Pemberian obat pada ibu hamil harus diperkirakan efek obat terhadap ibu dan tidak boleh melupakan pengaruh atau efek samping obat ada janin. keberadaan obat pada ibu hamil dapat ditinjau dari 3 komponen, yaitu kompartemen ibu, kompartemen plasenta, dan kompartemen fetal.
pada ibu hamil tumbuh unit feto plasental dalam uetru. hormon plasenta mempengaruhi fungsi traktus digestivus ataumotilitas usus. demikan pula filtrasi glomerulus menigkat, eliminasi obat lewat ginjal lebih cepat, dan reabsorpsii obat inhalasi pada alveoli paru bertambah.
pada awal trimester dua dan tiga akan terjadi hidraemia, volume darahmeningkat sehingga kadar obat relatif turun.Farmakokinetik Obat Fetomaternal
perubahan pada traktus digestivus
motilitas usus berkurang
peningkatan sekresi mukosa, pHgaster meningkat ( kurang lebih 40% lebih tinggi dari pada perempuan tak hamil) mual/muntah akan mempengaruhi dosis obat yang masuk traktus digestivus.Motilitas usus yang berurang akan memperlama obatberada di traktus digestivus, pengosongan lambung lebih lambat kurang lebih 50%. peningkatan pH gaster berakibat bufer asam basa terganggu. Resorbsi makanan dan obat menurun, sehingga efek teratopoetik obat berkurang. Dengan banyaknya mual dan muntah makann dan minuman yang msuk ke usus berkurang bahkan tidak ada (hiperemesis Gravidarum). obat-obat yang masuk sangat sulit apalagibila formula obat menambah pH gaster. komposisi makanan yang merangsang akan menambah cairan gaster yang dimuntahkan. oleh karena itu, akan terkondisi suatu keadaan alkalosis pada darah ibu. bila tidak ada makanan yang masuk dan absorbsi sulit atau berkurang, maka akan diikuti metabolisme lemak dan protein yang menyebabkan asidosis darah ibu (hiperemesis gravidarum)Pengaruh Pada Paru
Dengan adanya hormon plasenta, terutama progesteron maka terjadi vasodilatasi kapilar aveoli. volume plasma bertambah, curah janting bertambah, sirkulasi pulmonal bertambah maka absorpsi di aveoli akan bertambah. oleh karena itu, obat-obat inhalasi perlu dipikirkan dosisnya, jangan sampai berlebihan.Distribusi Obat
Plasma arah dalam sirkulasi ibu hamil mulai trimester dua akan bertambah sampai kurang lebih 50-60% ini akibat curah jantung meningkat dan filtrasi glomerulus ginjal meningkat. volume darah/plasma meningkat sampai kurang lebih 8.000 cc. tambahan volume darah di plasenta, janin dan amnion (kurang lebih 60%) dan dalam darah ibu 40%. sirkulasi darah bertambah di plasenta 80% serta pada miometrium 20% dengan demikian kadar obat pada sirkulasi ibu, distribusinya dalam organ relatif tidak sama.
Perubahan Kadar Protein Darah
sebagian protein akan berkatan dengan hormon progesteron, sehingga hanya sebagian albumin yang mengikat obat. kesimpulan, kadar obat yang bebas aktif dalam sirkulasi lebih banyak pada ibu hamil dari pada ibu tidak hamil, dengan demikian terjadi peningkatan kadar obat pada ibu hamil. penurunan kadar obat oleh karena hidraemia dan peningkatan kadar obat dalam plasma secara logis kadar obat tidak berkurang pada ibu.Detoksikasi/Eliminasi obat
Hepar :
pada kehamilan fungsi hati terganggu karena munculnya hormon dari plasenta. detoksikasi obat akan berkurang kecuali, ada obat tertentu yang meningkatkan aktifitas metabolisme sel hepar akibat rangsangan enzim mikrosom oleh hormon progesteron. beberapa jenis obat akan lebih menurunkan fungsi hepar akibat kompetitif inhibisi dari enzim oksidase serta mikrosom akibat pengaruh hormon plasenta terutama progesteron dan esterogen.
Ginjal :
Aliran darah pada glomerulus pada kehamilan meningkat 50%. ini akibat dari peningkatan volume plasma darah dan hormon progesteron. dengan Glomerulus Filtration Rate ( GFR ) meningkat, maka ada beberapa jenis obat lebih cepat disekrekasikan, misalnya golongan penisilin dan derivatnya, beberapa obat jantung ( digoksin), dan golongan makrolid.kategori obat pada ibu hamil berdasarkan resiko janin
Kategori A :
obat-obat yang selama ini telah dikonsumsi oleh ibu hamil tanpa menunjukan bukti adanya peningkatan kejadian malformasi atau efek yang membahayakan bagi janin baik secara langsung maupun tidak langsung
Kategori C :
obat-obat yang berdasarkan efek farmakologinya telah menyebabkan atau dicurigai menyebabkan efek yang membahayakan bagi janin ataupun bayi, tetapi tidak menimbulkan malformasi. efek yang ditimmbulkan dapat bersifat reversibel.
Kategori B1 :
obat-obat yang secara umum telah dikonsumsi oleh sebagian ibu hamil, tetapi tidak menunukan bukti adanya peningkaan kejadian malformasi ataupun efek yang membahayakan bagi janin, baik secara langsung maupun tidak langsung. studi pada hewan uji tidak membuktikan adanya peningkatan nkejadian kerusakan janin.
Kategori B2 :
obat-obat yang secara umum telah dikonsumsi oleh sebagian ibu hamil, tetapi tidak menunukan bukti adanya peningkaan kejadian malformasi ataupun efek yang membahayakan bagi janin, baik secara langsung maupun tidak langsung. studi pada binatang sangat terbatas atau tidak memadai, tetapi data yang ada menunjukan bahwa obat-obat tersebut tidak meningkatkan kejadian kerusakan janin.
Kategori B3 :
obat-obat yang secara umum telah dikonsumsi oleh sebagian ibu hamil, tetapi tidak menunukan bukti adanya peningkaan kejadian malformasi ataupun efek yang membahayakan bagi janin, baik secara langsung maupun tidak langsung.studi pada binatang menunjukan bahwa obat-obat dalam golongan ini meningkatkan kejadian kerusakan janin, tetapi efek pada manusia belum diketahui secara jelas
Kategori D :
obat-obat yang telah menyebabkan, dicurigai sebagai penyebab atau diduga dapat meningkatkan kejadian malformasi janin atau kerusakan yag sifatnya menetap. obat-obat ini juga dapat menimbulkan efek farmakologi yang tidak dikehendaki pada penggunanya
Kategori X :
obat-obat yang memberikan resiko tinggi untuk terjadinya kerusakan permanen pada janin sehingga obat golongan ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil.Daftar Pustaka:
saifudin,abdul bari,2010,Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo,PT bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilmu Kebidanan
Non-FictionBerisi rangkuman tentang ilmu kebidanan dari berbagai Sumber. Semoga bermanfaat.