EVENT NEW YEARS 2017

23 3 12
                                    


KADO TAHUN BARU

Special to semua anak ayam WNClub

Semoga berkenan.


Liburan kali ini masih sama dengan liburan tahun-tahun yang telah lalu. Terutama buat Sania. Liburan akhir tahun yang biasanya dia habiskan dengan pulang kampung, tapi tidak dengan tahun ini. Di saat semua orang berbondong-bondong memesan tiket pesawat atau kapal laut sekali pun, entah mengapa dia tidak tertarik sama sekali. Padahal cuti tahunannya masih utuh.

"Beneran lo nggak ngambil?" Pertanyaan yang langsung meluncur dari bibir Artika, sahabat seperjuanganya. Sahabat yang dulu sama-sama melamar kerja. Dan berakhir di departemen yang sama. Dan bisa jadi keduanya adalah orang terlawas di situ.

Sania menggeleng lemas. Ada sesuatu yang mengikatnya. Entah apa. Yang jelas dia harus tetap di kota ini, sampai pergantian tahun nanti.

"Ya udah, malam tahun baru nanti ke rumah saja. Kita bakar-bakar," senyum Arti merekah. Bisa jadi ini kado terindah malam tahun baru mereka. Setelah bertahun-tahun berteman, dan tidak pernah bisa mereka habiskan bersama. Sania selama ini selalu memilih pulang. Tahun baru di kampungnya lebih istimewa. Bukan sekedar kembang api atau bakar-bakar seperti yang sering orang-orang lakukan. Tapi ada adat yang sudah turun temurun menjadi tradisi untuk menyambut libur panjang akhir tahun tersebut.

Berbagai panganan yang jarang dimasak akan ada pada saat malam tahun baru. Dan semua handai taulan yang pergi merantau, bahkan yang sudah lintas negara pun akan pulang. Tapi itu semua seperti kecil sekarang. Tidak ada artinya sama sekali. Bahkan dia harus berbohong pada Ibunya, bahwa tahun ini giliran teman yang lain untuk cuti pulang. Padahal sudah setiap tahun dia pulang.

Ibunya hanya mampu tersenyum kecewa di seberang sana. Mungkin ini salah satu cara menghindar terbaik yang bisa puterinya lakukan. Bagaimana pun Ibunya sangat tahu, beban apa yang menggelantung di bahu puterinya. Tentang kapan dia akan membawa calonnya untuk menikah.

Dulu iya, Ibunya sendiri sering memberondongnya dengan pertanyaan yang sama. Tapi pada akhirnya Ibunya memilih pasrah. Jika setelah pertanyaan itu meluncur, Sania berakhir jarang menghubunginya. Walau pun hanya sebatas suara, tapi itu cukup mampu menggerus kerinduan yang menyapa.

Yang jelas, apa pun yang terjadi. Menikah atau pun tidak nanti. Sania tetap akan menjadi puteri tersayangnya. Walau pun belum bisa dia banggakan di acara keluarganya kini. Di kampung, menjadi perawan tua itu aib. Seperti wabah penyakit yang harus dijauhi. Semacam kutukan yang tabu untuk dibicarakan terang-terangan. Lalu apa bedanya jika mereka terus membahasnya di belakang.

"Gue bawa apa?"

Artika nyengir. Ini nih yang nggak bakalan lepas dari seorang Sania. Dia pantang datang ke rumah orang tanpa bawa sesuatu. Mungkin memang begitu dia dididik dari kecil. Buah tangan yang semakin merekatkan persaudaraan.

"Lo tinggal bawa diri aja. Emangnya lo makan seberapa banyak sih?"

"Nggak nuntut gue bawa pasangan, kan?"

Artika langsung terkekeh. Bukan dia yang sering menggoda Sania tentang pasangan yang tak kunjung datang. Tapi suaminya. Bahkan bukan sekali dua kali suaminya berusaha mengenalkan dengan teman sekantornya. Tapi memang dasarnya jodoh di tangan Tuhan. Apa pun usaha yang pernah dilakukan belum tersampai juga maksudnya.

"Gue bilang juga apa. Lo tinggal bawa diri aja."

Sania hanya manggut-manggut. Telinganya sudah cukup tebal untuk menerima godaan Adam, suami Artika. Dan kini Adam sendiri sudah cukup jengah, apalagi semenjak kelahiran anak ketiganya yang ternyata berjenis kelamin perempuan. Mungkin itu juga yang membuatnya berhenti akhirnya. Takut kalau-kalau nanti ada karma. Bukan kah ucapan itu doa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 02, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Event WNClubWhere stories live. Discover now