Chapter 2

3K 314 31
                                    


-

..

..

"Jadi bagaimana? Apa kau menerima pernyataan cinta pria itu?" Tanya Malik penasaran.

"Entahlah." Jawab Erwin singkat sambil membaca koran ditangannya.

Malik mengeretakan giginya.

"Hei sialan! Apa kau tahu bahwa akhir-akhir ini betapa sulitnya aku untuk menemuimu? Setelah kau kembali dari luar negeri, kau terus saja sibuk dengan perusahaan ayahmu sehingga lupa untuk bersenang-senang bersama kami."

"Bukankah beberapa minggu lalu kita bertemu di sebuah klub?"

"Klub malam, ya? Oh, itu tak masuk hitungan. Saat itu kau hanya duduk tanpa meminum apa pun. Bahkan kau berani menarikku keluar dari sana."

"..."

"Sejak dulu, kau adalah pria yang tertutup. Tahu bahwa kau menghubungi dan berkata ingin menceritakan sesuatu hal, aku langsung pergi meninggalkan rumah dan berangkat kemari." Ucap Malik panjang lebar.

"Oh, ya?"

"Kau bercerita bahwa ada seorang pria yang berani menyatakan cinta padamu. Setelah membuatku penasaran, sekarang kau mencoba untuk menyembunyikan jawaban yang kau berikan padanya?"

"A-ha.."

"Apa kau sengaja ingin membuatku mati penasaran?!"

"Mungkin."

Malik menaikkan sedikit bibirnya, menatap sinis.

"Sekarang jawab pertanyaanku. Apa kau menerima pernyataan cinta pria itu?"

"Aku tak ingin menjawab pertanyaan bodohmu."

"Tidak bisa! Jawab sekarang."

"Tidak."

"Jawab."

"Tidak."

"Er-win.."

"Tidak."

Malik berdecap kesal. Ia menyeruput cepat kopinya.

"Oke. Jadi, sampai sini sajakah ukuran pertemanan kita?" Tanya Malik berpura-pura marah. Ia secara kasar mengembalikan cangkir kopinya ke meja.

Erwin berdehem sambil menunjuk cangkir kopi Malik.

"Hei, kau akan merusak benda mahal itu."

Malik hanya diam dan membuang wajahnya tak menggubris perkataan Erwin.

Sebenarnya Erwin tahu benar bahwa temannya itu hanya sedang berpura-pura di depannya. "Bahkan setelah sekian lama tak bertemu, sifatmu masih saja menyebalkan seperti dulu." Ucap Erwin mengejek.

"Kau juga." Balas Malik cepat.

Mereka bertatapan selama beberapa detik sebelum Malik membuang wajahnya kembali.

"Baik-baiklah." Erwin menyerah.

Malik tersenyum penuh kemenangan.

"Baguslah. Sekarang jawablah pertanyaanku."

Dengan nada malas, Erwin menjawab. "Aku mengajaknya untuk melakukan pendekatan terlebih dahulu."

"Oh pendekatan, ya." Ucap Malik pelan. "Hah! Pendekatan?!!" Malik yang baru tersadar dengan jawaban Erwin tersentak kaget dan membuka matanya sedikit lebih lebar. "Benarkah?" Tanyanya tak percaya.

"Ya begitulah."

"Bagaimana bi- eh, tidak-tidak! Be-beberapa lama?"

"Satu bulan."

The Pursuit of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang