Aphrodite Levine
Setiap malam dikala semua tertidur lelap, aku selalu membayangkan hal-hal yang menyenangkan sekaligus aneh bahkan berbicara pada diriku sendiri. Aku bahkan sempat cemas pada diriku tapi setelah kubaca-baca, itu membuatku sedikit merasa lebih tenang dari sebelumnya.
Disaat itu aku selalu memikirkan seorang yang kusayangi. Ia adalah satu-satunya orang yang selalu kupikirkan di pagi hari setelah bangun dan sebelum kutertidur. Ia juga notifikasi favoritku di iPhone. Satu-satunya orang yang selalu mendengar celotehan sedih, gembira, cemas sampai aneh dan yang tidak masuk akal. Well, dia adalah Harry Styles.
Aku dan Harry telah resmi berpacaran sejak 8 bulan yang lalu. Aku teringat di tengah candaan kami, ia tiba-tiba terdiam dan menatap kedua mataku, aku pun ikut terdiam menatapnya.
"Eve, kamu tau tidak kalau sebenarnya aku selama ini suka dengan seorang gadis?" Katanya. Seketika jantungku berhenti berdetak dan rasanya sakit sekali. Aku berusaha menahan air mataku yang tak lama lagi menetes jatuh.
"Siapa dia, Harry?" Ia ganti tersenyum. Senyuman favoritku dengan kedua lesung pipi yang manis. Ia pun menjawab, "dia seorang gadis yang manis, membuatku tak bisa berhenti memikirkannya..."
Tanpa sadar aku meneteskan air mata itu. Aku mengira Harry akan mencintaiku, bagaimana dia tak menyadari perasaanku padanya, batinku.
"...saat ini ia mengenakan pajamas pink dengan Hello Kitty tepatnya"
Mendengar itu, mataku terbelalak tak percaya. Akulah orang yang mengenakan pajamas itu. Aku pun tertawa dan begitupun ia. Saat itu juga kami resmi berpacaran. Secara virtual. Sedihnya.
Yup, Harry Styles adalah pacar virtual pertamaku. Malam itu, aku kesepian. Berbaring di atas tempat tidurku yang berantakan. Aku tersadar setelah seharian tidak mengetextnya membuatku sangat merindukan Harry. Hari ini Harry harus mengunjungi keluarganya di Holmes Chapel, UK selama 3 hari.
Terkadang aku merasa sedih karena Harry menyembunyikan hubungan kami dari orang lain termasuk keluarganya. Aku selalu iri melihat video-video yang ia kirimkan untukku saat perjalanan bersama keluarganya, ia terlihat tertawa lepas dan bergembira menikmati liburan bersama keluarganya. Dan ketika aku mengskypenya, ia jarang berbicara melainkan hanya mendengar pembicaraanku dan membalasnya melalui text. Aku sangat merindukan tawanya. Alasannya, ia tak mau keluarganya memergokinya memiliki pacar virtual. Ia berjanji padaku akan mengenalkan keluarganya padaku di kehidupan nyata.
Tapi aku selalu mencoba untuk bisa menerima ini. Selagi aku masih dapat melihat wajahnya melalui iPhone-ku, kukira itu sudah lebih dari cukup. Aku mencintainya.
Yang bisa ku lakukan saat ini hanyalah menatap langit-langit kamarku dan memikirkan apa yang Harry lakukan saat ini. Memikirkan apa ia juga merindukanku seperti aku merindukannya? Memikirkan bagaimana rasanya berada dalam dekapannya. Dengan air mata yang tak kusadar membasahi pipiku.
Malam itu, aku berharap agar bisa menemuinya meskipun hanya sesaat. Aku menutup mataku dan terus merasakan rasa sakit di hatiku.
Ketika ku terbangun dari tidurku, aku beranjak dan menuju ke arah kamar mandi dan bersiap-siap sebelum terlambat ke sekolah. Aku menyalakan shower dan menikmati air hangat sesaat. Setelah keluar, perutku yang keroncongan ini membawaku ke dapur dan aku pun menyiapkan roti tawar dan mengolesinya dengan nutella.
"Hey babe, how was your sleep?" Aku merasa seseorang mendekapku dari belakang, membuatku melompat dan aku pun terjatuh di lengan seseorang di belakangku. "Eve what happened? Its me just me." Aku pun tersentak dan shock berat, "HARRY?"
Dia pun menarik tengkukku ke arah wajahnya dan perlahan mendekatkan wajahku ke padanya. Hingga aku merasa ujung hidungnya menyentuh lembut pipiku dan "wait" teriakku.
Ia menaikkan alisnya dan menatapku heran dengan posisi yang sama. "Yes babe?" Katanya. "Seriously i cant kiss. I never done it. It will mess up" jelasku. Ia pun tertawa, memamerkan gigi putihnya itu lalu mengelus pipiku, "aww babe, we will learn it together" godanya. Dan ia pun menciumiku berkali-kali. Perlahan aku mengikutinya, kedua tanganku mengelus rambutnya. Lalu Harry beralih ke pundak dan leher. Tanpa sadar membuatku merasa begairah ketika tangannya menuju kancing pajamasku. Aku menyentuh lembut tangannya dan tersenyum, "babe." Lalu aku pun kembali menciuminya dan setelah itu kami pun melanjutkan sarapan kami.
"Harry how can you be here? Kukira kamu sedang merayakan thanksgiving day di Uk" tanyaku. Harry terus mengunyah makanannya dan menatapiku heran. "Apa yang kau bicarakan babe? Aku tak pernah lagi mengunjungi UK, kau lupa kalau momma memutuskan pindah di LA?" Aku pun menatapinya bingung dan mencoba melihat sekeliling rumah. Rumah ini sama persis dengan rumahku yang letaknya di Jakarta tepatnya. Hingga aku melihat sebuah pigora besar di dinding dan aku melihat kedua orang berpakaian pengantin, hingga membuatku sadar. "Harry, are we married?"
♡♡♡
Thanks for reading
Hopefully you like it😊
Vomment?
-Camila
![](https://img.wattpad.com/cover/94715607-288-k122037.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight H.S
FanfictionAphrodite Levin adalah gadis biasa yang tinggal bersama keluarganya di Jakarta. Evie, julukannya, cenderung gadis yang pemurung dan satu-satunya orang yang bisa membuatnya ceria kembali adalah Harry Styles, pacar virtualnya yang tinggal di Los Angel...