa tahun kemudian sang Ibu menikah dengan ayah Al hingga terlahirlah pemuda tampan itu sebagai buah cinta keduanya.

Namun beberapa saat setelah Al lahir, sang Ayah justru kembali pada perangainya yang semula. Temperamental dan kasar. Belum lagi kecanduan pria itu pada minuman keras dan juga wanita.

Sejak itu, dalam pernikahan mereka bahagia adalah kata yang merepresentasikan sebuah keajaiban. Keajaiban yang telah lama hilang dari kehidupan pernikahan keduanya. Setiap hari hanya diisi oleh rasa takut, kecemasan, rasa sakit dan juga penderitaan. Tapi sang Ibu tetap bertahan, seolah tak memiliki pilihan.

Memang pilihan macam apa yang dimiliki seorang wanita tanpa pekerjaan yang harus menghidupi 2 orang anak? Sang Ibu bertahan mati-matian dengan pernikahannya yang bak neraka hanya demi kehidupan kedua putranya. Wanita itu tidak ingin kedua putranya hidup dalam kesusahan.

Meski pernikahan ini tak lagi menjanjikan kebahagiaan, wanita itu akan bertahan. Nalurinya sebagai seorang Ibu yang tidak ingin kehidupan anak-anaknya memburuk karena pilihannya menang dibanding egonya sebagai wanita yang harga dirinya sudah diinjak-injak oleh sang suami.

Namun pilihan itu juga bak buah simalakama. Pilihannya untuk bertahan justru membuat kedua putranya ikut menjadi korban kebrutalan sang suami. Rio dan Al kecil sudah terbiasa dengan bentakan dan juga pukulan yang selalu dilayangkan sang Ayah kepada mereka dalam kondisi setengah sadar akibat pengaruh minuman keras.

Puncaknya adalah sang Ayah yang meninggalkan Ibu mereka demi seorang wanita yang lebih muda. Sang Ibu yang sudah tidak sanggup menanggung rasa sakit hati memilih mengakhiri hidupnya sendiri. Kali ini egonya menang dibanding nalurinya sebagai seorang Ibu. Wanita itu tega meninggalkan kedua putranya untuk mengarungi kerasnya kehidupan sendirian sejak berusia remaja.

Tak perlu khawatir mereka akan kekurangan. Keluarga sang suami adalah keluarga kaya dan terpandang. Apalagi dengan posisi Al sebagai pewaris tunggalnya, jaminan kehidupan seolah sudah berada digenggaman pemuda berdarah Jerman itu. Sementara Rio, meski posisinya tidak bisa dibandingkan dengan Al, tapi kehidupannya pun ikut dijamin sebagai balasan karena sang Ibu telah memilih bertahan sejauh yang dia bisa.

Dalam keluarga seperti itulah Al dan Rio tumbuh dan dibesarkan.

----0000----



Between Us [ALKI]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora