Mengapa Feby mau bertahan sampai sejauh ini, tanpa ia sadari hari-hari yang ia jalani itu sangat menyedihkan.
Walaupun sebulan yang lalu Feby pernah melihat Firman bersama Andini di Restoran itu, tapi ia harus bersyukur karena tidak menyaksikan setiap hari kebersamaan mereka di sekolah. Itu karena Firman dan Andini tidak satu sekolah.
Mati gue mati gue kenapa kak Firman ditengah jalan.
Feby mempercepat langkahnya dan sengaja menundukkan kepalanya, agar tidak melihat wajah Firman hari ini.
Firman dan gengnya berdiri ditengah-tengah jalan yang biasa di lewati Feby untuk sampai di kelas.
Semacam tikus yang hampir saja lolos dari jebakan namun sayangnya ia begitu bodoh untuk mencari jalan keluar, karena tikus itu tidak secerdik kancil. Dan akhirnya ia tetap ingin melewati jebakan itu, dengan begitu tikus itu pun terjebak.
Begitulah nasib Feby saat ini, hampir saja ia lolos tapi sepertinya ia harus tertahan di tengah orang-orang itu.
"Hai dek lo yang namanya Feby." Tanya Milan dengan senyum sumringan.
Feby tersentak kaget mendengar namanya disebut, alhasil Kepala reflek mendongkak keatas.
"I-iya kak." Feby tersenyum kaku.
"Kok lo tau namanya lan!" Ucap Tio sambil mengerutkan dahinya.
"Ya baca name tagnya lah, gimana sih lo semua?" Sahut Milan Santai.
Akhirnya ke empat mata cowo-cowo itu langsung tertuju kearah dada Feby yang sudah ada name tagnya.
Feby sontak melotot dan sedikit gugup, ia segera membalikkan badannya dan mencari jalan lain sambil menyilangkan kedua tangan di dada. Semacam memasang teng atau pelindung lainnya.
Ih jorok jijik, apa-apaan mereka itu seenaknya liat-liat dada gue.
Gerutu Feby kesal, Kali ini Feby terpaksa lewat lapangan untuk sampai di kelas.
"Loh kenapa dia? kita kan ngga lakuin sesuatu yang berlebihan." Wahyu mengerutkan dahinya binggung sambil menatap kepergian Feby.
"Muka-muka lo semua sih tukang mesum, dia kira tuh kita pada mau ngelecehin dia kali." Timpal Firman dengan senyum sinisnya.
"Huu lo juga liat tadi ces." Balas Milan tak mau kalah.
"lah lo sih bilang tau dari name tag nya ya udah gue reflek liat deh kesitunya." Menyelonyor kepala Milan.
"Anjing lo liat dadanya!!" Tanya Milan penasaran.
"Eh anjing ya ngga lah gue bilang ke name tagnya dia, lo ribut amat." Menjepit kepala Milan didadanya dengan tangannya.
"Eh iya-iya Fir, lepasin." Ucap Milan memohon ampun.
"Sudah-sudah lo bedua ada Bu Hera tuh." Ucap Tio menyeringai.
Firman pun melepaskan Milan yang berlari kearah Bu Hera dan bersembunyi di belakang guru tersebut.
"Ibu tolongin saya bu, masa Firman ngetekin saya." Adu Milan merasa tertindas.
"Terus ya Firman, ibu tendang kaki mu nanti." Ancam Bu Hera.
"Iya bu ngga lagi kok." Jawab Firman memohon ampun.
Bu Hera pun berlalu meninggalkan keempat cowo tersebut. Diselingi dengan milan yang kabur dari Firman, dan diikuti dengan Firman yang mengejarnya.
"Tumben siang banget lo datang feb, jangan bilang abis nangis lagi semalaman." Ucap Fena mencibir.
"Sok tau lo gue cuman bangun kesiangan, jadi gini deh. ngomong-ngomong liat pr metik dong." Ucap Feby memohon.
"Tuh di meja liat aja, gue ke kantin dulu ya mau beli roti bakar." Melangkah ke luar kelas.
Pelajaran sudah dimulai. Belajar sejarah itu membosankan apalagi di tambah belajarnya itu harus cepat-cepat.
Paling-paling akhirnya di sungguhkan dengan ulangan harian dan tugas latihan soal yang jawabanya luar biasa panjangnya. Satu lembar full folio mungkin itu masih kurang bagi Bu Sugi
Bu Sugi itu wali kelas 8A ya itu kelas Feby. Dia mengajar di bidang pelajaran Ips.
"Buset tangan gue mati rasa pegel banget dua embar kertas full, gila itu soal atau apa?" Gerutu Silva yang meregangkan jari-jari tangannya.
"Panjangnya punya lo silva, punya gue ngga terlalu panjang." Sahut Okta yang memerhatikan kertas jawaban Silva.
"Ribut weh, kumpul sana kalo lo semua sudah selesai" Sahut Mela kesal.
Semua langsung terdiam. Begitu Silva dan Okta yang langsung menjatuhkan kembali badannya di tempat duduk masing-masing.
Hening semua orang pokus dengan tugasnya masing-masing, maklum kelas unggulan gitu kalo sudah ada tugas ya seperti itu kelas berubah menjadi kelas alim.
"Yeeeeeeeee gue udah selesai!!" Feby memukul meja dan berteriak sehingga memecahkan keheningan yang sangat damai itu.
"Hehe reflek guys maap ya." Membulatkan matanya sambil menutup mulutnya.
Semua pandangan jatuh ke Feby. Dari yang pandangan mengeleng-gelengkan kepala, pandangan kesal, pandangan binggung, sampai pandangan datar. Ah ngga tau deh apa aja pandangannya.
Feby tidak keluar kelas sama sekali dari istirahat pertama sampai istirahat kedua. Ia hanya mengutak-atik handphonenya dan melihat-lihat isi line dan instagramnya.
Stalker ngga ya....
Jemari manisnya mulai mengetik nama Firman dilayar handphonenya.
Foto yang kemarin-kemarin kok sudah ngga ada.
Dan detik itu juga Feby tersenyum manis dan sangat bahagia. Feby tipe cewe yang sulit mengendalikan rasa sedih, marah, ataupun rasa senangnya sendiri.
Karena semua orang itu berbeda, begitupula dengan Feby. Walaupun orang sedikit tidak nyaman dengan prilaku Feby, tapi ia tidak memikirkannya selagi ia tidak pernah mencari masalah ataupun membuat kekacauan ia tidak terlalu peduli dengan pandangan orang.
"Eh pulangan kerja kelompok yo kita kan satu kelompok." Ucap Occa sambil membuka tutup botol coco-cola.
"Gue juga kan, sekelompok kalian." Yura Menyambung pembicaraan.
"Oke deh mau kerja kelompok di mana nih?" Tanya Feby memasukkan handphone ke kantung saku.
"Terserah aja gue mah." Sahut Yura dengan senyum simpulnya.
"Hmm di sekolah aja kali ya, gue di jemput di sekolah masalahnya!" Terkekeh kecil.
"Okee." Fena mengepalkan jempolnya.
Sejak tugas kelompok tersebut Feby dan Fena menjadi dekat dengan Occa dan Yura. Mereka sering menghabiskan waktu bersama dan menjadi sahabat yang sangat karib.
Sebenarnya Occa dan Yura itu masuk ke kelas unggulan sejak kelas 8, jadi sebelumnya Fena dan Feby tidak begitu dekat walaupun sudah satu kelas.
Tapi setelah tugas kelompok bersama mereka menjadi dekat.Karena persahabatan itu ada bukan karena sejak kapan kita berteman. Tapi dimana kita selalu bersama untuk saling berbagi kebahagiaan dan kesedihan. Dan saling menjaga hubungan yang sudah terjalin agar tidak hancur karena permasalahan kecil.
👯👯👯👯
-Kamu tau kenapa jantung ku berdetak dengan cepat saat ini? Itu karena aku ngga bisa mengalihkan pandangan ku dari dirimu mu.
-WIL-⭐⭐⭐
Halo semuanya aku mau ngucapin buat vote dan komen kalian tapi jangan bosan-bosan ya.
Bakal ada kejutan-kejutan di part-part selanjutnya jadi aku berharap kalian masih mau baca cerita aku.
Okee sampai jumpa lagi😀😀.
KAMU SEDANG MEMBACA
Writing In a Letter
FanfictionSetiap orang berhak jatuh cinta bukan! "apa salah aku mencintai kak Firman sampai sejauh ini?" Firman hanya diam membisu mendengar pernyataan Feby. karena cinta Feby untuk Firman itu benar-benar tulus.