Selama ini anak laki-laki itu hanya tinggal bersama kakak laki-lakinya. Tak pernah terfikirkan kalau hal yang paling menyakitkan ini terjadi padanya. Jungkook anak berusia 10 tahun harus kehilangan kedua orangtuanya sekaligus akibat kecelakaan pesawat yang dialami ayah dan ibunya. Sejak saat itu pula ia menjadi yatim piatu yang hanya memiliki satu orang kakak. Ia tinggal berdua di rumah peninggalan orangtuanya yang kaya. Kesepian memang, namun kakaknya selalu berusaha membuat suasana hati adiknya itu bahagia.
“Jungkook-ah...Hyung datang!” Sapa Hyung dengan lantangnya
“Hyung..” Jungkook menyambutnya dengan gembira.
“Hyung bawa udang kesukaanmu. Oiya.. (Memegang bahu kecil Jungkook) karena kamu sudah besar, hyung akan mengajarimu memasak, jadi besok-besok kamu bisa memasak udang ini sendiri.
Jungkook mengangguk dengan girangnya.
Beberapa saat kemudian setelah mereka selesai masak, mereka pun makan bersama. Tanpa ikut menikmati hidangan, hyungnya memilih untuk memperhatikan Jungkook makan.
“Hyung.. kenapa semua udangnya harus aku yang makan? Hyung juga makanlah!” Ucap Jungkook sembari menaruh udang yang telah dikupas ke piring makan kakaknya.
“Tidak, kamu saja...”
Hari semakin malam, kakak satu satunya itu menggendong adiknya yang tertidur di sofa untuk di bawa ke kamar. Saat sesudah mematikan lampu kamarnya, Jungkook pun terbangun
“Hyung, jangan di matikan lampu nya..aku takut.”
Ia menghampiri Jungkook
“Tutup matamu. Jangan dulu di buka sebelum hitungan ke lima ya..
1.....2......3......4......5 sekarang buka matamu !”Jungkook membuka matanya dan dapat melihat kakaknya dengan jelas meski keadaan kamar gelap.
“Tidak segelap yang kamu fikirkan kan ? kamu juga masih bisa melihatku kan ?”
“Iya Hyung.. aku masih bisa melihatmu dengan jelas.”
“Yasudah kalau gitu kamu cepat tidur.. katanya besok pagi kamu mau belajar lagi sebelum sekolah.”
Jungkook menganggukan kepalanya kemudian memejamkan matanya.
***
Keesokan harinya...
Pagi-pagi sekali Jungkook berada di meja belajar bersama kakaknya. Jungkook tengah mempersiapkan ujian kenaikan kelasnya. Ia memang anak yang pandai namun itu semua tak lepas dari pengarahan kakaknya.“Hyung... setelah besar nanti, aku ingin jadi polisi seperti yang ayah harapkan.”
“Iya tentu saja, kamu pasti bisa meraih apa yang kamu inginkan.”
Sesampainya di sekolah.....
“Hei Jungkook, kamu selalu datang sendiri ? apa kamu tidak takut ?” tanya salah seorang temannya
“Aku tidak datang sendiri, aku selalu diantar kakakku.” Bantah Jungkook
“Mana kakakmu ?”
“Itu dia.” Menunjuk ke arah kakaknya yang berjalan sudah jauh.
Jungkook memiliki banyak teman karena pribadinya yang periang, meski ia tak lagi memiliki orang tua.
“Jungkook, lantas nanti siapa yang akan mengambilkan rapormu ? Tanya temannnya
“Kakakku lah, tentu saja dia yang akan mengambilakn raporku.” Jawab Jungkook dengan yakinnya.
Beberapa saat kemudian bel pulang sekolah pun berbunyi dan seluruh siswa pulang kerumah dengan orangtuanya masing-masing. Terlihat hanya Jungkook yang berjalan sendiri menuju rumahnya.
9 tahun kemudian
“Hyung....aku pulang!”
“Iya..bagaimana tes mu hari ini ?” Tanya kakaknya dengan penasaran.
Jungkook menampilkan raut muka yang sedih namun ternyata..
“Hyung.. aku lolos dan berhasil masuk ke akademi kepolisian.” Jungkook kegirangan dan langsung memeluk kakaknya
”Aku tahu, kamu pasti lolos.”
“Hyung.. terimakasih, kalau bukan karena mu mungkin aku juga gak bisa seperti ini.”
“Haish,, ngomong apa sih kamu, bikin aku merinding tau’, ayo kita makan! Hyung sudah masak udang kesukaanmu.”
Jungkook nampak sangat bahagia, sangat amat bahagia.
“Oiya Jungkook.. sekarang kamu sudah dewasa ,umurmu sudah hampir 20 dan sebentar lagi kamu akan jadi polisi, tidak seharusnya kamu masih bermanja-manja seperti ini dengan kakakmu.”
“Biarin.. aku hanya punya hyung, mau gimana lagi.” Jawab Jungkook dengan santainya
“Kamu harus berusaha mandiri, agar nanti kalau kakakmu ini tiba-tiba menghilang kamu sudah siap menghadapi semuanya. Memang segalanya akan terasa berat di awal namun seiringnya waktu,hal itu tak akan membebanimu lagi.”
“Maksudmu apa hyung ?” raut wajah Jungkook berubah sendu.
“Hahaha..nggak. lupakan! Oiya nanti sore ikut hyung ya. Aku ingin mengunjungi suatu tempat.
***
Jungkook dan kakaknya dalam perjalanan menuju tempat yang akan mereka kunjungi. Sesampainya di tempat itu, Jungkook kaget ternyata tempat yang mereka datangi adalah krematorium.
“Hyung, benar tempat ini yang ingin kamu kunjungi ?” tanya Jungkook dengan ekspresi wajahnya yang bingung.
“Iya.”
"Aa.. hyung mengajakku untuk menemui ayah dan ibu ?"
Kakaknya hanya tersenyum mendengar perkataan adiknya.
Jungkook dan hyungnya masuk ke dalam dan berhenti di salah satu tempat penyimpanan abu. Kakaknya berdiri tepat di depan kotak penyimpanan abu, dan Jungkook masih tetap kebingungan.
“Hyung, abu ayah dan ibu ada di sebelah sana. Sepertinya kita salah...."
Perkataan Jungkook terhenti setelah melihat sesuatu yang ada di hadapannya. Jungkook melihat kotak abu dengan nama dan foto yang sama dengan kakaknya.“Ini...”
Mata Jungkook bergetar dan air mata mulai terlihat di matanya. Ia mencoba memahami semua hal yang tengah dilihatnya.
(Tersenyum kecil)”Hyung cukup, bercandamu ini keterlaluan. Kamu tahu kan aku paling benci becandaan seperti ini. Jadi hentikan !”
“Jungkook-ah..belajarlah untuk mandiri. Mulai lah kehidupanmu dari awal lagi. Ini bukanlah akhir dari segalanya, ini hanya permulaan... Mungkin ini akan terasa sakit.. tapi tidak selamanya.
Jungkook baru menyadari bahwa selama ini dia hidup sendiri.
karena kakaknya hanyalah bayang-bayang yang setia menjaganya.