👑 Prolog

904 24 1
                                    

Dear, Princess Halu.

Kamu tahu? Seharusnya kamu dapat menyadarinya hanya dengan sekali menatap mataku. Tapi, mungkin aku terlalu berharap. Semuanya tidak akan bisa semudah itu.

×××××××

HEMBUSAN angin yang terasa begitu menusuk kulit dirasakan oleh seorang gadis yang berdiri di ujung gedung berlantai empat. Yang dilakukan gadis itu hanyalah diam, dengan tubuhnya yang mulai menggigil. Kemudian matanya terpejam menandakan keseriusan. Hingga lagi-lagi ia merasakan hembusan angin yang seolah menyuruhnya untuk segera meloncat.

Tidak! Bahkan gadis itu tidak mengerti apa yang sedang dilakukannya. Ini … bukanlah keinginannya. Ia tidak tahu apa yang membawanya berada tepat di atas atap yang ia yakini adalah atap sekolahnya sekarang ini.

“Mel!” Terdengar seruan seseorang yang suaranya tidak asing lagi ditelinga gadis berambut panjang itu. Namun, gadis itu hanya diam. Tubuhnya tak mampu digerakkan sebagaimana mestinya. Hingga … uluran tangan yang dingin terasa menyentuh pergelangan tangannya.

BRUK!

Gadis itu terjatuh dalam pelukan seseorang yang menarik tangannya tadi. Matanya terpejam tak sadarkan diri, sedangkan telinganya masih medengar seruan seseorang yang memanggil namanya. Yang ia rasakan sekarang ini adalah, rasa nyaman. “Mel!” panggil orang itu dengan lembut. Suaranya bahkan terdengar berkali-kali seperti melodi yang indah. Namun kemudian …

“PUTRI FRAMELIA AKSELI MAYADA!”

Meli, panggil gadis itu, seketika terlonjak dari kasurnya. Saking kagetnya ia langsung berusaha berdiri, tetapi kakinya terlilit selimut bergambar anime kesukaannya sampai-sampai terjungkal ke bawah. Tubuhnya menghantam keras lantai.

Meli mengaduh sakit.

Sial, gerutu Meli dalam hati. Ia benar-benar sangat kesal. Bagaimana tidak kesal, kalau setiap pagi selalu saja seperti ini. Suara yang tadinya begitu lembut memanggil namanya seketika berubah menjadi teriakan Nenek Gerondong.

Bukannya membantu berdiri, orang yang membangunkannya tadi malah cekikikan gak jelas. Menyebalkan. Kemudian Ovi, nama orang yang membangunkannya tadi, alias kakak kandungnya sendiri, lagi-lagi memerintah dengan gayaknya yang menyebalkan. “Bangun gih lu, mandi sana! Pagi-pagi udah mimpi yang enggak-enggak.”

“Dih, siapa juga yang mimpi enggak-enggak?” balas Meli tak terima. Kemudian ia berusaha bangkit sendiri dari selimut yang melilit kakinya.

“Terus mimpi apa? Orang pas tadi lu mimpi ekspresinya senyam-senyum najis gitu.” Seketika wajah Meli menjadi merah padam. Melihatnya, Ovi lantas tersenyum miring. “Nah, ketahuan kan lo tadi mimpi yang enggak-enggak.”

“Ih, apaan sih lo? La-lagian, ini tuh bukan mimpi biasa. Gak percaya amatan sih lo sama mimpi ajaib gue.” Seketika suasana menjadi hening, namun di detik selanjutnya tawa Ovi pecah tak terbendung. Lagi-lagi ini membuat Meli naik darah. Sedari dulu, Loviani Aprilli Mayada memang tidak pernah mempercayai bakat terpendam adiknya ini. Yaitu mengetahui suatu kejadian mendatang melalui mimpi. Ya … memang terkadang mimpinya agak berlebihan dan agak tidak serupa dengan realitanya. Tetapi tetap saja, suatu saat kejadian di dalam mimpinya itu akan terulang lagi. Seperti saat ini. Tadi di dalam mimpinya ia terjatuh, dan sekarang benar saja ia terjatuh, meski dengan gaya yang berbeda.

Ia menyebutnya, “mimpi halu”.

Kejadian selanjutnya adalah seperti hari-hari yang biasa. Tak ada hari tanpa bertengkar. Tak ada hari Ovi tidak membuat Meli kesal. Dan, peperangan itu pun kembali terjadi pada kamar lantai dua bernuansa anime tersebut. Suara teriakan nyaring dengan bantal dan guling sebagai senjata, tak asing lagi terdengar pada rumah bertipe minimalis tersebut. Hingga tiba-tiba …

Princess HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang