deux

21 1 0
                                    

"Harry are we married?"

Ia mengerutkan dahinya, "babe are you okay? Im so worried of you." Aku mulai menceritakan apa yang terjadi padanya, "how are you here? We literally in a long distance relationship. I thought you were...."

"Evie wake up, Get ready for school!" Teriak mom. Aku pun segera duduk di tempat tidurku sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi. Of course it was just a dream, batinku. Tapi mimpi tadi benar-benar seperti nyata. Sampai teriakkan mom mengejutkanku untuk segera bersiap-siap ke sekolah. Aku masih berusia 16 tahun, hal terburuknya aku harus bersekolah dan mempelajari banyak pelajaran yang sangat tidak perlu sejujurnya. Aku sangat mencintai seni. Kukira hal terfavorit di sekolah adalah seni. Hal kedua yang kucintai adalah fashion. Kelak aku ingin menjadi fashion designer. Aku sangat antusias dengan dunia mode, bahkan tontonan sehari-hariku adalah fashion tv dan Next Top Model. Well terkadang aku menonton Keeping Up juga membuat mom kesal padaku akibat berada di depan TV seharian.

Sambil mengunyah roti sarapanku, aku mulai berpikir tentang mimpi tadi. Aku sungguh ingin menceritakannya pada Harry. Tapi kurasa ia masih sibuk makan malam bersama keluarganya. Jujur saja aku sangat merindukannya. Mimpi itu membuatku benar-benar merasakan ciuman lembutnya dan dekapannya yang hangat.

Sesampai di sekolah, aku bertemu sahabatku Eileen. Dia adalah satu-satunya orang yang peduli padaku di sekolah. Sebagian besar populasi di sekolah ini hanyalah para manusia yang berkamuflase. Dan hari terberatku di sekolah ketika Eileen tidak masuk sekolah. Aku merasa seolah berada di tempat dimana setiap orang disini akan membunuhku. Social anxiety itu sangat menyebalkan. Aku merasa setiap orang disini mengintimidasiku dan membuatku takut. Well, Eileen adalah penyelamatku. Thank God.

"Jadi gimana kisah hubungan lo sama si Harry, eve?" Tanya Eileen sambil mengunyah baksonya dengan lahap. Aku menatapnya dan mulai menceritakan mimpi tadi. Ia terlihat antusias mendengar itu. Eileen bahkan sempat tersedak baksonya itu ketika aku menceritakan padanya soal ciuman itu dan pernikahan.

"Whatttt? Mimpi apaan tuh? Gue mau juga dong ama abang Justin" godanya. Aku tertawa mendengarnya. Eileen obsessed banget dengan Justin Bieber. Ia rela menghabiskan uangnya demi menonton konsernya di Jakarta. Disaat hari ulang tahunnya, aku memberinya merchandise dan ia memelukku sambil berteriak. Aku senang melihat sahabatku ini bergembira.

"Jangan bilang kalo lo lagi lucid dreaming" jawabnya. "What's that?" Tanyaku. "Well karena gue lagi males jelasin panjang lebar dan gue yakin lo gak bakalan paham juga mending lo searching aja di google" ia tertawa. Aku pun mengambil iPhoneku dan mulai mencari tahu tentang lucid dream. "Bisa jadi sih kalau aku lucid dreaming malam itu. Thanks infonya, bestie" ia tersenyum setelah meneguk segelas es teh.

Setelah bell berdering, kami kembali ke kelas kami. Aku dan Eileen berada di kelas yang berbeda. Aku berharap kami sekelas lagi seperti masa-masa SMP.

Drrt.... drrt..
Harry : babe, i got home😝 i miss you
Me : heyy. Miss you too😙
Harry : what you up to?
Me : school duh
Harry : whoops sorry babe my bad. Ttyl. Love you fatty
Me : love you too hazza. Call me tonight
Harry : ofc

Sepulang sekolah aku menemui mom untuk makan siang dan mengerjakan PR yang menyebalkan ini. Andai saja Harry tidak sedang tidur, aku pasti telah menyelesaikannya haha. Harry pintar sekali dalam menghitung dan aku sangat amat bodoh dalam berhitung. Mungkin karena aku yang merupakan tipe orang yang cenderung ceroboh, sedangkan Harry, dia sangat amat teliti. Beberapa hari yang lalu, ia mengerjakan tuntas PR matematikaku, membuatku sangat gembira dan tenang. Satu hal yang tak kusukai darinya, ia jarang berpendapat. Ia selalu menyetujui pendapatku tanpa adanya saran. Ia benci untuk memilih dan kurasa itu benar-benar buruk dan aneh. Tapi aku tentu saja tak keberatan dengan itu, selagi kami bisa mengatasinya.

Setelah menyerah dengan PRku, aku berbaring di tempat tidur. Sehingga besok aku bisa berangkat sekolah lebih awal dan menyalin milik Eileen. Cliche.

"Baby are you fine now?" Tanyanya. Aku merasa seperti di pelukan seorang pria. Aku membaringkan kepalaku di pundaknya dan kedua lengannya terasa memeluk punggungku sedangkan aku terduduk diatas pangkuannya. Hingga aku tersadar.

"HARRY?"

Kulihat ia tersenyum melihatku dan mengecup ujung hidungku. Tangannya menuju ke rambutku dan mengelusnya perlahan. Aku pun memeluk lehernya erat dan mencium pipinya. "I love you, Harry" bisikku. "I love you too, babe" jawabnya. Harry mulai menggendongku dan membaringkanku ke tempat tidur.

"Baby do you want to drink? You literally passed out" jelas Harry. Aku tak seberapa mendengar perkataan Harry, aku hanya sangat gembira karena bermimpi ini lagi. "Cuddle me babe" pintaku pada Harry. Mendengar itu, Harry pun membaringkan badannya di sampingku. Aku membalikkan tubuhku ke arahnya lalu ia memeluk pinggangku. Kau tahu, aku rela berhari-hari hanya cuddling bersama Harry. Dia sungguh manis.

Tiba-tiba saja Harry mendorong tubuhku kebelakang secara lembut dan perlahan, membuat jarak diantara kami. Ia mulai menciumi leherku dan membuatku meremas rambutnya yang hitam pekat. Ia membuatku menginginkan dirinya. "Harry.."

Sial, aku terlalu terbawa suasana mimpiku. Membuatku tak mampu berhenti memirkan tadi. Seolah-olah kami melakukannya dan itu membuatku lebih mencintainya.

Aku terbangun di kasur putih besar dengan selimut yang berantakan menutupi tubuhku yang polos. Aku menuju kamar mandi untuk melakukan ritual morningku lalu menutupi tubuhku dengan jubah mandi. Aku mencium bau kopi yang harumnya tak dapat kutahan. Dan kulihat Harry sedang menyiapkan breakfast untukku. Ia membuatkanku pancake dan kopi. Aku sangat menyukai kopi di pagi hari, biasanya aku akan pergi ke Starbucks dekat sekolah. Tapi kali ini aku memiliki seseorang yang menyiapkanku breakfast.

Mengingat tadi membuatku merasa awkward dengan Harry. Aku hanya tersenyum kecil ketika ia menawariku breakfast buatannya dan duduk sambil menikmati breakfastku. "What's wrong babe? Does it taste bad? You dont have to eat it, let me eat it then" ia mengambil piringku dan aku pun memukul pelan tangannya, "don't you dare hazza, i will kill you if you eat my breakfast!" Ia tertawa dan mengembalikan piringku lalu menggelitiki perutku. "Stop Harry, im eating ughhhh..." Harry masih menggelitikiku dan menggendongku keluar. "Harryyy stop, im hungry" rengekku. Harry malah memasukkanku ke dalam mobil. Aku mulai bingung terhadapnya. Setelah Harry masuk dan duduk aku bertanya, "where are we going, Harry? I'm literally still wearing a towel." Ia memandangiku sambil tertawa, "you're so cute babe."

"Just find a backpack behind, I already prepared your dress and heels. Even your makeup bag is inside" lanjutnya. Aku menuju ke arah belakang mobil Harry. Aku tersenyum ketika menyadari ia membelikanku gaun hitam

Thank you so much babe. I love them. You are the best" pujiku sambil tertawa. "Your welcome baby. You better get ready now." Aku mulai bertanya padanya sambil kebingungan, "why did you buy me these things, babe?" Harry menggelengkan kepalanya dan terlihat jengkel, "you always. Just figue it out soon."

Aku mengecup pipi Harry lalu berganti baju di dalam mobil, butuh banyak perjuangan untuk ini yang membuatku agak kesal dengan Harry. Setelah berganti baju, aku mengambil makeup bagku dan merias diri. Aku masih berharap Harry benar-benar memberiku baju yang sesuai. Harry agak menyebalkan soal fashion, dia sangat tidak mengerti fashion wanita.

"Are you done baby?" Tanya Harry. Harry membukakanku pintu. Dan menggandeng tanganku menuju The Cheesecake Factory. Aku teringat ketika menjelang hari natal, aku dan Harry pernah membayangkan date pertama kami akan menjadi menyenangkan, Harry pernah berkata padaku saat aku ke LA, kami akan makan di The Cheesecake Factory. Karena Harry sangat mencintai cheesecake. Dan aku benar-benar berharap aku takkan pernah melupakan mimpi ini. Aku tahu aku takkan selalu bermimpi.

"Happy 25th Birthday, Selena. I love you so much" Harry menciumku dan aku pun membalas ciumannya. Aku baru menyadari kalau hari ini hari ulang tahunku. Aku jarang menyadarinya. Seorang pelayan membawakan kue tart dan beberapa lilin menyala diatasnya. Aku pun meniup lilin itu sambil tersenyum lebar. Lalu Harry menyodorkanku sesuatu.

"Tiket?" Tanyaku. Ia mengangguk dan membalasku, "kau ingat, kah telah berjanji padaku untuk berbulan madu denganku saat umurmu 25 tahun"

Thanks for reading
Vomment?
-camila

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Midnight H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang