It's Love? : Dilema (1)

600 68 4
                                    

"Kadang, manusia dikasih pilihan-pilihan yang salah agar ia belajar untuk berusaha mencari pilihan yang benar," - Annonymous.

***

Mata pelajaran terakhir sebelum pulang hari ini diisi oleh Kimia. Suasana kondusif terasa menyelimuti kelas IPA 2, tumben-tumbennya. Murid-murid tampak sibuk mencatat materi yang sedang Bu Naomi catat di papan tulis dengan diselingi sesi tanya-jawab. Tak ada yang berani merusuh karena mereka tahu bahwa Bu Naomi tak akan segan-segan menghukum siapapun murid yang tak memperhatikannya; dengan seribu-satu hukuman yang abstrak, tentu saja.

Namun, di bangku paling belakang yang dekat dengan dinding, Lidya malah terlihat asyik sendiri dengan dunianya. Anak itu terlihat begitu khusyu' menarikan pensil diatas buku sketsa tanpa repot-repot merasa takut ketahuan oleh Bu Naomi. Seolah ia terhanyut hanya dalam imajinasinya tanpa peduli sekitar--bahkan pada dengkuran halus dari Kinal yang asyik terlelap dibalik buku paketnya sekalipun.

Tangan Lidya terampil membuat garis-garis hingga gambar yang tadinya abstrak sedikit-demi-sedikit mulai terlihat bentuknya; seorang wanita yang tengah duduk diatas sebuah meja dengan kaki menyilang.

"Itu Bu Naomi, ya? Kok ngga dipakein baju? Waaahhh!"

Lidya melirik bangku disebelahnya. Kinal entah sejak kapan terbangun dari tidurnya dan memperhatikan kertas sketsanya dengan pandangan jenaka.

"Belum, kampret!" timpal anak itu sedikit kesal. Mulai menambahkan garis membentuk sebuah rok span khas seorang guru.

Sohibnya itu sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Lidya meski matanya sesekali fokus kedepan, takut-takut Bu Naomi yang sedang menerangkan soal latihan di depan melihat aksi keduanya.

"Roknya naikin dikit, Lid," bisiknya. Lalu nyengir tertahan. Lidya mesem saja, melanjutkan lagi aktivitasnya. Mengabulkan requestan si sohib kentalnya itu. Itung-itung amal nyenengin temen! kata hatinya berbicara.

"Kancing kemejanya biarin kebuka semua aja, Lid,"

Anak itu cekikikan.

"Nih, gue kasih dua kancing aja. Sekalian gue kasih taring biar kayak anime-anime lo itu," Lidya memisahkan lembar kertas itu dari jilidannya. "Disimpen, gausah dipake macem-macem," sambungnya geli.

Kinal cuma mesem-mesem, memperhatikan hasil karya sahabatnya.

"Lumayan, buat bahan," si maniak Jepang itu cekikikan.

"Kampret!"

Cekikikan lagi.

"Itu yang di belakang, ada arisan apa ya gaduh sekali?"

Keduanya terdiam saat suara Bu Naomi menginterupsi. Kinal cepat-cepat menyelipkan gambar itu diantara halaman buku paketnya tepat ketika guru itu tiba-tiba saja berdiri disamping meja keduanya. Bu Naomi sedikit menaikan letak kacamatanya dengan gaya super anggun, menyiapkan diri menghadapi dua murid yang terkenal slenge-an tersebut.

"Ngga ada, Bu. Tadi Kinal bilang dia kebelet, mau keluar," sahut Lidya kalem. Seisi kelas pun kontan cekikikan, termasuk Saktia dan Yona yang hari ini menempati bangku di depan Lidya dan Kinal. Tak habis pikir dengan jalan pikiran salah satu karibnya itu.

"Keluarnya jangan di dalem dong, Nal!" mulut Saktia usil menimpali.

"Iya, tuh! Bahaya!" diikuti Yona. "Jangan di dalem kelas, di toilet aja sana kalo kebelet,"

"Pffft...."

Seisi kelas gaduh kembali.

"Yang lainnya harap tenang, ya,"

Kumpulan OneShot JKT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang