👑 BAB 1:: Futsal

527 21 5
                                    

Dear, Princess Halu.

Ketika kau dengan suka rela memberikan hatimu pada orang itu, maka, aku pun akan dengan sukarela memberikan hatiku padamu.

×××××××

PUKUL 5 sore. Jadwal penting bagi Meli dan Bastian untuk menonton anime kesukaan mereka di salah satu channel teve. Di ruang keluarga rumah Meli sekarang tepatnya. Sebenarnya ada Ovi dan Ove juga. Tetapi Ovi lagi masak di dapur, sedangkan Ove lagi baca komik di sebelah Bastian.

Sedari tadi Bastian selalu menggerutu kesal, ketika sedang asyik-asyiknya menonton lalu tiba-tiba ada iklan. Selalu saja seperti itu. Padahal sebenarnya mereka bisa saja menonton di you tube tanpa gangguan iklan. Tapi kata Bastian, “Kalau nonton di teve tuh feel-nya lebih dapet. Apalagi nontonnya bareng-bareng.”

Ketika mendengar hal itu Meli hanya dapat mengangguk, tanpa mengetahui apa sebenarnya yang Bastian maksud. Kebersamaan, hanya itu. Tetapi, Meli yang dasarnya memang gak pekaan tentu saja tidak menyadarinya.

Bastian memang selalu cerewet jika di hadapan Meli. Tetapi jika kepada orang lain, Meli merasakan Bastian selalu menjadi pribadi yang berbeda. Sekarang Bastian malah jadi merasa mempunyai dua kepribadian. Ini semua dilakukannya karena terlalu banyak orang di luar sana yang mendekatinya hanya karena tampang. Selalu baik di hadapannya, tetapi tidak kepada orang lain. Sebagai cowok, Bastian memang tergolong sebagai cowok yang terlalu peka. Jadi untuk semua itu, Bastian mencoba untuk tidak terlalu baik kepada orang lain. Tapi, terkecuali untuk Meli dan Bundanya. Setidaknya masih ada seseorang yang membuatnya dapat memperlihatkan bagaimana sebenarnya dirinya yang asli. Dan Bastian menaruh kepercayaan itu kepada Meli. Terlepas dari ia menyadarinya atau pun tidak.

“Nasi gorengnya mateng,” seru Ovi, senang. Akhirnya semua orang yang berada di ruang keluarga langsung menengok, dan menyantap nasi goreng tersebut tanpa sisa. Maklum, pada belum makan dari tadi siang.

“Lu kagak pulang, Bas?” tanya Ove di sela aktivitas makan mereka.

“Lo ngusir gue, Bang?”

“Ya … bukan gitu, sih. Kasihan aja Tante Riska, ditinggal sendirian mulu sama anaknya.”

Lalu tiba-tiba Meli menceletuk, “Nah, bener tuh, Bas, kata Bang Ove. Mending abis ini lo pulang, entar malem baru ke sini lagi.”

Bastian langsung cemberut. “Oke, oke. Abis ini gue pulang,” jawab Bastian lemas. Kemudian matanya kembali memancarkan cahaya seraya menyengir. “Tapi, entar malem jam tujuh gue tunggu di balkon kamar, yah,” lanjutnya, yang langsung dibalas Meli dengan cengiran juga.

“Hmm, mau pada ngapain kalian di balkon? Biasanya juga di rooftop,” sela Ovi, berusaha menggoda Bastian dan Meli seperti biasanya.

Bastian langsung menjawab, “Mau belajar, lah. Emang gue mau modus apa?”

Menyadari sesuatu, Ovi kembali dengan smirk-nya yang mengerikan. Bahkan menurut Ove saja, senyum Ovi lebih menyeramkan daripada seringaian hantu-hantu yang sering mendatanginya. “Gue gak bilang gitu, lho,” goda Ovi lagi.

Bastian langsung kelabakan, dan wajahnya memerah. Di depan Ovi, Bastian memang serba salah. Kemudian ia segera berdiri dan mengambil sosis. “BASTIAN MAU PULANG,” serunya, seperti anak kecil. Alhasil Ovi, Ove, dan juga Meli mengetawai tingkah aneh Bastian. Dan, pada saat itu pun Meli belum menyadarinya, ketika Ovi telah lebih dahulu peka dengan tingkah Bastian.

Setelah selesai makan nasi goreng, Meli langsung mandi sore. Kemudian segera masuk ke kamarnya. Membaca salah satu novel thriller yang kemarin baru dibelikan Bastian. Bastian memang mengetahui kalau Meli sangat suka membaca. Baik novel, komik, maupun blog. Tetapi, akan sangat membosankan jika Bastian malah membelikan buku pelajaran. Bukannya Meli malas belajar, tapi setidaknya otaknya butuh istirahat dari hal yang namanya “belajar”.

Princess HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang