17. Call Me...

31.2K 4.7K 304
                                    

Wonwoo

Aku menatap pantulan diriku di cermin. Kantung mataku menghitam, tubuhku sedikit mengurus dan aku terlihat sangat mengerikan hanya dalam empat hari. Sebesar inikah efek yang aku rasakan?

Drrrt... ponselku bergetar, tanda ada telepon masuk. Aku buru-buru meraihnya, berharap kalau itu panggilan dari Miroo.

Sial. Ternyata bukan.

"Hyung!"

"Em."

"Aku lihat si Miroo masuk warung tenda. Sumpah hyung, kali ini nggak salah lihat."

Aku langsung bangkit dari dudukku, meraih mantel lalu bergegas menuju garasi.

"Dimana? Cepat katakan!"

"Sabar, hyung. Jangan kesini dulu. Kalau dia kabur gimana? Kau duduk di rumah, rileks dan--"

"Ya! Kau gila? Kenapa aku harus duduk di rumah?!"

Aku bisa mendengar Jungkook memekik pelan di seberang sana.

"Aish, bocah gila! Hyung, aku tutup dulu ya. Istrimu berbuat ulah. Nanti aku kabari lagi. Bye!"

"Ya, Jeon Jung--"

Pip, dia mematikan sambungannya. Sial! Kuacak rambutku frustasi. Di mana Miroo sekarang? Apa dia tidak tahu kalau aku hampir gila selama empat hari ini? Apa dia tidak sadar kalau aku hampa tanpanya di sini?

Kuputuskan untuk duduk di ruang tengah. Baik, mungkin ucapan Jungkook ada benarnya. Aku harus menunggu, jangan gegabah.

Atau Miroo benar-benar tidak akan kembali padaku.

Hampir lima belas menit berlalu, ponselku kembali bergetar, tanda ada pesan masuk.

Kook
49, Seocho-daero 74-gil, Seocho-Gu, Seoul. Itu alamat Jisoo. Miroo tinggal disana selama empat hari ini. Hyung, kau tau kan apa yang harus kau lakukan?

Aku terdiam. Sialan. Dugaanku selama ini benar. Pria itu memang belum mau menyerah. Dia masih mengharapkan Miroo.

***

Kutekan bel di depanku tak sabaran. Emosiku hampir memuncak sekarang. Dan semua karena pemilik apartemen ini.

Klek, pintu terbuka dan sosok Jisoo dengan wajah tenang langsung tertangkap penglihatanku.

Dia bahkan menatapku tanpa rasa bersalah.

"Puas?"

Aku mengernyit mendengar pertanyaannya. Bukankah seharusnya aku yang melontarkan pertanyaan itu?

"Apa maksudmu?"

Jisoo maju beberapa langkah lalu menarik kerah bajuku kasar.

"Kalau kau tidak bisa membahagiakan Miroo, maka lepaskan dia! Aku akan dengan senang hati memperlakukan dia jutaan kali lebih baik! Aku tidak akan menatap dia sebagai wanita lain! Aku akan mencintai dia sebagai Han Miroo!"

"Brengsek!" Kini giliran tanganku yang mencengkeram kerah bajunya erat-erat. Aku menatapnya tepat di mata. Tajam dan menusuk. "Sampai mati pun aku tidak sudi melakukannya! Tidak akan!"

"Kalau begitu bahagiakan dia! Jangan membuatnya menangis!"

Kuhempaskan tanganku dari kerahnya, membuatnya sedikit terdorong ke belakang. "Tanpa kau suruh pun aku akan melakukannya," tegasku lalu meninggalkan dia yang hanya diam mematung di depan pintu apartemennya.

Om Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang