01

65 10 14
                                    

      Malas dan malas kata-kata itu lagi-lagi menghampiri Feby kali ini. Seusai pelajaran metik Feby dan yang lainnya mendapat pr di tambah ulangan harian yang akan diadakan minggu depan.

Waktu berjalan begitu lambat untuk Feby tapi berjalan begitu cepat untuk pak Reno yang sepertinya dari tadi tidak puas untuk menjelaskan setiap detail mengenai bab fungsi.

Kring kring kring

"Alhamdulillah wahsyukurillah besyukur padamu ya Allah." Ucap Feby pelan.

"Dasar kampret giliran istirahat aja baru ngucapin kata-kata kaya gitu." Cibir fena.

Fena adalah teman sebangku sekaligus sahabat Feby dari kelas 7, mereka memang akrab seperti saudara.

"Fen main ke ruma gue yukkk." Ajak Feby sedikit memaksa.

"Aelah jauh woi rumah lo, mending lo aja main  ke rumah gue." Tolak Fena dengan senyum simpul.

"Idih dasar lo curang giliran gue nyuruh ke rumah gue alasan lo jauh teruss, emang rumah gue  jauhnya semana sih kaya di papua aja. Ya udah ntar pulangan langsung aja ya ke rumah lo" Gerutu Feby sedikit kesal.

"Sip." Menempelkan jempolnya didahi Feby.

Kemudian Feby menepis tangan Fena dan menatapnya kesal.

Suasana kantin yang sangat ramai, hanya ada sedikit celah untuk melewati orang-orang yang sendari dari tadi mau maunya menumpuk di tengah jalan.

"Woi air panas air panas awas-awas." Teriak pria yang mencoba menerobos.

Orang-orang yang sedang makan tiba-tiba mogok kala mendengar teriakan tersebut.

Mata mereka langsung tertuju kepada lima pria yang ingin menerobos antrian, hanya demi cireng dan sosis goreng.

"Feby itu kan kak Firman and the geng." Menyenggol lengan Feby

"Hmmm." Mendengus.

"Sok cuek padahal pengen liat." Lagi-lagi Fena mencibir Feby.

Diam cerewet lo ngga tau apa gue deg-deg kan gini

Kelima pria itu berhasil melewati Feby yang hanya bisa diam dan membisu seperti patung.

Menyembunyikan detak jantungnya yang tak bisa dikendalikan ketika cowo yang ia kagumi sempat menatapnya mungkin hanya 2 detik.

Cowo itu dengan nama panjang Muhammad Firman menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

Singkat tetapi memberikan efek yang besar untuk jantungnya. Perutnya seperti di isi dengan ribuan kupu-kupu.

Ingin rasanya berteriak ataupun loncat-loncat di tempat itu namun ia tidak boleh melakukannya.

Mau di pandang orang apa nantinya jika dia melakukannya. Bisa-bisa ia malah di hujat karena kegilaannya.

Pelajaran Bk di jam akhir tapi gurunya ngga nongol-nongol alhasil kelas jadi brutal semacam pasar butun.

Mulai dari yang teriak-teriak, lari-lari, nonton film, coret-coret papan tulis dan yang selalu ada di setiap kelas tukang gosip.

Mereka menceritakan segala hal dari guru-guru yang menyebalkan, horor, pilm dan akhirnya terputus di tanda-tanda kiamat.

Bu rahma akhirnya datang di sisa waktu 15 menit sebelum pulangan.

Semua orang lari kocar-kacir. Dalam sekejap struktur tempat duduk pun berubah drastis.

"Oke anak-anak yang ibu sayang, Maafkan ibu ya datangnya telat." Ucap bu Rahma meminta maaf.

Writing In a LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang