17 Mei 2016.
"Nat," panggil Lana, teman dekat Nata.
"Hm?"
"Arta ngeliatin lo terus." Mendengarnya, Nata jadi ingin menengok ke arah Arta dan memastikan benar tidaknya perkataan Lana. Tapi baik hati maupun pikiran Nata kini justru bekerja sama, tidak membiarkan Nata melakukannya.
"Ngaco lo," kalimat itu justru menjadi respon Nata. Ia berusaha menyembunyikan perasaannya. Ia senang, jika memang benar Arta terus memandang ke arahnya, tapi ia juga benci, karena harusnya ia tidak begini.
Ting.
Sebuah pesan masuk ke hp Nata, membuatnya mengambil hpnya yang ia letakkan di atas meja, kemudian membuka pesan tersebut.
Jakarta B: read doang, Nat?
Lagi-lagi, Nata langsung memencet back dan mengunci layar hpnya dan mele. "Kok nggak lo bales, Nat?" Tanya Lana heran. Nata mengembuskan napasnya, "Arta." Mendengar nama yang disebut Nata, Lana sontak mengambil handphone Nata dan membuka chat yang dimaksud.
"Gile, ngapain tuh anak?"
Nata mengedikkan bahunya, kemudian menyeruput es jeruknya yang tinggal sedikit. "Kok nggak lo bales aja? Yang kemarin juga?" Tanya Lana penasaran.
Nata memandang Lana, "Kalo gue bales, nanti gue gagal, gimana? Kan mestinya gue move on, Lan." Lana mengangguk-anggukan kepalanya mendengar jawaban Nata, "Bener juga, ya."
Tak berapa lama, bel masuk berbunyi. Nata dan Lana kembali ke kelas masing-masing, mereka beda kelas. Ketika Nata baru saja menduduki kursinya, hpnya berdenting dua kali.
Jakarta B: Yaudah gapapa deh
Jakarta B: Belajar yang bener, NatKemudian Nata segera menyimpan hpnya setelah mengganti mode silent pada hpnya, karena guru yang mengajar kelasnya telah masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance
القصة القصيرةKehidupannya mungkin terlihat normal, tanpa kesedihan. Tapi nyatanya, banyak yang perempuan itu sembunyikan. Misalnya perasaan, sakit, dan luka. Jika seorang Natana Rivera adalah seorang aktris, mungkin ia sudah memiliki banyak penghargaan, karena i...