Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya. Jiwa anak sangat tergantung pada plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada baik buruknya faal placenta.
Perkembangan plasenta manusia sama menariknya dengan embriologi janin. Plasenta adalah suatu organ yang luar biasa, terutama apabila kita melihat fungsinya. Selama keberadaannya yang singkat dalam uterus, janin bergantung pada plasenta sebagai paru, hati, dan ginjalnya. Organ ini melaksanakan fungsi-fungsi tersebut sampai janin cukup matang sehingga dapat bertahan hidup di luar rahim sebagai organisme yang bernapas melalui udar.
Sebagai kelanjutan proses fertilisasi dan implantasi/nidasi adalah terbentuknya plasenta. Plasenta adalah organ endokrin yang unik dan merupakan organ endokrin terbesar pada manusia yang menghasilkan berbagai macam hormone steroid, peptide, faktor-faktor pertumbuhan, dan sitokin.
Pada trimester I plasenta berkembang sangat cepat akibat multiplikasi sel-sel sitotrofoblas. Vili korialis primer tersusun oleh sel-sel sitotrofoblast yang proliferatif di lapisan dalam dan sel-sel sinsitiotrofoblas di lapisan luar. Sel-sel mesenkim yang berasal dari mesenkim ekstraembrional akan menginvasi vili korialis primer sehingga terbentuk vili korialis sekunder, sedangkan vili korialis tersier terbentuk bersamaan dengan terbentuknya pembuluh darah-pembuluh darah janin. Sinsisiotrofoblas umumnya berperanan dalam pembentukan berbagai macam hormon, sedangkan sitotrofoblas lebih berperanan dalam sekresi faktor-faktor pertumbuhan.
Hormon-hormon yang Dihasilkan oleh Plasenta
Plasenta menghasilkan hormon-hormon sebagai berikut.
1. Sintesis hormon polypeptide:
Human chorionic gonadotropin (hCG), human placenta lactogen (hPL).
2. Hormon-hormon protein:
Chorionic adrenocorticotropin (CACTH), chorionic thyrotropin (CT), relaksin, parathyroid hormone related protein (PTHrP), growth hormone variant (hGH-V).
3. Hormon-hormon peptide: Neuropeptide-Y (NPY), inhibin, aktivin.
4. Hypothalamus-like Releasing hormone (GnRHP):
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH), corticotropin releasing hormone (CRH), thyrotropin-releasing hormone (cRTH) dan growth hormone-releasing hormone (GHRH).
5. Hormon steroid: Progesteron, estrogen.
Gonadotropin Korionik Manusia (hCG)“Hormon kehamilan” ini adalah suatu glikoprotein dengan aktivitas biologis yang sangat mirip dengan LH, dan keduanya sama-sama bekerja melalui reseptor LH/hCG membrane plasma. Walaupun diproduksi hampir seluruhnya di plasenta, hCG juga disintesis di ginjal janin, dan sejumlah jaringan janin menghasilkan subunit- atau molekul utuh hCG (Mcgregor dkk., 1981, 1983).
Berbagai tumor ganas juga menghasilkan hCG, kadang-kadang dalam jumlah yang sangat banyak-terutama penyakit trofoblas ganas. Pada wanita tidak hamil dan pria, hCG juga diproduksi dalam jumlah yang sangat sedikit, mungkin terpusat di kelenjar hipofisis anterior. Namun demikian, deteksi hCG dalam darah atau urin hampir selalu menunjukkan kehamilan.
hCG mulai dapat dideteksi 1 hari setelah implantasi. Sekresi hormon ini akan memperpanjang hidup korpus luteum dan menstimulasi produk progesteron melalui sistem adenilatsiklase. Keadaan ini terus dipertahankan sampai usia kehamilan kurang lebih 11 minggu saat plasenta sudah mampu menyintesis progesterone.
Fungsi hCG yang lain adalah merangsang proses diferensiasi sitotrofoblas, stimulasi produksi testosterone testis janin dan diduga mempunyai efek imunosupresif selama kehamilan. Secara klinik, pengukuran kadar hCG umumnya digunakan untuk menunjang diagnosis kehamilan, evaluasi setelah terapi penyakit trofoblas, dan evaluasi abnormalitas kehamilan (misalnya kehamilan ektopik). Kadar hCG yang lebih tinggi daripada kadar normal pada trimester kedua seringkali dihubungkan dengan trisomi 21, trisomi 13, trisomi 20, sindroma Turner dan Klinefelter, sebaliknya kadar yang lebih rendah sering ditemukan pada janin dengan trisomi 18. Atas dasar inilah hCG digunakan sebagai salah satu cara skrining adanya aneuploidi pada janin.Laktogen Plasenta Manusia (hPL)
hPL disintesis di sinsisitiofroblas. HPL dapat ditemukan di plasenta dalam 5 sampai 10 hari setelah konsepsi dan hPL dapat dideteksi di serum sedini 3 minggu setelah fertilisasi. Konsentrasi di dalam plasma ibu terus meningkat sampai sekitar minggu ke-34 sampai 36; konsentrasi ini kira-kira setara dengan massa plasenta. Pada akhir kehamilan, konsentrasi serum mencapai kadar yang lebih tinggi daripada hormon protein lainnya.
Efek utama hPL adalah terhadap insulin dan metabolisme glukosa, tetapi bagaimana mekanisme kerjanya sampai sekarang belum diketahui dengan jelas. Efek hPL terhadap lipolisis dan glucose –sparing terutama pada perempuan hamil yang sedang berpuasa menunjukan bahwa hPL mempunyai efek proteksi pada janin. Keadaan puasa akan merangsang sekresi hPL sehingga penggunaan glucose oleh ibu akan menurun. Hal ini akan menjamin tercukupinya sumber energy janin.
Pengukuran kadar hPL sangat jarang digunakan untuk kepentingan evaluasi abnormalitas kehamilan. Umumnya disepakati bahwa kadar hPL < 4/ml pada usia kehamilan 30 minggu merupakan batas bahwa janin dalam keadaan bahaya. Pada plasenta yang besar seperti pada kehamilan ganda dan kehamilan dengan diabetes mellitus, akan didapatkan kadar hPL yang lebih tinggi. Sebaliknya kadar hPL yang rendah ditemukan pada pertumbuhan janin terhambat, preeclampsia, dan neoplasma trofoblas. Pada kasus abortus imminens, kadar hPL yang rendah menunjukan bahwa kehamilan sulit untuk dipertahankan.Adrenokortikotropin Korionik (CACTH)
ACTH diproduksi oleh sel-sel plasenta yang tersebar. Peran fisiologis ACTH plasenta masih belum jelas. Kadar ACTH dalam plasma sepanjang kehamilan (sebelum persalinan) lebih rendah daripada kadar pada pria dan wanita tidak hamil; namun, konsentrasi meningkat seiring dengan perkembangan kehamilan. Selama kehamilan, plasenta mungkin menghasilkan ACTH yang disekresikan ke ibu atau janin, tetapi ACTH tidak melewati plasenta.
Tirotropin Korionik (CT)
Terdapat bukti bahwa plasenta menghasilkan hormon CT tetapi sama seperti CACTH, fungsinya dalam kehamilan belum diketahui dengan jelas.
Relaksin
Ekspresi relaksin dapat dijumpai di korpus luteum, desidua, dan plasenta manusia. Relaksin bekerja pada otot polos miometrium untuk merangsang adenilil siklase dan untuk meningkatkan relaksasi uterus.
Parathyroid hormone related protein (PTHrP)
Sintesis PTHrP dapat dijumpai di sejumlah jaringan orang dewasa normal, terutama di organ reproduksi pria dan wanita, termasuk uterus (miometrium dan endometrium), korpus luteum, dan jaringan payudara fase laktasi. Beberapa organ janin juga memproduksi PTHrP di antaranya kelenjar paratiroid, ginjal dan plasenta.
Growth hormone variant (hGH-V)
hGH-V adalah suatu protein yang terdiri dari 191 asam amino yang berbeda di 15 posisi asam amino dari sekuens untuk hGH. hGH-V disintesis oleh plasenta, mungkin di sinsitium. Sekresi hGH-V dipengaruhi oleh glukosa.
Inhibin dan Aktivin
Inhibin adalah suatu hormon glikoprotein yang bekerja untuk menghambat pelepasan FSH oleh hipofisis sehingga mencegah ovulasi selama kehamilan. Zat ini diproduksi oleh testis manusia dan korpus luteum. Aktivin berkaitan erat dengan inhibitin.
Neuropeptide-Y (NPY)
Hormon ini disekresikan oleh plasenta terutama di sitotrofoblas.
Estrogen
Selama 2 sampai 4 minggu pertama kehamilan, estrogen yang dihasilkan ovarium ibu hamil relative sedikit. Pada minggu ke-7 kehamilan, 50 % estrogen yang masuk ke dalam sirkulasi darah ibu adalah estrogen yang dihasilkan oleh plasenta. Estrogen ini diproduksi oleh sinsisiotrofoblas pada palsenta.
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan saluran kelenjar mammae sewaktu menyusui, mengontrol pelepasan LH dan FSH, mengendorkan serviks, vagina, dan vulva, sekaligus menimbulkan kontraksi pada rahim.Progesteron
Korpus luteum menghasilkan progesterone selama 14 hari saat setelah terjadi ovulasi. Tetapi, jika terjadi konsepsi fungsi korpus luteum dipertahankan oleh hormone hCG untuk tetap menghasilkan progesteron sampai usia 10 minggu.
Progesteron berfungsi untuk membangun lapisan dinding rahim untuk menyangga plasenta di dalam rahim, mencegah gerakan kontraksi, menurunkan tekanan darah, dan membantu menyiapkan payudara untuk menyusui.Daftar Pustaka
Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetri Williams Volume 1. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilmu Kebidanan
Non-FictionBerisi rangkuman tentang ilmu kebidanan dari berbagai Sumber. Semoga bermanfaat.