👑 BAB 3:: Damai

375 11 1
                                    

Dear, Princess Halu.

Aku gak mau yang muluk-muluk. Gak perlu untuk ngebuat kamu mengetahui bagaimana perasaanku. Cukup kamu tersenyum, bahkan bisa tertawa karena aku, maka aku cukup.

×××××××

ENTAH kenapa rasa-rasanya pagi ini adalah pagi ternyebelin dalam hidup seorang Framelia. Dirinya sangat gondok, dan ia merasa kesulitan menahan rasa ingin memaki-maki seseorang yang berjalan di sebelahnya sekarang ini. Bahkan kalau bisa ia ingin mencabik-cabik wajah sok polos orang itu saking kesalnya. Atau, menggigiti lengan orang itu sampai berdarah layaknya kanibal. Atau bisa juga ia menyiram tubuh orang itu dengan minyak tanah, lalu membakarnya hidup-hidup sampai ia mendengar jeritan kesakitan yang mengalun indah di telinganya. Ah, tapi Meli tidak sepsikopat itu, bukan? Ini hanyalah sebagian dari imajinasi-imajinasinya akibat terlalu sering meladeni Diana menonton film ber-gendre psikopat bersama.

Intinya. Sekarang. Ia. Kesal! Titik.

Hal nyebelin yang pertama adalah, karena sekarang orang itu tengah menyanyikan lagu Taylor Swift yang berjudul You Belong With Me dengan penuh penghayatan. Meli akui suara cowok itu memang bagus, malah sangat indah untuk didengar, bahkan mungkin cewek-cewek di luar sana akan langsung kelepek-kelepek ketika mendengarnya jika tidak mengetahui tabiat asli cowok itu. Tapi, menurut Meli ini adalah ledekan tersirat yang tertuju padanya.

Sungguh, Meli sangat amat menyesali perbuatannya semalam. Ia lupa untuk berpikir dua kali ketika menyanyikan lagu itu di balkon kamar Bastian. Bahkan menurutnya itu adalah aksi ternekad level 10 dalam sejarah hidupnya.

Kedua, Meli menyesal karena tidak ikut berangkat bareng Ove. Alih-alih berangkat dengan kakaknya, ia malah berangkat dengan orang di sebelahnya ini yang masih sibuk bernyanyi. Sebelumnya, Meli lupa tentang tabiat tetangga yang merangkap menjadi sahabatnya ini ketika membawa motor. Walaupun cuma vespa, tapi perlu diketahui bahwa vespa itu telah keluar masuk bengkel lebih dari dua kali dalam sebulan akibat ulah si pengemudi. Dan, digonceng oleh Bastian adalah hal terakhir yang Meli inginkan dalam kehidupan ini.

“Oh …. I remember you drivin' to my house in the middle of the night. I'm the one who makes you laugh. When you know you're about to cry. And I know your favorite songs.”

Dan setelah sekian lama menahan rasa gondok, akhirnya sekarang lagu itu terdengar hampir mencapai klimaks.

Vespa Bastian diparkirkan ditempat yang lumayan jauh dari sekolah, namun bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Kira-kira dekat dengan SMA-nya Ovi dan Ove. Dan, sekarang Meli bersama Bastian di sini, berjalan beriringan di sepanjang jalan menuju SMP Mandiri Utama. Dengan wajah Bastian yang penuh dengan keceriaan, dan Meli yang justru malah sebaliknya.

Sebelumnya Bastian juga berkali-kali membuat Meli kesal dengan perkatan atau pertanyaan-pertanyaannya. Seperti ketika ia memulai lagu dan menyadari perubahan warna wajah Meli yang memerah malu. “Woy, kutil onta! Muka lu kenapa merah? Emang matahari udah makin deket yah, jadi lo kepanasan?”

Lalu, ketika nyanyiannya sudah mencapai bagian chorus. “Gak tau kenapa gue jadi suka dah sama nih lagu. Nge-feel banget ya gak? Tapi sayangnya lagu ini buat cewek ke cowok,” kata Bastian setelah sebelumnya ia menyikut lengan Meli sampai sang empunya meringis kesal.

Alih-alih meluapkan emosinya, Meli malah diam, menunduk, menyembunyikan rona merah yang disebabkan antara kesal dan juga malu.

“Bas!” Meli menghentikan langkahnya ketika ia sudah semakin tidak tahan mendengar nyanyian Bastian. Wajahnya menunduk sampai Bastian tidak mengetahui bagaimana ekspresi gadis itu sekarang.

Princess HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang