"Aku tidak tau apa yang kini aku rasakan. Yang aku tau, hidupku terasa lebih indah dan bersemangat saat aku melihatmu dan senyum yang terukir dibibir manismu pertama kali." - Kira.
.
.
Satu tahun berlalu sangat cepat. Tidak terasa, sekarang Kira sudah kelas 11, dan ia sekarang masuk ke kelas 11 IPA 1. Salah satu kelas unggulan di SMAN 1 Koalalali. Wajar saja kalau Kira bisa dimasukkan ke kelas ini oleh gurunya, karena ia memiliki segudang prestasi dibidang akademik maupun dibidang non akademik. Dibidang akademik, Kira sering mendapatkan ranking 5 besar paralel saat ia berada di kelas 10. Dan selama di kelas 10 juga Kira sering mengikuti lomba-lomba non akademik, seperti lomba vocal group, solo vocal, dan masih banyak lagi.
Dan selama satu tahun ini, ada perubahan yang mencolok dalam fisik Kira. Ia sudah tidak dikenal sebagai anak perempuan cupu yang berkacamata. Sekarang, badannya semakin tinggi dan terbentuk. Kulitnya semakin putih bersih. Rambutnya semakin panjang dan selalu diikat rapi meski masih mengembang. Dan satu lagi, kacamatanya yang sering melorot itu sudah jarang dipakainya. Ia kini jadi terlihat lebih normal, meski kelakuannya masih sama seperti saat ia kelas 10. Like an idiot person.
Siang itu, Kira sedang berada dikelasnya yang baru. Hanya ada Kira sendiri disana. Sudah menjadi rutinitasnya selama awal kelas 11 ini, apabila anak-anak lain sudah pulang ia akan memainkan kertas origami yang ia bawa dari rumah dan dibentuknya menjadi burung-burungan didekat jendela kelas.
Beberapa menit kemudian, ia melihat beberapa anak laki-laki jangkung dan perempuan yang sedang memainkan bola basket ditangannya dengan lincah melewati jendela kelasnya. Salah satu anak laki-laki yang ia kenal yaitu Andra, teman satu angkatan dengan Kira. Anak normal, ganteng dan keren, tinggi, tidak sombong, tidak aneh, idola guru, dan Andra adalah salah satu anggota OSIS. Rambutnya sedikit ia jambulkan keatas, seperti anak-anak basket pada umumnya. Tidak ada yang spesial dari Andra di mata Kira. Tiba-tiba sekelompok anak basket tadi masuk ke kelas Kira.
"Eh lo yang namanya Kira bukan?" Tanya salah seorang dari mereka yang rambutnya sedikit gundul, karena ia adalah salah satu anggota dari ekskul Paskibra. Badannya tegap dan tinggi. Namanya Fandi. Fandi adalah kakak kelas Kira sekaligus kapten basket tim cowok di SMAN 1 Koalalali ini.
"Eh. Iya, kenapa?" Kira menjawab sedikit kaget.
"Gini. Tim basket cewek kekurangan orang. Lo disuruh ikut gabung di tim basket cewek buat kompetisi yang akan datang."
"Lah. Kok gue? Nggak salah nih? Gue nggak bisa main basket kak. Bisanya cuman dikit-dikit aja." jawab Kira dengan sedikit panik.
"Nggak apa-apa kok. Kompetisinya masih 2 bulan lagi. Masih cukup buat persiapan, jadi santai aja. Ini juga rekomendasi dari guru, kamu harus nurut. Oke?" Dea menjelaskan sedikit sambil meyakinkan Kira.
Kira hanya diam di tempat, tak ada satupun kata yang bisa terlontar dari bibir manisnya itu. Kira sempat kebingungan. Alasan yang pertama dan utama karena dia tidak bisa bermain basket. Yang kedua, ia takut pelajarannya terganggu akibat lomba basket yang memerlukan persiapan yang matang. Apalagi lombanya tinggal 2 bulan lagi.
"Jangan nolak ya! Oiya. Mulai besok kita latihan tiap pulang sekolah. Jangan lupa, kita tunggu di lapangan basket yaaa. See you tomorrow Kir!"
Satu-persatu sekelompok anak basket mulai meninggalkan kelas Kira. Tim basket cewek memang sedikit peminatnya di sekolah. Cewek-cewek takut hitam, takut panas, malas berkeringat, dan tidak banyak cewek yang berbadan tinggi di SMAN 1 Koalalali. Jadi mereka memutuskan untuk merekrut sebagian anggota atas rekomendasi beberapa guru olahraga untuk mengikuti kompetisi basket tersebut.
*****
Siang itu teduh, angin berhembus riang. Matahari sepertinya enggan untuk menyibakkan sinarnya. Suasana siang ini sangatlah enak dan pas untuk berlatih basket.
Kira melangkah dari ruang ganti menuju ke lapangan basket. Di sana sudah ada teman-teman tim basket dan pelatih mereka, Pak Ryan. Hari ini adalah latihan pertama untuk Kira yang memang jarang berolahraga. Ia lebih sering nonton film atau drakor (drama korea) daripada keluar rumah. Tapi kali ini sungguh menyenangkan! Ia jadi punya lebih banyak teman. Berawal dari lelucon anggota tim basket satu sama lain, ia jadi akrab dengan anak-anak basket lain. Entah itu laki-laki maupun perempuan. Mereka semua handal dalam membuat lelucon yang bisa membuat Kira tertawa terbahak-bahak sampai perutnya sakit sekalipun. Oiya, mereka sering bermain basket bersama saat latihan per tim selesai.
Kira yang saat itu belum begitu lancar mendribble bola, sekarang sedikit-sedikit sudah bisa mendribble. Ia juga semakin bersemangat dalam mengerti teknik-teknik perbasketan. Selain karena Pak Ryan, juga karena teman-temannya di tim yang sangat perhatian dan sabar melatihnya. Yang paling sabar yaitu si jangkung, Andra. Dari luar Andra terlihat biasa dan terkesan sedikit arogan. Tetapi, kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang Kira lihat dengan mata telanjangnya. Andra ternyata cowok baik-baik yang sangat sabar dan pengertian. Dia sangat lembut menghadapi cewek. Tidak ada tindakan kasar sama sekali. Sekalipun cewek itu cewek yang telmi dan rada oon seperti Kira.
Dan akhirnya latihan hari pertama selesai! Kira jadi tambah niat ikut kompetisi basket itu. Semangatnya mulai tumbuh dan membesar. Setelah berganti pakaian, tim basket itu lalu berjalan bersama menuju halte untuk pulang. Tak disangka-sangka. Andra yang tadi berjalan dibelakang sendiri, kini menjadi disamping Kira. Biasanya, Andra jarang sekali mau berjalan disamping cewek kecuali cewek yang ia incar.
"Ehm, ada yang ga biasa nih Tob! Lo tau gak?" kata Bagas sambil mencoel pundak Tobi. Tobi adalah seorang anak dari tim basket cowok yang paling berisik dan suka gossip layaknya cewek-cewek rumpi.
"Eh? Masa 'a?" Tobi pun menjawab secara spontan dengan nada khas Surabaya-nya. Ia mulai mencari apa kejanggalan yang dirasakan Bagas daritadi.
"Eh gue tau sekarang! Ehm. Cie Andra sama Kira. Ciee! Ga biasanya lo jalan sama cewek, Ndra. Biasanya jalannya sama cowok dibelakang sendiri. Hahaha" ejek Tobi.
"Ah apaan sih lo Tob! Cuman beda jalan aja berisiknya minta ampun. Kayak ibu-ibu aja lo." Andra berseru sambil memukul pundak Tobi. Kira hanya diam dan terkikik sambil berjalan menyusuri trotoar.
Setelah cukup jauh berjalan dan hampir sampai di halte, tiba-tiba Kira menoleh ke arah Andra. Ada sesuatu yang membuat hatinya bergetar kembali seperti satu tahun yang lalu, saat ia melihat sepasang mata sipit yang pernah menggetarkan hatinya untuk pertama kali. Namun, sekarang nampak berbeda. Bukan sepasang mata sipit itu lagi. Namun kini, senyum Andra yang menggetarkan hatinya. Kira melihat Andra tersenyum kepadanya. Dan entah kenapa, senyum Andra sangat menghangatkan hatinya. Ia merasa ada yang menerima kekurangannya dan kuat menghadapi ke-telmi-annya itu. Padahal, banyak sekali orang yang merasa geram akibat ke-telmi-an dan tingkah lakunya yang kadang aneh.
Dan Kira merasa, sore itu berakhir dengan manis. Sebuah bibit kecil tumbuh di hati Kira. Tapi apa bibit itu juga tumbuh di hati Andra? Bahkan Andra baru mengenalnya belum lama, secara intensif beberapa waktu ini.
*****
Hay guys, jangan lupa vote dan kritik sarannya yaaa. Maafkan kalo masih banyak typo berceceran, cerita masih belum menarik. Semoga kalian suka. Vote dan comment. Thankyou😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Tirai Jendela
Teen FictionCinta itu datangnya dari hati meski merunduk dan tidak menatapmu sama sekali cinta itu akan tetap ada. Karena cinta yang tulus datang dari hati tak akan pernah tertutup hanya karena kamu tidak tampak di hadapannya. Cinta sejati akan memberi tanpa pa...