Author's
Sinar matahari masuk melalui celah kecil membuat sedikit cahaya diruangan yang gelap, dan sesuatu membangunkannya, lebih tepatnya suatu benda yang berbunyi. Zelin bergulat sedikit membenamkan wajahnya di bantal, sembari mengingat-ingat kejadian kemarin.
Sejak pertemuan itu ia sadar akan perasaan yang menjelma ini, sesungguhnya kau tau? Ia sama sekali tak berusaha untuk melupakannya, hebat bukan? tidak-tidak, ini aneh.
Sebenarnya ini bukan masalah kehebatan, melainkan perasaan mana yang lebih dominan. Cinta atau benci? benar, semakin dia berusaha untuk membenci nya semakin pula perasaan cinta itu akan tumbuh.
Masih cukup pagi bagi Zelin untuk bersiap ke sekolah, tetapi aroma masakan yang menggugah selera nya itulah yang membangungkan nya begitu saja. Kakinya turun dari nakas menyentuh karpet yang menggelitik. Segera ia pun turun kebawah. Ia melihat ibunya yang tengah sibuk menyiapkan sarapan.
Sadar akan kehadiran Zelin, Ibunya menoleh, " Cepatlah mandi, nanti kamu kesiangan sayang, abis itu kita sarapan." tukas Ibunya yang hanya dibalas anggukan oleh dirinya.
***
Siang ini terjadi gerimis. Zelin yang berada di kelas akhir SMA Taruna Nusantara baru saja ingin pergi dari pelajaran kimia yang menurutnya sangat memuakkan untuk menuju kantin, bel istirahat memang sudah berbunyi sedari tadi.
"Bakso kuah biasa bu satu," ucapnya pada ibu kantin.
"Eh zel, gue cariin juga dari tadi, kemana aja lo!" teriak sahabatnya Karin, "Satu bakso kuah juga ya bu," timpal nya.
"Zel, ada berita penting dan lo harus tau." ucap karin, memecah keheningan.
Ia menoleh, "Hmm, Ada apa?"
"Gue denger dia udah balik ke Indo,"
"Siapa?" katanya santai, masih tidak menghiraukannya.
"Zaidan," ucap Karin sambil mengucapkan nama itu dengan dramatisir, lebay memang dia tuh.
"Terus? masalah nya sama gue apa? enggak banget deh ah,"
"Ya enggak kaget apa lo kalau tiba-tiba dia muncul gitu aja?"
"Dikira lo dia setan? lagian kan emang dia gitu, dateng bikin nyaman terus pergi ninggalin kenangan gitu aja, ya kan?" Tukas nya yang di balas dengan kata 'cih' oleh Karin.
"Yaelah, di mulut ga tapi dihati sih iya. Iya enggak?"
Menyebalkan, Yaampun untung temen.
"Reaksi lo kalau dia muncul gimana? hayo gimana?" katanya penasaran,
"Idih, ni anak masih aja dibahas soal yang enggak penting, helloo terus gua harus banget ngeladenin dia gitu?" tukasnya jengkel.
Karin memang seperti itu selalu penasaran tapi Zelin yakin dia tadi itu hanya ingin mengejeknya saja tapi hatinya tidak mendukung untuk Zelin berhubungan lagi dengan Zaidan.
"Heh heh kalian disini, kebiasaan kan kalian tuh jarang ngajak gue. Kan jadinya gua tadi dikejar-kejar sama fans, huh!" Kata sahabatku yang terakhir Aldi, kami bertiga memang sudah berteman sejak SMP.
"Sok ngartis nya mulai kan." jawab mereka berdua remeh.
Ngomong-ngomong Zelin hanya memiliki 2 orang sahabat, ia memang agak tertutup orangnya. Lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan dibanding tempat lain yang romantis atau yang lainnya, Tetapi jangan kalian pikir kalau Zelin ini kuno seperti anak kutu buku atau anak yang kerjaan nya rangking satu terus dikelas.
Well, kalian salah ia disana hanya untuk mengisi waktu luangnya dengan beristirahat sejenak dengan tenang. Iya terkadang ia memang membaca buku, tapi tidak untuk buku pelajaran.
Walaupun ia tidak memiliki banyak teman tapi Zelin termasuk orang yang banyak disukai. Mereka mengenalnya karena sifat dingin nya itu.
"By the way kalian lagi ngomongin apa nih?" Ucap Aldi sambil menusuk baso milik Karin dengan garpu.
"Zel, lo utang penjelasan ke gue." katanya, tepat disebelah Zelin.
"Ya terserah, gue mau ke toilet dulu, lo duluan aja."
"Oke,"
***
Ok gais, gua kembali dengan cerita yang telah lama hilang. I hope kalian enjoy dengan cerita ini. Ya walaupun masih gajelas :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Past is Never Ends
Historia Corta"Jangan lo kira karena gue suka sama lo dan selalu maafin kesalahan lo. Lo bisa seenaknya mainin perasaan gue." tukas Zelin terhadap Zaidan. "Karena, angin yang sudah pergi tidak akan pernah kembali ketempat asalnya. Inget itu!" sambung Zelin sambil...