Selamat Tinggal Kenangan
Halo...
Aku mengerti, kau pasti sudah lupa denganku, dengan semua yang pernah terjadi dimasa lalu. Bagimu, kita tak pernah punya kenangan apa-apa. Tapi bagiku, setiap hari adalah kenangan, dimana aku dapat bertemu dan melihat senyummu, walau hanya sepintas.
"Hai, numpang tanya. Lab Biologi dimana yah?" ucapmu dengan sopan, mengawali pembicaraan kita siang itu. Ya, kau memang tak tahu dimana letak Lab biologi, karena kau adalah Anak sosial, mana mungkin kau mengetahuinya.
"Lurus, nanti ada tikungan, belok kanan aja.. memangnya kenapa kamu mencari Lab Biologi? Bukankah kamu anak Sosial?" Tanyaku penasaran. Ya, aku sangat penasaran, ada perlu apa kau disana.
"Aku Mencari Maya.. Permisi" kau mulai melangkahkan kakimu menjauh dari tempat kau berdiri tadi. Singkat, terlalu singkat percakapan kita hari itu.
Maya adalah Sepupuku, Bundaku dengan bundanya bersaudara. Jadi hampir setiap hari Maya datang kerumahku, menemaniku ketika Ayah dan Bundaku keluar kota untuk meninjau toko-toko baju milik keluargaku.
"Vel, sekarang sudah jam berapa? Aku harus pulang, karena Rangga tadi menemuiku dan bilang kalau dia ingin belajar denganku, katanya dia kurang mengerti dengan pelajaran bahasa Ingris.. Kau tak apa ku tinggal?" ujarnya menyentuh pundakku.
Aku tahu, aku sudah mengetahuinya sebelum Maya. Aku mencoba untuk tersenyum agar bisa pudarkan rasa cemburuku, ya aku cemburu pada Maya. Aku hanya ingin diriku saja yang tahu perasaan ini, tanpa orang lain yang mengetahuinya.
"Tak apa, pulanglah, ada yang lebih membutuhkanmu. Lagipula ada Mimiey yang menemaniku disini.." aku mengusap puncak kepala Boneka beruang Orange milikku. Dialah Mimiey yang aku maksud.
"Baiklah, sampai jumpa besok Sepupuku..!" Maya menarik tanganku dan memaksa aku untuk mencium tangannya. Ia mencengir dan mengucapkan salam perpisahan untukku, hingga akhirnya dia benar-benar pergi dari hadapanku saat ini.
Aku berdiri, mematut diri didepan cermin yang tak akan pernah bosan untuk memantulkan bayanganku. Aku dapat berkata demikian karena cermin itu tak pernah mengatakan apapun padaku. Aku yakin, jika cermin ini dapat berbicara, ia akan bilang bahwa ia bosan melihatku setiap harinya.
Petang tiba, menyebarkan semburat jingga di wilayah kerajaan awan bertahta. Burung malam mulai berlalu lalang mengitari setiap sudut langit yang dapat ia gapai. Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri. Bergumam konyol tentang impian yang mustahil, bahwa suatu hari nanti aku dapat terbang seperti burung-buung itu. Bebas, lepas, tanpa suatu beban apapun dalam hatinya.
"Makasih May, berkatmu aku dapat dengan mudah memahami pelajaran ini. Kapan-kapan kita belajar bersama lagi boleh?" Rangga melempar senyum kearah Maya. Saat ini hari menunjukkan pukul 19:30 WIB. Aku dapat melihat senyuman itu, senyuman yang begitu tulus. Hingga akhirnya aku hanya bisa menunduk. Bilakah saatnya senyuman itu dapat mengarah ke arahku? Ya, saat ini aku memang sedang berada dirumah Maya. Aku tak berani sendirian dirumah jika malam mulai menjelang.
"Vella, ayo panggil Maya. Sudah jam berapa ini? Ayo kita makan malam dulu, kita sudah sangat terlambat, ajak temannya sekalian ya.." Tanteku, tepatnya Bunda dari Maya membuyarkan lamunanku.
"Iya Tante.. Vella panggilkan dulu.." ujarku dan mulai melangkah ke arah ruang tengah, tempat Rangga juga Maya berada. Aku menarik nafas dalam, mencoba menenangkan hatiku yang sedikit gusar.
"May, ayo makan dulu, Bundamu sudah memanggil, ajak Rangga sekalian.." ucapku mengumbar sedikit senyuman. ini benar-benar berat bagiku, saat mencoba tersenyum tetapi kenyataannya hatiku,..

KAMU SEDANG MEMBACA
My Memories (Kenanganku)
Fiksi RemajaKisah cinta dalam diam yang dialami Vella terhadap seseorang bernama Rangga. Vella yang patah hati karena Rangga lebih memilih Maya - Sepupunya sendiri sebagai pelabuhan cintanya, memilih untuk menghindar dan melanjutkan study-nya ke negeri Sakura...