11. Special Girl

31.4K 4.7K 357
                                    

Wonwoo menatap langit malam yang gelap dari balkon kamarnya. Rasanya begitu berat. Masalah perusahaan yang--terasa--tak berujung sampai Miroo, semua begitu mengganggu otaknya.

Tangannya merogoh saku celana, mencomot rokok lalu menyalakannya.

"Sayang, berhentilah merokok. Kalau Woojin ikutan sakit gimana?"

"Nggak masalah kalau rokok ini mematikan Om aja, tapi gimana sama Woojin? Dia jadi perokok pasif. Om nggak kasihan sama dia?"

Wonwoo mengurungkan niatnya untuk menghisap rokok di tangannya. Kalimat itu... kalimat yang keluar dari mulut Hyojoo dan Miroo berhasil membuatnya terdiam cukup lama.

"Sepertinya aku harus berhenti," gumamnya. Yah, dia nggak bisa bergantung pada rokok seumur hidupnya.

"Om!" Suara nyaring itu menyentak Wonwoo. Miroo buru-buru mendekati Wonwoo dengan wajah super garangnya. "Om gila ya? Ngapain pergi ke kafe sama Woojin? Bongkar rahasia kita lagi! Om mau mati?!"

"Aku hanya bicara kenyataan," jawab Wonwoo sambil berlalu meninggalkan Miroo. "Ah. Sepertinya dia menyukaimu."

"Memang! Terus?"

Wonwoo tertohok pelan lalu membalikkan badannya. Mata mereka kembali bertemu, hanya sebentar sampai Wonwoo berkata, "jauhi dia. Ini sangat mengganggu. Aku tidak suka."

"Ha? Wah, aku salah dengar sepertinya. Om suka sama aku?" tanya Miroo dengan nada sedikit tinggi. "Om lupa sama perjanjian kita? Jangan ikut campur urusan lain, jangan saling jatuh cinta. Om lupa?"

Wonwoo terdiam. Nggak. Dia nggak lupa dengan kontrak gila itu. Dia masih mengingatnya dengan jelas.

"Jangan khawatir. Aku tidak punya perasaan seperti itu," jawab Wonwoo, pada akhirnya. "Istirahat. Sudah malam."

Wonwoo benar-benar pergi meninggalkan Miroo, sedangkan perempuan itu hanya mampu tertohok. Situasi apa ini? Dia benar-benar nggak percaya.

"B-Baiklah! Awas aja kalau Om melanggar kontrak kita! Aku nggak akan tinggal diam!"

Miroo berteriak. Dan diabaikan.


Miroo

Aku menatap langit-langit kamar dengan perasaan campur aduk. Kesal, tak percaya dan sedih. Ck, ini menyebalkan!

"Tidurlah."

Aku memutar kepalaku ke kiri. Dalam kegelapan ini aku masih bisa melihat wajah Om Wonwoo. Matanya terpejam, tapi kok dia bisa tau aku belum tidur?

"Om aja yang tidur. Besok masih banyak kerjaan, kan? Oh, atau mau ke kafe lagi ganggu aku?"

Om membuka matanya lalu menatapku. Apa? Dia mau marah?

"Aku tidak akan tidur kalau kau belum tidur. Maka tidurlah."

"Cih. Nggak heran banyak cewek suka sama Om. Om memperlakukan cewek dengan baik, bahkan disaat Om nggak cinta sama cewek itu," gumamku.

"Hanya orang-orang spesial. Aku tidak memperlakukan semua wanita sama," jawabnya, masih sambil menatapku.

Geure, anggap aku memang spesial buatnya. Karena tanpaku, Woojin nggak akan sebahagia sekarang. Ya kan?

"Kita lupain aja masalah di kafe. Anggap Om nggak pernah kesana dan ketemu Jisoo."

"Kenapa aku harus melupakan?" tanyanya. Aku menghela napas pelan. Karena mengingatnya membuatku kesal! "Kau menyukainya?"

"Ya. Aku menyukainya. Dia ganteng, lulusan luar negeri, baik lagi. Ah, dia bahkan nggak mempermasalahkan statusku yang istri orang."

"Kalau begitu jauhi dia," kata Om santai sambil memejamkan matanya. "Sekarang saja dia berani merebut istri orang, bagaimana nanti kalau kalian benar-benar bersama? Aku yakin dia akan mengulanginya lagi."

"Nggak. Dia orang baik."

"Orang baik tidak akan merebut yang bukan haknya. Sekalipun kita menikah karena paksaan, kau tetap istriku," jawabnya kelewat kalem. Om ini sedang marah atau apa? Kata-katanya menusuk, tapi suaranya sangat tenang dan datar.

"Om--"

"Kau baru dua puluh satu, Miroo. Masih banyak hal di luar sana yang belum kau ketahui."

Lagi-lagi aku terdiam. Ck, kenapa ucapannya terdengar benar di telingaku?

***


Hari ini aku memutuskan untuk libur kerja. Kalimat dari Om Wonwoo kemarin benar-benar mengganggu, dan aku nggak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau aku bertemu Jisoo di kafe. Heol.

"Omo, akhir-akhir ini kau terlihat gundah gulana. Are you okay, sweetheart?"

"Berhenti sok baik, Booseung! Buat geli aja," protesku yang disambut tawa serta tepuk tangan dari Seungkwan sendiri. Bodoh!

"Akhirnya Miroo punya pacar. Wajah-wajah seperti ini adalah wajah disaat kau sedang bertengkar dengan pacarmu."

Aku memutar bola mata malas. Terserah dia saja. Yang jelas aku sedang nggak bertengkar sama Om.

Drrrt, ponselku bergetar, tanda ada pesan masuk. Heol, panjang umur banget si Om.

Om Wonwoo : Tolong jemput Woojin sekarang. Aku masih punya banyak pekerjaan. Bisa, kan?


"Tolong jemput Woo--Ya! Aku sedang membaca bodoh!"

"Dan siapa suruh kau membaca pesan ini, bodoh!"

Seungkwan tertawa. "Aku melihat kata Om di atas. Jangan bilang...."

"Apa? Aku nggak pacaran sama Om!"

"Memang aku bilang? Heol, skripsi aja bagus, masalah beginian gampang dibohongi," ejeknya. Sial! "Siapapun itu, mau Om kek, kakek-kakek kek, yang penting dia bukan punya orang lain. Nonono, jangan sampai merebut pacar apalagi suami orang. Menjijikkan."

Aku terdiam. Seungkwan juga berpikir begitu? Merebut suami orang adalah hal yang menjijikkan?

"Ya, jangan bilang--"

"Aku harus pergi. Bye!" potongku. Sebelum mencari taksi, kusempatkan untuk membalas pesan Om Wonwoo.

Miroo : oke, aku jemput Woojin.


***


Sepertinya aku datang disaat yang tepat. Gerbang sekolah Woojin ramai sesak oleh anak-anak yang nerebut ingin pulang. Hihi, lucunya. Jadi gemes liat mereka.

"Ibu!"

"Woojin-ah!"

Woojin berlari ke arahku lalu memeluk leherku erat. "Tumben Ibu yang jemput?"

"Iya. Ibu kangen sama Woojin."

Yah, nggak bohong-bohong banget sih. Aku juga kangen dia.

"Ibu, ayo beli es krim pisang!"

"Es krim pisang? Oke!"

Kami pun berjalan menuju kedai es krim yang yah, lumayan jauh sih dari sekolah Woojin. Harus melewati gang-gang sempit. Tapi nggak masalah. Lumayan menyenangkan.

"Ibu, Woojin kangen Ruhee."

"Ruhee? Kan Woojin sama Yeri," gumamku.

"Ih, Ibu! Ruhee anaknya samchoon. Dia sepupu Woojin."

Aku terbelalak. "Jungkook... Maksudnya, samchoon udah punya anak?" Woojin mengangguk. Heol, serius dia udah punya istri? Tapi kok... "Ruhee ada di Prancis sama Ibunya."

Aku mengangguk paham. Jadi Jungkook dan istrinya LDR? Ck, keluarga Jeon penuh teka-teki dan misteri. Membingungkan.

"Woojin, itu ked--Emmmph!"

Aku mengerang saat seseorang membekap mulut dan hidungku dari belakang. Samar-samar aku bisa mendengar Woojin menjerit ketakutan. Astaga, apa ini?

Dan semua gelap.

***

Fiyuuuh akhirnya abstrak:")

Sepertinyaa kumerasa ff ini gak akan berakhir pnjng kayak om mingyu(?) Hmmmm._.

Om Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang