Bunga Sakuraku

12 3 0
                                    


Bunga Sakuraku

Tak ada percakapan apapun antara Maya dan Rangga. Mereka berdua sama-sama diam. Hingga beberapa menit terlewatkan begitu saja, Maya mulai berbicara.

"Rangga.. Kamu kenapa? Tak biasanya kau seperti ini. Kau punya masalah sayang?" tanya Maya memecah keheningan. Rangga tak merespon, ia hanya memilih diam, dan hanya diam. Ia lebih memilih fokus pada jalanan yang ia lalui.

"Rangga, kamu kenapa? Kamu sakit? Kenapa tadi kamu hanya diam? Aku cemburu melihat mereka, Rangga. Sebenarnya ini acara Anniv kita atau mereka?" Maya mulai mengeluarkan semua isi hati, semua perasaan yang ia rasakan.

"Tentu saja ini hari Anniv kita. Tapi kau tadi lihat bukan, Vella memesan Ice cream coklat. Aku tak suka itu. Rasanya aku ingin muntah tadi. Makanya aku hanya memilih diam." Rangga mencoba menjelaskan semuanya.

Benar saja, Rangga dulu memang sangat menggilai Ice cream. Tapi pada suatu hari, ia demam gara-gara makan terlalu banyak Ice Cream, sejak itu Rangga mulai menjauhi makanan yang dulu ia sayangi itu. Maya tertegun menunduk, ia lupa bahwa kekasihnya benci ice cream, ia sangat menyesal.

"Aku lupa, Maafkan aku.." lirih Maya menatap keluar jendela mobil itu. Ia merasa bersalah pada Rangga. Rangga menatap Maya yang terlihat murung, ia tersenyum melihat gadisnya.

"Tak apa, Sayang. Aku tahu bagaimana perasaanmu, tapi aku lemah pada Ice cream itu.." ujar Rangga mengusap pipi Maya. Maya mulai tersenyum, lalu melanjutkan acara Anniv mereka tanpa Doublle date dengan Vella, juga Rafael.

Gemuruh mulai terdengar didekat sini, entah itu gemuruh apa, tapi terdengar seperti gemuruh Air terjun. Rangga juga di temani oleh Maya mulai keluar dari mobil. Ya, gemuruh air yang berlomba-lomba menjatuhkan diri dari tebing itu mulai terdengar jelas. Gemuruh yang seolah berirama, memanggil siapa saja untuk datang ke tempat yang jarang sekali dikunjungi oleh manusia.

"Sudah lama aku ingin mengajakmu kesini. Lama sekali, tapi tak pernah terwujud. Karena kita sama-sama sibuk. Di perayaan Anniv kita yang ke Empat ini, aku harap hubungan kita seperti Air terjun ini, meski terus menerus mengalir, air yang jatuh tak akan pernah berhenti, putih, bening, seperti cinta kita" ujar Rangga tak henti-hentinya menatap aliran air yang terjun itu.

"Aku selalu percaya padamu, Rangga. Sejauh apapun jarak kita, sesibuk apapun kita, cinta itu akan tetap ada. Karena cinta tahu dimana rumahnya, dan cinta tahu kemana ia harus pulang." Ujar Maya merentangkan tangannya, menikmati sejuknya disekitar air terjun itu.

"Kamu tahu? Kemana air ini akan pulang?" tanya Rangga menampung air itu di tangannya. Air yang sangat bening, bahkan karena beningnya air itu, dapat diminum langsung.

"Kelangit, menguap menjadi awan lalu turun kembali kebumi.." ujar Maya tersenyum.

"Salah.."

"Lalu..?"

"Air ini akan pulang ke... Kamu.." Rangga menyiramkan air itu pada Maya.

"Aaaa..! Rangga..! jangan, nanti aku basah.." jerit Maya menghindari percikan air itu. Mereka melewati hari yang panjang ini dengan bermain air sepuasnya.

^^^

"Pohon ini semakin tinggi seiring berjalannya waktu. Aku masih ingat, pohon ini kutanam bersama Maya sebagai Tugas Biologi dari guru di SMA dulu, dan kami dapat nilai A+. Aku juga tak pernah menyangka kalau pohon sakura yang kami dapatkan dari cagar alam ini dapat tumbuh dengan subur di taman ini. Musim semi, hingga gugur telah dilewati pohon ini selama Empat tahun. Seperti cinta Maya dan Rangga yang bersemi, tapi cintaku yang gugur.." Maya memetik setangkai bunga sakura itu. Ia tahu bahwa di Jepangpun saat ini sedang mengalami musim semi.

"Kau tak boleh putus asa, Vell. Semua yang pernah terjadi adalah sejarah, dan sejarah itu adalah kenangan. Hargai Masa lalu Vell. Tanpa masa lalu kau bukanlah apa-apa hingga sekarang." Ujar Rafael memainkan Handphone-nya.

"Hhh~ okay, aku Mengerti.." ujar Vella. Rafael memang terlihat seperti Kakakku. Selalu bisa menghibur diriku.

"Vell, Jangan pernah memandang rendah diri sendiri. Untuk dunia mungkin kamu hanya seseorang, tapi bagi seseorang mungkin kamu bisa menjadi dunianya" Rafael menatapku, lalu tersenyum, kemudian kembali memandangi bunga-bunga sakura yang baru saja mekar itu.

Aku tertegun, ku tatap ia kembali. Oh tuhan, Rafael, kau benar-benar mengingatkan aku pada Kak Bisma. Apakah kau benar-benar malaikat yang diutus tuhan sebagai pengganti kak Bisma? Kau berbeda Rafael, berbeda dari lelaki manapun.

"Aku tak memandang rendah diriku, hanya saja, aku rendah, bahkan terlalu rendah dimatanya, hingga aku tak dapat terlihat." Ucapku tanpa menatapnya. Baiklah, aku mengerti sekarang. Cinta memang butuh pengorbanan. Mungkin aku hanya terpaku pada satu hati tanpa melihat hati lain yang sedang menungguku. Untuk siapapun hati itu, aku minta maaf.

"Cinta bagaikan ekor malaikat yang plinplan, gerak kesana sini susah kutangkap. Tak akan bisa atasi pada pengalaman pertama. Suatu hari arah angin akan berubah, hingga kebetulan kau lihat kesini, ku kan menunggu di tempat ini hingga keajaiban munculnya pelangi.." (JKT 48 – Tenshi no Shippo)

Dalam hati aku selalu bertanya, kenapa nasibku tak seberuntung Maya? Maya dapat merasakan hangatnya kasih sayang dari orang-orang yang menyayangi dirinya. Sedangkan aku? Siapa yang menyayangi diriku? Orang tuaku terlalu sibuk dengan urusan mereka. Mereka tak pernah peduli dengan apa saja yang pernah aku lakukan. Rasanya aku iri pada Maya. Tapi bagaimana mungkin aku iri pada sepupuku sendiri?

Matahari kian naik, kian terik. Aku dan Rafael memutuskan untuk segera beranjak meninggalkan pohon sakura itu. Ku harap aku dapat melihat pohon itu tumbuh besar, dan semakin besar. Sayounara Boku no sakura. (Selamat Tinggal bunga sakuraku).

"Vell, sakura itu adalah bunga yang indah. Memang indah, tapi sakura kerap kali dilambangkan dengan perpisahan. Kenapa kau begitu menyukainya?" Rafael tak memalingkan wajahnya kearahku, ia masih sibuk menyetir mobilnya. Aku memandang sejenak keluar jendela, mencoba memberikan jawaban yang baik.

"Sakura memang bunga yang indah, sakura juga lambang perpisahan. Tapi yang aku suka dari Bunga berwarna pink Peach itu adalah, kehadirannya selalu ditunggu. Meski ia mekar dan gugur, kegugurannya itu bukan akhir dari segalanya. Ia akan mekar kembali dan membuat senang semua orang, termasuk aku." Ujarku mengulir setangakai bunga sakura yang berada ditanganku.

Cinta itu sangat rumit, terlalu rumit untuk dicerna. Cinta juga sebuah rasa, rasa yang mungkin spontan, seperti bunga mekar tanpa menunggu musim. Aku selalu bersyukur kepada tuhan karena ia telah mengirimkan malaikat-malaikatnya untukku, merekalah orang tuaku, juga Rafael, sahabat terbaikku.

My Memories (Kenanganku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang