15. You Let Me Down

30.4K 4.7K 775
                                    

Aku mengerjap pelan merasakan cahaya matahari menerobos kamar. Euuungh, aku masih ngantuk. Aku masih pingin tidur, tap--

"Kyaaa!" Aku memekik keras melihat wajah Om Wonwoo. Kenapa dia menatapku sedekat ini? "Om ngapain?" tanyaku setelah menaikkan selimut hingga sebatas hidung.

"Menatapmu."

"Kenapa menatapku?"

"Hanya ingin."

Aku bersembunyi di balik selimut. Aish, Om Wonwoo mirip pria mesum yang sedang menunggu anak di bawah umur bangun dari tidurnya. Hiiih, aku bergidik.

"Mau keluar?"

"Kemana?" tanyaku masih dari dalam selimut.

"Ke pantai. Bersama Woojin."

Jawaban Om berhasil membuatku perlahan keluar dari tempat persembunyian. Mataku dan matanya bertemu cukup lama.

Ke pantai? Bukan ide yang buruk sih.

"Call!"

***

"Ayaaaaaah, pantaaaai!!"

Woojin berlari mendekati pantai dengan riang gembira. Wah, melihatnya seperti ini membuatku ikutan senang. Cuacanya enak, pantainya sepi, pokoknya pas deh buat menghilangkan stres.

"Woojin, tunggu Ayah! Jangan main jauh-jauh!" seru Om Wonwoo sambil berlari mendekati Woojin.

Aku menatap sepasang Ayah dan anak itu sedikit geli. Setelah kupikir-pikir, Om Wonwoo tipe ayahable yang sangat diimpikan semua anak di dunia. Caranya menggendong Woojin, bermain air dengan Woojin, hingga mengusap rambut Woojin pun benar-benar buat semua orang terkagum-kagum.

Om Wonwoo membesarkan Woojin dengan baik.

Kuputuskan untuk duduk di atas pasir putih sambil menatap mereka dari kejauhan. Yaudahlah, biarin mereka menghabiskan waktu berdua. Aku yakin si Woojin juga kangen banget sama Ayahnya.

"Ayah, bikin istana pasir yuk!"

"Istana pasir? Baiklah."

Bibirku sontak melengkung ke atas melihat Om Wonwoo tersenyum cerah pada Woojin. Kurasa alasan Om Wonwoo tetap tersenyum adalah Woojin. Dia selalu kelihatan bahagia saat sama Woojin.

"Ibuuu, sini ikut main!" Aku tertawa lalu menghampiri Woojin dan Om Wonwoo yang asik membangun istana-istanaan. "Ayah, Ibu, Woojin pingin punya istana yang besaaar kayak di dongeng."

Ucapan Woojin membuatku relfeks tertawa. Emang rumah Pak Jeon kurang besar, Jin? Udah gede banget itu mah.

"Woojin pingin istana?" Om Wonwoo menanggapi.

"Iya! Nanti ada Ayah, Ibu, Woojin, sama adiknya Woojin. Iih, pasti seneng deh!"

Sial. Aku hampir tersedak salivaku sendiri, begitu pula dengan Om Wonwoo. Ck, Jeon Jungkook sialan!

"Woojin mau es krim nggak? Nanti Ayah belikan."

"Es krim? Mau! Es krim pisang ya, Yah!"

Aku menghela napas pelan. Untung Om peka. Huft.

***


Langit hampir gelap saat Woojin tertidur di gendongan Om Wonwoo. Kamipun memutuskan untuk segera kembali ke Seoul. Sebelum itu, aku meminta izin pada Om untuk pergi ke kamar mandi. Perutku tiba-tiba sakit.

"Woojin pingin adik."

Sial! Kenapa kalimat itu muncul di otakku, sih? Kayaknya aku mulai gila deh.

Om Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang