Prilly melangkah dengan tergesa-gesa. Hari ini dia kesiangan dan belum mengerjakan tugas Matematika dari Bu Mira. Dengan sedikit berlari Prilly menuju kelasnya.
Saat sudah mendekati kelasnya Prilly yg tidak melihat kearah depan menubruk seseorang.
Brukkk
Kepala Prilly sedikit pusing akibat tabrakan tadi. Dilihatnya siapa yg menghadang jalannya ternyata sang Mr. Perfect. Ya siapa lagi Ali.
Pria itu berdiri tanpa rasa bersalahnya dengan wajah dingin datarnya itu.
"Istirahat pertama nanti gue tunggu diperpus. Bawa buku lo dan jangan telat. Gue gak suka"Ujar Ali dingin lalu pergi begitu saja.
"Kadar jeniusnya udh kelewat tuh. Makanya rada geser otaknya"Gumam Prilly ngaco.
"CELLLIA..."Teriak Prilly.
"Nih, gk usah teriak gue juga udh ngerti"Ujar Cellia memberika buku tugasnya.
Prilly tersenyum lebar lalu menyalin tugas milik Cellia.
Skip
Jam pertama adalah Matematika. Pelajaran yg membuat Prilly pusing tujuh turunan. Sebenarnya semua pelajaran membuat Prilly pusing dan binggung.
Prilly membolak-balik buku paketnya tanpa minat. Tak sedikitpun materi yg dijelaskan oleh Bu Mira masuk kedalam otaknya. Pikirannya berkelana memikirkan papanya. Prilly sangat merindukan papanya.
Skip
Prilly berjalan tergesa-gesa menuju perpustakaan. Prilly sangat tau tipe orang seperti Ali itu bagaimana. Sangat tepat waktu.
Prilly mengedarkan pandangannya ke sekitar perpus. Hening itulah kesan pertamanya. Jarang murid kemari pada waktu istirahat. Hanya keturunan cupu lah yg melakukannya.
Prilly menemukan Ali duduk di salah satu meja dengan buku tebal ditangannya. Prilly menghampiri Ali dan duduk disampingnya.
"Oke gue gak mau basa-basi. Lo mau belajar apa?"Tanya Ali to the point.
"Matematika"
Prilly membuka buku paketnya dan membuka materi yg tidak ia mengerti.
"Kapan ulangan lo?" Tanya Ali dingin dan datar.
"Tiga hari lagi"Jawab Prilly sekenannya.
Setelah menemukan materinya Prilly menyodorkan bukunya kearah Ali.
"Oke gue harap nilai lo bagus di ulangan kali ini. Karena gue gak mau buang waktu sia-sia cuma buat ngajarin lo"
"Gue gak janji"
"Lo harus bisa dan gue gak mau tau"
"Iya tapi gue gak janji"
"Prill please jangan bersifat childish. Rubah sifat Lo sedikit dewasa. Gue tau IQ Lo minim tapi setidaknya berusaha, jangan bikin pengorbanan gua sia2. Gue tau Lo cewe macam apa. Lo tipe cewe yg sukanya hura2 kan? Makanya ngga ada satupun pelajaran yg nyantol di otak Lo. Masa di materi ini aja Lo ngga faham? Ini pengulangan materi dari kelas 1 dan 2 Prill. Gua gk ngerti kenapa tuhan nyiptain manusia kaya Lo"Kata2 Ali barusan benar2 membuat Prilly merasa direndahkan.
Nafasnya memburu, matanya memerah menahan air mata. Prilly merapikan buku2 nya lalu pergi begitu saja.
"Dasar lemot"Ejek Ali lalu kembalu membaca buku ditangannya.
Prilly berlari menuju toilet. Untung toilet saat itu sedang sepi. Prilly menangis sejadi-jadinya. Kata2 Ali benar2 membuat luka yg amat dalam di hatinya.
"Gue faham kalau gue gak secerdas mereka tapi apa perlu semuanya diperjelas? Kenapa tuhan nggambil hal itu dari diri gue saat gue butuhin? Gue juga manusia seharusnya dia ngga bilang kaya gitu"
"Gpp Prill lo harus kuat. Ini demi papa. Ini air mata pertama gue buat cowok datar itu. Semangat"Ujar Prilly menyemangati dirinya sendiri.
Prilly membasuh wajahnya di wastafel lalu merapikan dandanannya dan kembali ke kelas.
Dikelas Cellia menatap aneh Prilly. Hidungnya memerah dengan wajah sedikit sembab.
"Prill lo gapapa?"Tanya Cellia.
"Iyaa gue gapapa kok"Jawab Prilly.
"Lo gak habis nangis karena si Ali itu kan? Dia habis ngapain lo? Bilang ke gua. Berani bgt. Bikin sahabat gue sedih"
"Apaan sih Cell? Mulai nih lebay nya. Gue gapapa"
Akhirnya Cellia memilih diam dan hanya memperhatikan Prilly.
Cellia tau benar Prilly baru saja menangis. Tapi sifat Prilly yg tak mau terbuka dengan kesedihannya membuat Cellia menyerah dan tak ingin memaksa Prilly.Cellia tau jika dirinya trus menayankan hal itu maka Prilly akam tertekan dan Cellia tidak mau itu terjadi.
Skip
Bel tanda istirahat kedua berbunyi bagai alarm dengan suara terindah bagi anak2 SMA.
Tapu tidak dengan Prilly, sedari tadi Prilly hanya melamun entah apa yg berlarian difikirannya."Prill kantin yuk, Lo gak laper?"Tanya Cellia yg tdk mendapat respon apapun.
Cellia memutar bola matanya lalu pergi keluar kelas. Suasana kelas begitu hening dan sepi. Kata2 Ali tadi berputar diotaknya bagai kaset rusak. Air matanya kembali meleleh mengingat kejadian tadi.
Tetes demi tetesan kristal bening itu membasahi wajah cantiknya. Baru kali ini ada yg terang2 an menghina kekurangannya.
Diambang pintu terlihat Cellia dengan nampan ditangannya. Cellia menatap nanar Prilly yg tengah menangis. Cellia masuk dan memilih berpura2 tidak tahu.
Melihat Cellia masuk Prilly mengusap air matanya kasar.
"Nih gue bawain pop mie sama coklat dingin, gue tau lo pasti laper"Ujar Cellia meletakkan nampan berisi pop mie, coklat dingin dan soft drink.
Prilly tersenyum kearah Cellia. Sahabatnya itu selalu mengerti apa yg sedang Prilly butuhkan.
"Makasih ya Cell"
"Idih makasih kaya sama siapa aja. Gue kan sahabat lo Prill wajar lah"
Prilly memeluk Cellia erat. Cellia membalas pelukannya tak kalah erat. Cellia sudah seperti saudara kandung bagi Prilly.

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
FanfictionBerawal dari sebuah partner mengantarkan dua manusia dengan kelakuan saling bertvolak belakang itu untuk saling mencintai. Rasanya tidak mungkin jika seorang Mr.Perfect jatuh hati pada seorang gadis lemot. Cinta keduanya harus diuji oleh kepergian s...