It's Love? : Friendship

2.1K 140 32
                                    

"Teman adalah ia yang tertawa paling keras ketika kamu terjatuh, tapi juga yang paling peduli saat kamu tersakiti," - Anonymous.

***

"Arah jam 1, guys!"

"Widihhh, adik manis, lihat kesini dong!"

"Bapakku saingannya Bill Gates loh. Pengusaha batu,"

"Batu akik!"

"Sama batu batre!"

Ketiganya cekikikan.

"Gilaaa, kecilnya aja udah kayak begitu, apalagi gedenya ya?"

"Apanya nih yang gede?"

"Keberaniannya!"

Tertawa lagi.

Lidya hanya mesem geli mendengar celotehan ngawur sohib-sohibnya. Matanya yang sedari tadi fokus membidik sekeliling dengan SLR-nya sedikit melirik ke belakang--tempat dimana Yona, Kinal dan Saktia masih asyik mengomentari para pejalan kaki yang berlalu-lalang layaknya sedang fashion show. Lantas kembali melanjutkan aktifitasnya.

Tadi, sepulang sekolah Kinal mengajak mereka bertiga nongkrong-nongkrong sambil menjajal Volkswagen baru koleksi ayahnya. Safari Hardspot keluaran '78 itu tampak masih mengkilap karena di cat ulang meski usianya terbilang uzur. Klasik dan terlihat keren. Pantas saja sepasang ayah-anak itu begitu menggilai dunia VW atau sejenisnya. Kalau Lidya tak salah ingat ada sekitar 5 atau 7 mobil bermerk sama dalam garasi rumah mereka, dan beberapa merk mobil antik lainnya. Pernah Lidya menyeletuk waktu itu,

"Om, kenapa ngga sekalian buka pameran mobil antik, Om?"

Ayahnya Kinal hanya balas bertanya, "Ibarat kamu punya pacar cantik, mau kamu bagi-bagi lihat ke orang banyak?"

Anak itu terdiam, lantas menggeleng sambil mesem.

"Nah itu, takut dipepet orang!"

"Tapi kan kalo cantik bisa dibuat pamer, Om," Lidya kembali berasumsi.

Si Om hanya mengulum senyum tipis. Lantas menepuk bahu Lidya pelan.

"Kalian itu masih muda. Jadi wajar kalau punya pikiran semacam itu. Kalo udah ketemu jodoh yang klop baru deh kamu ngerti. Udah ah, Om mau mandiin si sayang dulu," dan beliau pun berlalu. Diiringi dengan timpalan sang anak kandung yang jenaka,

"Gosok terus tuh body VW, sampe tipis. Biar ABG-ABG pada nempel!" katanya iseng.

Memang, entah takdir atau hanya kebetulan, diantara mereka berempat hanya Saktia lah yang masih memiliki orang tua lengkap. Lainnya, sama saja seperti Lidya. Jadi kalau mereka tiba-tiba saja kangen akan sosok seoran Ibu maka rumah Saktia lah sedikit obatnya.

Lumayan bisa sambil minta jatah makan gratis. Hehe!

Begitulah mereka, hampir seumur hidup bersama sudah saling menganggap keluarga masing-masing seperti keluarga sendiri. Tak pernah ada kecanggungan. Berbaur layaknya teman, tapi tetap harus menjunjung tinggi kesopanan.

Akhirnya, setelah beres menyelesaikan ritual motret-memotret guna kepentingan project, Lidya kembali bergabung dengan teman-temannya. SLR yang sedari tadi menggantung di leher ia matikan lalu dijejalkannya kedalam tas yang ia simpan di mobil.

Kumpulan OneShot JKT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang