Day 6 What's That Lurking in The Dark

4 0 0
                                    

Warning: Kisah nyata saat saya masih di bangku SMP

Malam itu mati lampu. Setelah kegiatan belajar bersama di koridor selesai pukul 9.30 malam, kami masuk ke kamar masing-masing.

Salah satu pengasuh asrama memintaku menemaninya tidur, karena pengasuh yang lain sedang ada urusan keluarga dan beliau juga termasuk orang yang penakut, jadi kuterima tawarannya.

Seperti biasa, tak ada lagi suara setelah bel tanda waktu tidur berbunyi, karena kalau masih ribut akan dikenai hukuman lari keliling lapangan esok paginya. Malam itu pun aku cepat tidur, begitu pula dengan pengasuh setelah beliau selesai memeriksa tidak ada lagi yang berkeliaran.

Tak ada prasangka buruk apa pun, aku terbangun entah pukul berapa. Tak ada jam dinding di kamar beliau. Aku merasa saat itu sudah pagi sekali, seperti pukul 3, tapi di koridor masih sepi, dimana rutinitas biasa jam-jam itu sudah ramai antrian wudhu.

Aku membangunkan pengasuh untuk meminta izin kembali ke kamarku,

"Ustadzah, asta'dzinu ila al hujroty."

"Tafadhal." jawab beliau serta merta.

Setelah berterima kasih, aku keluar dari kamarnya. Berbekal lampu senter dari korek api yang tak seberapa ini, jalan di koridor terasa panjang. Saat aku meluruskan pandangan ke ujung koridor, ada benda hitam yang besar di sana.

Kamarku sudah semakin dekat, entah ini perasaan atau hanya efek cahaya, benda hitam itu semakin tinggi hingga menyentuh atap asrama. Aku menyingkir ke depan salah satu kamar, kamar nomor delapan, yang mana kamarku berada di nomor sembilan.

Sengaja aku berdiri di samping dinding sekat antar kamar, agar tak melihatnya secara langsung, sekaligus bermaksud mempersilahkan 'dia' jika memang ingin lewat.

Cukup lama juga aku berdiri, benda itu tak kunjung lewat. Akhirnya, sambil berusaha tenang dan beradaptasi dengan penerangan secukupnya, aku melangkah cepat ke kamar, membuka kenopnya lalu berhambur masuk dan segera kututup pintu, saat itu lah pertama kali aku mendengar teriakan yang suaranya mirip seperti gorila yang marah.

Salah satu temanku yang sadar, menyuruhku merapat ke kasurnya,

"Kamu ga apa-apa, kan? 'Dia' udah ada dari kita belajar di koridor." jelas temanku pelan.

"Hah? Serius? Waduh." tak tau mau merespon apa, karena aku kembali mengantuk, "Ohiya ini jam berapa deh?"

"Masih jam setengah satu. Tidur lagi aja."

Sebenarnya banyak yang ingin kutanya, namun temanku langsung memejamkan mata. Tak apa lah, hari esok masih ada.

Satu hal yang aku syukuri pada malam itu adalah, temanku tak mengunci pintu kamar sebagaimana biasanya.

30 Days of LiteratureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang