Dengan sekali tarikan, lelaki berparas rupawan itu berhasil merampas karikatur kecil milik bocah lain yang ada di depannya. Seringai kemenangan mengembang dengan mudahnya di wajah tampan si bungsu Lee
"Kembalikan padaku!" Kasihan. Jangan harap putra tertua keluarga konglomerat itu akan dengan gampang mengabulkan gertakan sepele dari si empunya mainan itu
"Kalau aku menolak, bagaimana?" Ia menyembunyikan benda yang terbuat dari plastik itu di balik badannya
"Aku membencimu!" Pipi tembam bocah yang tiga tahun lebih muda itu memerah, wajahnya mengeras yang diikuti getaran karena menahan amarah juga tangisannya
"Hyung, ada apa?" Sosok lain muncul bagai penyelamat. Kali ini bahkan ia akan menjadi yang termuda di antara mereka bertiga
"Dia! Jauhkan kakak iblismu dariku!" Cairan bening lolos dari sudut matanya yang sipit. Biar saja jika ia akan dikatakan sebagai anak cengeng, ia sudah kesal pada orang di hadapannya
Anak lelaki yang rupanya berstatus sebagai adik kandung dari sang 'iblis' itu menoleh pada abangnya. "Hyung.."
"Wae?" Si kecil meneguk salivanya susah payah. Sia-sia saja jika harus menghadapi kakak laki-lakinya dalam keadaan seperti ini
"Berhenti mengganggu Hyukie hyung" bahkan suaranya kalah dengan kicauan burung yang melintas di atas mereka
Bocah lelaki yang diceramahi oleh adiknya itu memutar bola matanya. Dia paling kesal jika ada yang mengusik kesenangannya. "Tidak akan" dan dua kata itu membuat anak lelaki bertubuh gempal di sana makin deras mengeluarkan air matanya
"Hiks.. dasar iblis! Iblis menyebalkan!"
Mungkin ia akan terkesan gila, tapi memang inilah yang ditunggu-tunggu olehnya. Putra tertua Lee itu hanya tersenyum puas melihat ekspresi -yang menurutnya menggemaskan- si bocah berpipi gembil. Dia tidak akan pernah bosan mendengar umpatan kasar yang ditujukan untuknya, pun reaksi lanjutan yang akan dilihatnya
Tubuh gemuk yang hanya setinggi dagunya itu berbalik, tak lepas dari wajahnya yang telah penuh akan lelehan air matanya. Kulit putih bersihnya kini berganti dengan warna merah padam dari wajah, ujung telinga, hingga ke lehernya
¤
Donghae POV
Dalam gerakan lambat aku membuka mata. Sial, aku ketiduran. Aku memandang ke luar jendela pesawat, dan ternyata masih gumpalan awan putih yang aku jumpai
Tidak tahu mengapa, kilasan masa laluku baru saja menjadi mimpiku tadi. Arwahku seakan langsung kembali masuk ke dalam tubuhku disaat bocah gempal dalam mimpi itu berjalan menjauh, kemudian digantikan warna putih setelahnya, sehingga aku tidak bisa melihat sosok itu lagi
Kejadian itu sudah lama berlalu, mungkin sudah terhitung lima belas tahun yang lalu. Walau begitu, aku masih bisa mengingat dengan jelas rincian peristiwa masa kecilku tersebut, masa yang takkan terlupakan
.
"Biar saya bawakan, tuan" aku menolak halus tawaran salah satu pelayan pribadiku sesampainya aku di kediaman keluarga kami
Aku menolaknya memang karena aku rasa tidak perlu bantuannya, hanya satu paper bag di tangan kananku, sangat mudah kubawa tanpa pertolongan siapapun. Jika ada yang ingin tahu apa isi dari tas kecil yang sedang aku jinjing ini, maka sudah pasti kujawab sebagai buah tangan untuk adikku
Bicara tentang dia, aku belum menemukan sosok bocah nakal itu sedari tadi. Ini hari minggu, sudah dipastikan bahwa ia hanya akan bermalas-malasan di rumah. Aku menyerngit kala tidak menemukan ia di kamarnya. Kemudian aku berinisiatif mencarinya di daerah pribadi milikku
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional Love
FanficHyukjae gugup karena saking senangnya ditarik dan dikontrak oleh salah satu perusahaan penerbangan pribadi yang dimiliki perusahaan raksasa bernama Troopers Hal yang selalu membuatnya takut untuk melakukan kesalahan ialah karena sikap dan tatapan di...