"Kehilangan padahal belum pernah memiliki itu menyakitkan. Dimana harap telah membumbung tinggi, lalu entah bagaimana ceritanya dia pergi dan kau tak punya hak untuk memintanya bertahan"
.
.
Kira pulang sekolah menggunakan bus seperti biasanya. Bus yang Kira tumpangi jarang ada di kota ini, Kira harus menunggu setengah jam sampai satu setengah jam lamanya. Sembari menghilangkan ke-gabut-annya dan menunggu bus tumpangannya datang, Kira biasanya memainkan batu-batuan atau sekedar menyobek-nyobek daun-daunan yang ada didepannya.
Sesampainya dirumah, waktu sudah menunjukkan tepat pukul 3 sore. Kira naik ke kamarnya dan ia langsung merebahkan badannya di kasur tanpa berganti pakaian terlebih dahulu. Tak perlu waktu lama, Kira pun langsung tertidur dengan pulas.
*****
"Kiranaaa! Huh dasar anak siapa nih, maghrib-maghrib gini masih tidur. Pakai seragam lagi. Cepet bangun, nak! Mandi, sholat, trus turun ayo kita makan sama-sama" teriak Ajeng, Ibu Kira sambil mencubit lengan anaknya itu.
"Hish maa, aku masih ngantuk" Kira membalas teriakan ibunya sambil mengucek matanya dengan kedua tangan.
"Ayo lah Kirana sayang, bangun. Papa sama kakak udah dibawah nungguin makan. Kalo kamu ga bangun-bangun, mama potong loh uang saku kamu!"
"Iyayaya ma, udah bangun ini. Kira mandi dulu ya, jangan ditinggal makan!" dengan sekejap Kira pun langsung bangun dan mengambil handuknya. Ia takut uang sakunya dipotong ibunya. Maklum uang sakunya sekarang saja sudah pas-pasan. Ajeng pun terkekeh melihat tingkah anaknya tersebut.
*****
Kira segera turun ke ruang makan dan melihat keluarganya sudah berkumpul disana. "Eh udah pada disini semua hehehe, aku lama yaa?"
"Ah iya kamu lama banget tau nggak dek. Perutku jadi tambah keroncongan nih. Aku yang udah laper daritadi musti nungguin lama lagi gara-gara kamu yang super lama mandinya. Ngapain aja tuh dikamar mandi?" Kak Fani nyerocos sambil menjitak puncak kepala Kira.
Pletak.
"Duhh, kakak nih sukanya main tangan mulu kalo sama Kira. Pah, Mah. Kak Fani nakallll!" rengek Kira seperti anak kecil umur 5 tahun yang sedang dijaili kakaknya.
Adji, Papa Kira pun menyudahi perdebatan antara kedua anaknya tersebut. "Sudah, sudah. Kayak anak kecil aja kalian tuh. Ayo makan. Keburu makanannya dingin lho"
"Iya pah" ujar kak Fani dan Kira bersamaan.
*****
Makan malam sudah selesai. Kira mulai membuka buku pelajarannya satu per satu. Tak ada satupun materi pelajaran yang nyantol di otaknya kali ini. Padahal biasanya ada beberapa materi pelajaran yang paling tidak bisa masuk dan ia mengerti, walaupun hanya sedikit-sedikit. Namun kali ini, nope.
Ceklek..
"Dek? Lagi belajar?"
Ternyata Kak Fani. Kak Fani memang sering main ke kamar Kira. Untuk sekedar menemani Kira belajar atau saling curhat-curhatan bersama.
"Eh, hm. Iya kak. Tapi ga bisa masuk semua. Ga konsen nih. Jadi males belajar" Kira menutup buku pelajaran dan memasukkannya ke dalam tas abu-abunya. Sudah tidak ada greget untuk belajar malam ini.
"Biasanya sih kalo ga konsen pelajaran kamu mesti mikirin yang lain. Iyaaa kan dek?"
"Eng... Enggak ah kak. Kakak mah sok tau aja" Kira berusaha menyembunyikan apa yang sedang ia pikirkan. Ia takut kakaknya tau kalau ia sedang suka dengan seseorang. Kak Fani adalah orang yang suka membeberkan curhatan Kira ke papa mamanya, walaupun tidak semuanya dibeberkan olehnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Tirai Jendela
Fiksi RemajaCinta itu datangnya dari hati meski merunduk dan tidak menatapmu sama sekali cinta itu akan tetap ada. Karena cinta yang tulus datang dari hati tak akan pernah tertutup hanya karena kamu tidak tampak di hadapannya. Cinta sejati akan memberi tanpa pa...