Part 10

3.6K 307 27
                                    

Precious :

Seketika.. Hanbin merasa tubuhnya dililit oleh batang bunga mawar yang penuh duri. Menancapkan duri tajamnya disetiap permukaan kulit Hanbin... yang merasa terluka melihat kedekatan Seunghoon dan JInhwan yang ada dihadapannya. Kini kedua pemuda itu bergerak meninggalkan Hanbin yang masih membeku ditempat. Tangan Hanbin terkepal, seakan ingin menghancurkan semua yang ada dihadapannya. Namun ia tahu.. dia tidak punya hak lagi.

Dia bukan siapa- siapa Jinhwan.

Dia tidak pantas cemburu—

==

Waktu berlalu dengan cepat,tidak terasa sudah satu tahun Hanbin berpisah dari Jinhwan. Kesempatan bagi Hanbin tidak pernah datang untuk berlama- lama bersama Jinhwan. Hingga nyaris sudah setahun kurang Hanbin mengikuti Jinhwan. Mengamati pemuda manis itu dari jauh, tanpa sepengetahuan Jinhwan. Hanbin tidak pernah bicara dengan Jinhwan,

Dan selama itu pula...

...selama itu pula Hanbin dan Jinhwan menyiksa perasaan mereka satu sama lain.

Hingga saat ini dan.. perasaan Jinhwan pada Hanbin terlalu dalam. Membuatnya sesak nafas dan sulit bergerak jika tidak sengaja bertemu Hanbin disekolah. Dan ketika Jinhwan ingin mengeluarkan air matanya, Seunghoon selalu datang untuk menutupi tangisan ora yang dicintainya itu. Pria ber,ata sipit itu sudah terlalu lelah untuk mengejar cinta seorang Kim Jinhwan yang hanya diberikan untuk Hanbin. Semua usaha sudah dilakukan oleh Jinhwan.. untuk melupakan Hanbin. Menekan hatinya, menekan semuanya.. Bukannya ia meninggalkan Hanbin untuk satu alasan tidak jelas, bukan! Namun ia tidak mau lagi menjalani kisah yang sama jika nanti ia kembali bersama Hanbin. Ia ingin dicintai selayaknya manusia lain.

Apakah Hanbin egois?

Dan sekarang.. saat ini.. detik ini... alasan pemuda itu menangis karena.. ia tahu. Ia sadar bahwa dirinya tidak pernah berubah dan.. Hanbin-pun demikian. Hanbin tetaplah Hanbin.. mungkinpemuda itu memang memohon dahulunya pada Jinhwan tetapi lihatlah kini. Mereka masih saja berada ditempat yang sama..

Dan... hari kelulusan mereka hanya tinggal dua bulan lagi.

Hari kelulusan... perpisahan.

Setelahnya..

Mereka akan pergi dan.. terpisah jauh.

Jinhwan takut...

...Jinhwan takut jika ia masih tidak bisa melepas Hanbin.

Sebelum ia bisa membersihkan hatinya dari nama 'Kim Hanbin'.

.

.

Sepulang sekolah...

Dikoridor sekolah yang lengang... –saat terakhir.

Kini mereka berhadapan, hari terakhir sebelum mereka melakukan ujian akhir sekolah. Jinhwan menunduk ketika Hanbin berada tepat dihadapannya. Tidak ada yang akan menolongnya kini, Seunghoon sudah punya janji dengan temannya.

Kini.. Jinhwan sendiri yang harus mempertahankan dirinya.

Mempertahankan diri dari Hanbin..

"Jinhwan-ah."

Panggilan Hanbin membuat pemuda manis itu tersentak. Sudah setahun lebih ia tidak bertegur sapa dengan Hanbin. Sudah sangat sering Jinhywan merindukan suara Hanbin memanggilnya. Akan tetapi ia tidak mau lagi, sungguh. Ia sudah susah payah mengubur perasaannya sendiri pada Hanbin. Bohong besar jika ia tidak mencintai Hanbin lagi. Hanbin adalah cinta pertamanya, Hanbin adalah pemuda yang bisa membuatnya merasakan bahagia dan sakit secara bersamaan. Hanbin mengajari segalanya. Berbagai rasa pahit dan manis ketika mencintai seseorang.

"Aku—aku harus pergi." Hanya itu balasan Jinhwan lalu ia menggerakkan kakinya melewati Hanbin.

"Belum puaskah kau menghukumku?"

DEG

Langkah kaki Jinhwan terhenti setelah mendengar ucapan tajam namun lirih dari Hanbin. Mata Jinhwan memerah dan terasa panas. Oh tidak, dia akan segera menangis, kah? Ternyata dia belum bisa mempertahankan dirinya dari Hanbin. Ia tidak bisa mengontrol perasaannya walau sudah lama waktu berlalu tanpa Hanbin disisinya.

Apakah seperti ini tulusnya mencintai?

"Apa—Apa yang kau bicarakan?" Jinhwan tidak berniat membalikkan tubuhnya hanya untuk melihat wajah Hanbin yang masih berdiri disana. Hanbin pun demikian, ia tidak membalikkan tubuhnya hanya untuk melihat punggung sempit Jinhwan. Mereka berdiri membelakangi satu sama lain dengan jarak yang tidak terlampau jauh. Namun.. mereka berdua tahu, tidak ada yang berwajah bahagia. Bahkan keduanya nampak tersiksa. Menahan tangis.

"Aku mengerti mengapa.. kau tidak mau kembali padaku, Jinhwan."

Mendengar ucapan Hanbin yang amat pelan, Jinhwan menunduk dan memilin tali tas sandangnya. Menggigit bibir bawah menahan isakan. Jinhwan tidak akan menangis! Dia tidak ingin terlihat lemah dihadapan Hanbin. Ia ingin membuktikan bahwa ia adalah Jinhwan yang kuat tanpa Hanbin. Ia hanya ingin..

...Hanbin menganggapnya berharga—

"Aku merindukanmu, Jinhwan.. Walau aku selalu mengikutimu sejak kita berpisah.. Haha.. seperti orang bodoh, bukan? Bahkan kenangan manis kita terkadang menyakitkan untuk dikenang. Dan dari semua kenangan itu... aku mengerti rasa sakit itu, Jinhwan. Sakitnya diacuhkan dan tidak dianggap. Seperti.. selama ini.. saat ini... aku bahkan tidak kau anggap sama sekali."

Diamlah, Kim Hanbin.

Jinhwan bisa menangis lagi jika kau mengatakan hal itu dengan nada suara yang amat pilu. Ia paling tidak tahan jika memikirkan Hanbin. Siapa yang tidak menganggap Hanbin? Siapa? Bahkan dikala tidur dan bangun, Jinhwan hanya mendoakan kebahagiaan Hanbin, walau itu tanpa dirinya. Jinhwan mengutuk dirinya yang sampai saat ini belum bisa melupakan Hanbin barang sekali. Itu menyakitkan.. padahal Jinhwan sendiri yang memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Hanbin.

"Walau waktu berjalan cepat.. tidak kusangka satu tahun lebih... aku merasakan sakitnya kau tinggalkan, sendirian. Dan.. tahukah, Jinhwan? Waktuku tidak pernah berjalan.. selalu kembali kewaktu dimana kita berpisah. Aku tidak pernah.. bisa berjalan tanpamu.. waktuku.. tidak pernah berjalan tanpamu."


==

Annyeong Jungie balik
maaf membuat readers-nim menunggu
jangan lupa voment

with love
-Jungie-

TIREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang