03

25 4 0
                                    

       Hiburan sebuah hal yang menarik dan harus dilakukan ketika mood ataupun kesedihan sering datang disaat kita belum siap menerimanya. Kali ini Feby hanya ingin melakukan hal yang akan membuat hatinya kembali bahagia.

Gue ajak Fena aja gin, dari pada gue dirumah terus sambil merenungin nasib gue yang apes gini.

Feby Menghela nafasnya kasar mengumpulkan sebanyak-banyaknyan oksigen yang rasanya sangat sulit ia hirup.

Feby mengganti pakaiannya. Cukup lama memilih akhirnya pilihannya jatuh dengan kaos putih diselingi jaket parka maroon dan celana jeans putih.

Merapikan sedikit rambutnya yang berantakaan lalu
Memasukkan handphone dan dompetnya ke slime bag bewarna hitam lalu bergegas pergi ke rumah Fena.

"Mau kemana lo?" Tanya Chintia penasaran.

"Jalan sama teman." Sahut Feby.

"Oh."

Dasar!! jawaban lo itu kaya ngga niat banget? Mending diam aja gue.

Gerutu Feby kesal sambil menatap Chintia kesal. Chintia hanya mengerutkan dahinya ketika melihat tatapan Feby.

Chintia adalah kakak kedua Feby, sebenarnya orangnya baik tapi tetap saja ngeselin dan jutek, Jadi hal itulah yang menyebabkan mereka suka berdebat seperti anak kecil.

Sedangkan kakak Pertamanya bernama Marina, Dia sudah bekerja di luar kota dan jarang pulang jadi Feby jarang berdialog langsung dengan Marina. Paling dari video call, itu pun jarang-jarang.

"Gue pergi,assalamualaikum." Pamit Feby meninggalkan Chintia.

"Walaikumsalam." Jawab Chintia.

Feby memilih mengendarain sepeda motornya sendiri dari pada buang-buang uang untuk bayar taksi ataupun gojek.

Sampai di depan rumah Fena, Feby mengeluarkan handphonenya dari tas dan menghubungi Fena.

"Fen, gue di depan rumah lo nih keluar bentar dong."

"Lah lo ngapain emangnya? Ya udah ntar gue turun."

Fena mengintip di balik korden kamarnya dan langsung keluar dari kamarnya.

Sampai di depan gerbang Fena membukakan gerbang yang masih tertutup.

"Ya udah neng masukin dulu motor lo jangan di depan situ ntar mobil bokap gue lewat gimana?" Pintah Fena.

"yee sabar kali." Sahut Feby mendorong motornya melewati gerbang.

Feby merasa ada sesuatu yang hilang, pandangan menjadi kacau seperti orang yang sedang kemalingan. Tangannya mengombrak-ambrik isi tasnya sendiri, lalu berlari mendekati motornya sambil memasukan tangan kanan dan kiri ke kantung motor, sedangkan matanya terus mencari di sekeliling motornya.

"Buset napa sih lo feb, ada yang hilang?" Mengerutkan dahinya bingung.

"Ntar dulu ntar dulu tadi gue berdiri dimana?" Tanya Feby mengingat-ngingat.

"Depan gerbang gue, emang kenapa sih? Buset dah anak orang kok lama-lama ngga waras gini abis patah hati." Cerocos Fena memerhatikan Feby.

Feby tidak merespon perkataan Fena, ia masih terpokus dengan jalanan di depan gerbang mencari-cari sambil menundukkan kepalanya.

Sedangkan Fena menghampiri Feby dan mecoba membantu Feby yang sepertinya sedang kesusahan.

"Woi lo cari apaan? Emas, anting lo jatuh! Eh ngga tuh masih lengkap, kalung lo hilang, atau dompet lo  yang ngilang!" Fena tak berhenti bertanya.

Writing In a LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang